Morning Glory 🌺

2.6K 408 18
                                    

Berteduh di depan gerbang pintu masuk sekolah, Hinata tersenyum saat melihat Shikamaru menghampirinya dengan payung berwarna merah gelap.

Pria Nara itu juga memberikan senyum yang sama lebar.

"Hujan lagi." ujar Shikamaru setelah berada dekat dengan Hinata.

Hinata mengangguk karena ia tahu itu hanya basa-basi saja. Mereka berjalan beriringan, Shikamaru memegang bahu Hinata. Menariknya agar tidak terkena piasan air hujan.

"Aku suka saat menjemputmu sedang hujan begini." ujar Shikamaru pelan. Ia jadi teringat waktu pertama kali bertemu dengan Hinata di halte bus.

Hinata tertawa pelan, "Kenapa?"

"Karena dengan begini kau akan mengandalkanku."

Hinata diam. Seulas senyum tipis menghias bibirnya. Sebenarnya Shikamaru itu manis dengan semua perhatiannya, tapi sayang kemanisan itu tertutupi dengan wajah malas yang kerap kali ia munculkan.

Menyebrang jalan, akhirnya mereka sampai di cafe milik Shikamaru. Pengunjung hari ini agak sepi, mungkin karena hujan. Hinata langsung masuk ke dalam ruangan khusus karyawan. Ia ingin ganti pakaian dan mulai bekerja.

Sudah dua bulan Hinata bekerja untuk Shikamaru. Dan setiap harinya mereka selalu berangkat dan pulang bersama. Mereka sudah cukup dekat saat ini meskipun Hinata belum mau mengakui bahwa mereka sudah resmi berpacaran.

.
.
×××
.
.

"Berkediplah walau hanya sekali. Kau benar-benar bisa buta karena cinta, Shikamaru-san."

Shikamaru hanya mendengus geli mendengar sindiran Deidara. Salah satu karyawan dari bagian dapur itu memang selalu mengatainya macam-macam. Apalagi jika sudah berhubungan dengan Hinata.

Sejak Shikamaru mengumumkan secara diam-diam bahwa Hinata adalah calon istrinya, para karyawan laki-laki sudah tidak lagi berani mendekati Hinata.

Termasuk juga Deidara yang sempat mengajak Hinata untuk pulang bersama waktu itu.

"Shikamaru-san, jadi kapan?" Deidara bertanya sambil menyandarkan setengah tubuhnya pada meja kasir.

"Kapan apanya?"

Deidara mendekatkan kepalanya, "Kapan kalian akan melakukan itu?" bisiknya pelan.

"Sudah."

"Hah!!!" Deidara melotot tidak percaya. Bos-nya ternyata bajingan juga, "Kau tahu dia masih sekolah-"

"Berciuman kan? Ya kami memang sudah melakukannya." jawab Shikamaru santai dan mengusir Deidara untuk kembali ke dapur.

Sambil melenggang kembali ke dapur, Deidara berdecak kesal karena sudah di buat jantungan. Meskipun menjauh, tapi Deidara masih mengharapkan agar hubungan Shikamaru dan Hinata retak lalu ia bisa mendekati gadis itu lagi.

Pemikiran yang terlalu jahat. Tapi begitulah pola pikirnya. Bagi Deidara, selama belum menikah, Hinata masih sah-sah saja untuk di tikung.

Benar kan!?

.
.
×××
.
.

"Aku ingin langsung tidur saja." pamit Hinata saat mereka sudah sampai di depan pintu apartemen masing-masing.

Shikamaru tidak menjawab. Ia langsung menekan kode pintunya sendiri sampai terbuka. Dan sebelum Hinata masuk ke dalam apartemennya sendiri, Shikamaru menariknya.

"Tidur di sini saja." pintanya pelan.

Hinata menunduk, tidak tahu apakah harus menurut atau tidak. Tapi bahkan ia hanya diam saat tangannya ditarik pelan-pelan untuk masuk ke dalam apartemen milik Shikamaru.

Pria itu memeluknya erat setelah sampai di ruang tengah. Hinata membalasnya walau tidak se erat yang Shikamaru lakukan.

"Hanabi pasti akan mencariku." alasan Hinata.

"Kenapa aku merasa bahwa kau tak pernah menyukaiku, Hinata." lirih Shikamaru.

Hinata diam. Antara malu dan bingung harus menjawab apa. Karena Hinata sebenarnya sudah nyaman dengan pria itu.

Shikamaru melepaskan pelukannya. Ia membingkai wajah Hinata agar manik mata mereka bisa saling menatap, "Cepatlah lulus. Kau tidak tahu ketakutan seperti apa yang kuhadapi selama aku belum mengikatmu."

"Shika-kun..."

"Aku tahu kau tidak dekat dengan siapapun. Tapi apa kau tahu jika ada begitu banyak orang yang mau mencoba dekat denganmu, Hinata."

Hinata menelan ludahnya. Sedalam itukah cinta Shikamaru untuk dirinya!?

Mencoba untuk tersenyum, Shikamaru mengusap rambut atas Hinata dengan sayang, "Lupakanlah. Aku hanya takut kehilanganmu. Itu saja."

Terdiam beberapa detik.

"Jadi..apa kau ingin tidur di sini?" tanya Shikamaru. Ia tidak ingin memaksa, jika Hinata belum mau, ia bisa apa.

UMBRELLA [ShikaHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang