11. Tidak akan menyerah!

9 2 0
                                    

Ran melirik Sam yang tampak begitu serius. Ya, pasalnya lelaki itu justru tampak serius sekali menatapi wajah Amora dan bukannya menatap bahasan yang sedang Amora jelaskan.

Cih! Masih aja ya, dasar penerus miper! Batin Ran kesal.

"Udah-udah."

Tekad Ran telah bulat, menghancurkan momen menjijikkan yang berlansung di depan matanya itu.

"Stop, Mor. Ini manusia nggak dengerin omongan lo daritadi," Ran lansung menutup buku Amora secara tiba-tiba, membuat sang pemilik meringis pelan.

"Lo apa-apaan sih," protes Sam.

"Bacot," sahut Ran.

"Lo pindah tempat gue," Ran menyuruh Amora duduk di kursinya. Sementara dia duduk di kursi Amora.

"Nah, gini kan lebih bagus."

Hm.

"Nah, mana tadi yang lo enggak bisa?" Ran menatap Sam yg tengah mendelik kesal padanya.

"Oh ini ya. Nah, ini tuh gin---" Ucapan Ran terhenti, saat Sam menarik bukunya yang hendak Ran coret. Sam meringis dalam hati, "tadi Amora udah jelasin, gue udah bisa."

Ran mengangguk angkuh, "yaudah."

Dasar, sirik banget jadi orang. Makanya usaha. Cibir Sam dalam hatinya.

Tanpa di sadari, sudah berjam-jam dua kelas yang bagaikan langit dan bumi itu belajar bersama dalam satu ruangan. Tepat pukul 06.00, kegiatan belajar itu berakhir.

Amora mulai mengemasi barangnya yang berserakan di meja. Setelah itu, dia segera menenteng tas ranselnya. Kaki Amora sudah akan melangkah, namun suara bariton Sam menghentikan langkahnya, "Ra."

Amora lantas menoleh, "apa, Sam?" Sahutnya.

"Pulang bareng ya?" Tanya Sam. By the way, dia mengendarai motor.

"Nggak." Bukan Amora, melainkan Ran yang menjawab lantang.

"Gue nggak nanya lo, badak."

"Bodo amat! Pokoknya nggak boleh. Dia nggak boleh pulang sama lo!"

"Hidup dia. Kok lo yang ngatur?" Sahut Sam. Ran selalu saja ngegas, enaknya di gas balik.

"Terserah guelah!" Sinis Ran menarik tangan Amora.

"Lepasin tangan, Amora." Oke-oke, saat ini Amora seolah-olah di perebutkan dua lelaki bak sinetron-sinetron remaja tahun 90-an.

"Lo yang lepasin, anji**!" Ran menatap Sam sengit.

Sam mendengkus, Ran memang lelaki payah dan Sam paling tidak suka lelaki payah seperti Ran yang tahunya ngegas saja.

"Yaudah, nanti udah sampai di rumah, lansung kabarin aku ya."

Mata Amora melebar, Sam mengusap puncak kepalanya sebentar, sebelum akhirnya dia pergi. Ran menatap Sam tajam, sialan tuh anak. Batinnya kesal.

🔵🔴

Amora menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Raganya ada di sana, namun pikirannya entah di mana. Sejak tadi otak kecilnya terus memutar kejadian saat Sam mengusap kepalanya tadi.

Melodi HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang