Bola mata mereka sama-sama menatap saat tidak sengaja keluar dari apartement masing-masing. Hinata hanya diam dan melengos begitu saja melewati Shikamaru.
Shikamaru berdehem pelan lalu mengikuti langkah Hinata menuju pintu lift, "Mana Hanabi?"
"Sudah berangkat." jawab Hinata cuek.
Shikamaru menghela napasnya. Entah kenapa Hinata terlalu sulit di tebak, padahal kemarin mereka sudah sangat dekat, tapi pagi ini kembali seperti tak saling kenal.
Ada apa?
Pintu lift terbuka, Hinata masuk diikuti oleh Shikamaru. Hanya ada mereka di dalam ruangan sempit itu.
Hinata diam. Mencoba untuk tidak peduli pada semua yang Shikamaru lakukan. Hari ini ada ujian dengan Kurenai-sensei, dan sialnya Hinata lupa belajar gara-gara memikirkan tawaran dari Shikamaru.
Ia kesal pada dirinya sendiri sampai-sampai tersenyumpun rasanya tidak sanggup. Bawaannya selalu ingin marah pada siapapun yang ia jumpai.
"Hinata."
"Hng?" Hinata hanya menggumam sebelum terkejut dengan benda lunak yang singgah di lehernya.
Itu bibir Shikamaru.
Hinata memegangi lehernya dengan tubuh merapat pada dinding lift, "A-apa yang kau lakukan?"
"Mengambil perhatianmu." jawab Shikamaru santai. Bahkan terlalu santai seolah-olah ia tak pernah melakukan hal apapun pada anak gadis orang.
Hinata berdecih lengkap dengan wajah tidak suka. Tapi hanya bertahan sebentar sebelum kembali pucat pasi saat Shikamaru mengurungnya di antara lengan yang kokoh.
Ibu jari Shikamaru berjalan menyusuri lekuk bibir Hinata. Dan ia tersenyum saat Hinata merapatkan bibirnya erat-erat. Gadis itu ketakutan. Ugh, kawaii ne.
"Pasti rasanya manis." gumam Shikamaru. Ia berdiam diri sebentar sebelum mendekatkan kepalanya pada Hinata. Perlahan tapi pasti, ia dapat mengendus aroma lavender yang menguar dari diri Hinata dan...
Ting
Pintu lift terbuka sebelum Shikamaru sempat mendaratkan bibirnya. Awalnya ia hanya ingin menggoda Hinata, tapi ketika mata sang gadis terpejam, hasratnya jadi menggebu-gebu sampai setan dalam dirinya bangkit.
Tapi sayangnya pintu lift sialan itu terbuka dengan cepat dan membuat Shikamaru kehilangan kesempatan bagusnya.
Membosankan.
Hinata mendorong tubuh Shikamaru kuat kemudian lari meninggalkan pria yang wajah kusutnya semakin kusut.
Berkali-kali bibir Hinata memaki dengan tangan yang memegangi dada. Detakannya jadi kacau gara-gara si tetangga sialan.
:
:
:++ ╮(╯▽╰)╭ ++
:
:
:"Bagaimana?"
Shikamaru hanya memberikan tatapan malas pada Sasuke yang duduk di depannya. Lagi-lagi pria berwajah dingin itu bertanya perihal Hinata padanya.
Berteman cukup lama, Shikamaru jelas hafal dengan gerik Uchiha jika menginginkan sesuatu.
Keh, dia pikir bisa menikung Hinata darinya. Jangan mimpi, Uchiha. Hinata sudah target Shikamaru, dan itu takkan berubah.
"Ck. Sudah ada kemajuan, tentu saja." jawab Shikamaru tak acuh.
"Hei hei. Kenapa wajahmu seperti itu, aku bahkan belum beraksi, dan kau sudah kehilangan semangat begitu. Dasar payah." Sasuke berkata sambil menyesap capuccinonya.
"Kau tahu, aku menyesal memberitahu incaranku padamu, tuan tukang tikung. Apa kau belum puas setelah menikung Sai dengan merebut Ino darinya?"
Sasuke tertawa lebar, "Oh, ayolah Shikamaru. Jangan membuatku jadi penjahat seperti ini. Aku hanya menggodamu, jangan terlalu serius, okay?"
Shikamaru berdecak, mana mungkin ia percaya omongan Uchiha. Dari seratus kata yang terucap, mungkin hanya dua puluh lima yang ia percaya.
Shikamaru tidak bodoh untuk mengetahui hal itu.
Kalimat Sasuke memang selalu manis, tapi terlalu banyak racun di dalamnya yang bisa membuatmu langsung mati jika ia inginkan.
Ngghh...
KAMU SEDANG MEMBACA
UMBRELLA [ShikaHina]
Short StoryFollow dulu sebelum baca. √ End- Sesungguhnya Hinata benci hujan. Tapi setelah menemukan pria itu, diam-diam Hinata mulai membuang rasa bencinya. : : : UMBRELLA ShikaHina Fanfiction By Hildegard Moe 26/09/2018