Camelia 🌸

3.3K 475 28
                                    

"Dasar aneh."

Hanabi menoleh pada Hinata yang baru saja masuk kedalam rumah dan langsung mendumel.

"Siapa?" tanya Hanabi setelah Hinata duduk bersamanya.

"Tetangga depan."

Hanabi langsung meletakkan kaleng biskuit cemilannya, "Kau melihatnya? Kata temanku yang di lantai dua penghuni kamar itu sangat tampan."

Ya. Memang tampan. Tapi setelah dipermalukan tepat didepannya, apakah kau sanggup mengatainya tampan lagi?

Tentu tidak.

Hinata akan mengilah bahwa pria itu tampan.

Bagi Hinata Gaara adalah yang paling tampan. Entahlah sampai kapan Hinata akan mengidolakan laki-laki dari karakter dua dimensi itu.

"Wajahnya biasa saja, tingkahnya yang luar biasa." jawab Hinata ketus.

"Heh? Benarkah?" Hanabi memukul bantal sofa sambil berdecak, "Kalau saja aku pernah melihatnya, aku pasti tidak sepenasaran ini."

:
:
:

++ o((*^▽^*))o ++

:
:
:

Hari ini Hinata libur dari kerja paruh waktunya. Dan seperti biasa, ia akan menggunakan waktu liburnya untuk membeli beberapa bahan makanan.

Dua hari lalu ia baru saja mendapat kiriman uang dari ayahnya di desa, sebagian uangnya akan ia gunakan untuk keperluan sehari-hari. Dan sebagian lainnya ia simpan untuk biaya sekolahnya dan Hanabi.

Pintu mereka sama-sama terbuka. Hinata dan Shikamaru sama-sama terkejut saat tatapan mereka bertemu.

Shikamaru berdehem untuk mengembalikan cool di dirinya. Ia bersandar pada dinding dan menatap Hinata, "Mau kemana?" tanyanya.

Tapi Hinata seolah tak peduli, ia malah berjalan melewati Shikamaru begitu saja dan menunggu pintu lift untuk terbuka.

"Kau belum bilang, siapa namamu?"

Hinata melirik tidak suka pada pria tinggi disebelahnya. Lagi-lagi ia tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Ia langsung masuk saat lift terbuka.

Mereka hanya berdua. Beberapa kali Shikamaru berdehem dan bertanya, tapi tak ada respon apapun dari Hinata.

Gadis itu mengabaikannya.

Waw. Menarik sekali. Baru kali ini Shikamaru diabaikan.

Sampai mereka tiba pada lantai dasarpun Hinata tidak menggubris keberadaan Shikamaru yang menurutnya cukup berisik.

Diluar ternyata masih hujan. Walau tidak terlalu lebat, tapi Hinata yakin jika ia berjalan sampai keseberang sana, bajunya akan lembab dan dingin.

"Apa langit sedang bersedih?" gumamnya pelan.

Dan Shikamaru hanya meliriknya memastikan apakah gadis itu berbicara padanya atau tidak.

Setelah menghela napas pasti, Hinata kemudian melangkahkan kakinya untuk menerobos gerimis.

Namun baru satu langkah, seseorang memeluk bahunya dengan erat. Payung dengan corak batik kemudian Hinata lihat menaunginya dari banyaknya air yang jatuh.

"Kau selalu malas bawa payung. Padahal jelas ramalan cuaca hari ini akan mendung sepanjang siang."

"A-apa yang kau lakukan? Lepaskan."

"Kau ingin kesana kan? Aku juga ingin kesana. Kita satu tujuan, aku hanya berniat membantumu. Jangan salah faham."

Lagi-lagi Hinata menahan malunya. Laki-laki itu selalu punya alasan cerdas untuk membuat Hinata bungkam.

Dan akhirnya Hinata menurut saja, mengikuti langkah lebar sang pria untuk melintasi jalan sampai di depan swalayan.

Shikamaru tersenyum. Menurutnya gadis itu adalah tipe gadis keras kepala yang penurut dan mandiri.

Haha, kawaii ne.




See You
Hildegard Moe

UMBRELLA [ShikaHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang