Di depan meja kasirnya, Shikamaru duduk bertopang dagu. Sejak tadi matanya selalu mengawasi Hinata yang sibuk mondar mandir pada setiap pelanggan yang datang. Sebenarnya bukan hanya Hinata saja yang mondar mandir disana, tapi fokusnya hanya pada gadis itu.
Setelah merebut hati Hiashi dengan tawaran akan menjaga dua putrinya, Shikamaru kira ia akan mudah jika meminta pernikahannya dengan Hinata di percepat. Tapi nyatanya sangat sulit.
Hiashi malah marah-marah dan menceramahinya dengan banyak hal. Seperti Cassanova dari Otsutsuki Group yang tidak bebas setelah menikahi gadis SMA. Hiashi tidak ingin jika anaknya seperti itu nantinya, harus berhubungan secara sembunyi-sembunyi bahkan dengan suaminya sendiri.
Shikamaru menghela napas. Ada benarnya juga ucapan Hiashi, tapi menunggu enam bulan lagi rasanya Shikamaru tidak akan sanggup.
Apa yang harus ia lakukan?!
Pilihan satu-satunya yang terpampang jelas adalah keharusan untuk bersabar hingga waktu yang mereka tentukan sudah tiba.Hah. Dan itu menyebalkan.
"Hallo, cantik."
Refleks mata Shikamaru langsung melirik pada dua orang siswa yang baru saja masuk. Dari seragamnya, sepertinya mereka satu sekolah dengan Hinata. Gadis itu juga nampak tersenyum saat salah satunya mulai menggoda.
Shikamaru berdehem kuat sambil membolak balik buku novel milik Awadachi. Hinata yang mendengar langsung menyodorkan menu pada teman satu kelasnya, Kiba dan Shino.
"Ingin minum apa?" tanya Hinata yang sudah siap dengan buku dan penanya.
"Shh.. Aku ingin minum sesuatu yang manis seperti wajahmu." Shino berujar dengan kerlingan nakal khas anak SMA.
Hinata membalasnya dengan senyum lagi, "Makanannya?"
"Hmm.. Sesuatu yang yang nikmat seperti bibirmu." jawab Shino dan menutup buku menunya.
Hinata mencatat semuanya, "Dan kau?" tanyanya pada Kiba.
"Aku ingin makan mie terbang dan cake durian runtuh. Minumnya air mineral dan green tea."
"Baiklah. Tunggu sebentar."
Hinata kemudian melangkah meninggalkan dua temannya untuk menuju dapur. Memberikan pesanan itu pada Deidara.
Shikamaru mengikuti. Dan setelah Hinata keluar dari dapur, Shikamaru langsung menariknya ke dalam ruang ganti. Mengunci pintu sekalian mengunci pergerakan Hinata.
"S-Shika-kun.. Ada apa?"
Shikamaru mengangkat tubuh Hinata. Sebelah tangannya menuntun kedua kaki Hinata agar melingkari pinggangnya. Sekarang wajah mereka jadi sejajar.
"Apa maksud salah satu temanmu itu?" tanya Shikamaru sambil menempelkan kening mereka.
"Y-yang mana?"
"Yang mengatakan 'sesuatu yang nikmat seperti bibirmu'."
Hinata langsung tersenyum. Ia mendorong kepalanya agar kepala Shikamaru menjauh. Setelahnya, Hinata mengalungkan kedua tangannya pada leher sang pria.
"Shino-kun tidak pernah memesan makanan sesuai apa yang ia inginkan. Karena ia akan memakan apapun yang dihidangkan di hadapannya. Jika dia memesan, bisa jadi ada lima jenis makanan atau lebih yang akan ia pesan. Dan sudah pasti perutnya tidak akan sanggup menghabiskan semua itu."
"Lalu apa maksud dari ucapannya."
"Dia selalu berkata seperti itu bahkan kepada pegawai pria sekalipun. Jika pegawainya marah, maka temannya akan menjelaskan. Begitulah ia sejak dulu."
Shikamaru mencebikkan bibirnya, namun kepalanya tetap mengangguk mengerti. Aneh juga jika ada orang yang seperti itu.
"Jadi.. Bisa turunkan aku. Aku harus bekerja. Kau tahu, bosku sangat galak." kata Hinata dengan wajah serius.
Tapi kalimat itu malah mengundang gelak tawa pelan dari bibir Shikamaru, "Dan kau seharusnya paham bagaimana cara menjinakkannya, Hinata."
Shikamaru sempat menjilat pinggiran bibirnya sebelum memagut bibir Hinata dengan lembut. Tapi baru saja ia akan memperdalam ciumannya, gangguan alam tiba-tiba datang.
Dok dok dok
Pintu diketuk kasar dengan sapaan suara Deidara yang menyebalkan di telinga Shikamaru.
"Hinata, kau di dalam? Ini pesanan meja nomor berapa?"
Shikamaru melepaskan tautan bibirnya. Ia juga menurunkan tubuh Hinata dari gendongannya. Menghela napas kasar, ia buka pintu dan langsung kembali ke balik meja kasir tanpa peduli dengan Deidara yang tersenyum menang.
Sementara Hinata hanya menunduk malu dan mengambil alih makanan yang ada di tangan Deidara.
KAMU SEDANG MEMBACA
UMBRELLA [ShikaHina]
Short StoryFollow dulu sebelum baca. √ End- Sesungguhnya Hinata benci hujan. Tapi setelah menemukan pria itu, diam-diam Hinata mulai membuang rasa bencinya. : : : UMBRELLA ShikaHina Fanfiction By Hildegard Moe 26/09/2018