Candytuft 🏵

2.7K 448 24
                                    

Mungkin bagi Shikamaru bertemu Hinata di dalam lift saat akan berangkat kerja adalah sebuah keberuntungan. Itu bisa jadi semangat pagi untuknya.

Tapi bagi Hinata...

Wajahnya di tekuk. Nampak sekali jika ia tidak merasa nyaman jika satu lift dengan tetangganya.

"Tidak biasanya ya." suara Shikamaru membunuh sunyi yang terjalin di sekitar mereka.

Hinata tidak menjawab. Dan sama sekali tidak ingin menjawab. Ia lagi-lagi berdiri tepat di depan tombol lift.

Shikamaru hanya mendengus geli. Hinata mengabaikannya, lagi.

Pintu lift terbuka, Hinata bergegas keluar diikuti oleh Shikamaru yang langkahnya melebar untuk mengimbangi Hinata.

Mereka berdiri berdampingan saat tiba di halte bus. Lebih tepatnya, Shikamaru sengaja menempeli Hinata terus menerus seperti perangko.

"Kau tidak boleh mengabaikan calon suamimu begitu saja, Hinata." kata Shikamaru santai.

Ucapan Shikamaru sontak membuat Hinata menoleh tidak percaya pada manusia yang berdiri disebelahnya.

Calon suami katanya.

Apa laki-laki itu buta. Hinata bahkan masih mengenakan seragam sekolahnya saat ini.

"Kau bicara padaku, Nara-san?" tanya Hinata tidak suka.

"Ow, akhirnya kau bersuara juga. Aku senang mendengarnya." balas Shikamaru. Ia juga tersenyum simpul sambil menarik tangan Hinata untuk masuk ke dalam bus yang baru saja berhenti.

Tidak hanya itu, Shikamaru juga memaksa Hinata untuk duduk berdampingan dengannya.

"Duduklah. Aku tidak akan mengganggumu." ujar Shikamaru untuk menenangkan raut marah Hinata yang sudah nampak jelas.

Hinata kira apa yang diucapkan oleh pria itu benar, bahwa ia tidak akan diganggu. Tapi apa, baru lima menit perjalanan, kepala pria itu sudah mendarat dengan mulus di bahu Hinata.

"Ish." keluh Hinata. Ia juga mendorong bahunya untuk menyingkirkan kepala Shikamaru. Tapi gagal, karena nyatanya Shikamaru malah menyamankan letak kepalanya dibahu Hinata.

"Dasar pembohong." rutuk Hinata. Dan mau tak mau ia harus rela jika bahunya dijadikan bantal oleh orang lain.

"Rambutmu wangi, kau pakai shampo apa?"

Di detik pertama saat Shikamaru bersuara, Hinata langsung menoleh pada mata terpejam itu, "Kau..."

"Hari ini mendung, apa kau bawa payung."

Tidak melanjutkan protesnya, Hinata melirik langit lewat jendela kaca bus. Memang mendung, tapi tidak berarti mendung itu akan bertahan sampai ia pulang sekolah kan.

"Tapi tenang saja, kau tidak akan basah hari ini."

Setelah berujar demikian, Shikamaru bersidekap dan menyamankan tubuhnya untuk tidur hingga bus berhenti nanti.

Tidak bohong, Shikamaru merasa sangat nyaman saat berada dekat dengan Hinata. Tapi kenapa gadis itu tidak merasakan nyaman yang sama saat ada Shikamaru di dekatnya.

Apa dia kurang tampan?












See You
Hildegard Moe

UMBRELLA [ShikaHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang