Berteriak bukanlah pilihan bagus saat kau terjebak dalam ruangan tertutup rapat dengan seorang lelaki mesum seperti Shikamaru Nara. Yang kau butuhkan hanya tenaga dan tekad kuat agar bisa menendang selangkangannya.
Sama halnya dengan Hinata. Gadis yang rambutnya di ikat ekor kuda itu berontak saat Shikamaru memeluk tubuhnya dari belakang. Meskipun tahu bahwa ia akan kalah, ia masih saja mengerahkan semua tenaganya.
Kecupan-kecupan halus bahkan mulai Hinata rasakan di tengkuknya. Membuat Hinata merinding karena geli yang mengganggu.
"Shika-kun." kata Hinata lembut. Berharap dengan kelembutan itu Shikamaru akan mengalah dan berhenti menggeluti lehernya. Demi apapun Hinata sangat takut saat ini. Takut kalau-kalau Nara yang tidak punya otak ini akan menelanjanginya di dalam lift.
Bukan tanpa alasan sebenarnya Shikamaru melakukan hal tersebut. Ia juga takut. Takut jika Sasuke mulai bertindak dan Hinata akan jauh darinya. Melenyapkan angan-angannya tentang menantu kiyowo yang akan ia berikan pada mama Yoshino.
Sekali lagi Hinata berontak ingin melepaskan diri, tapi sialnya tenaga Shikamaru bukan main-main kuatnya. Mendekapnya erat dan memasang siaga penuh sebagai penjagaan di bagian kaki.
"Aku akan membiayai semua kebutuhanmu, seumur hidup."
Gerakan Hinata berhenti. Ia tidak lagi berusaha melepaskan dekapan tangan Shikamaru. Ia hanya menutup lehernya agar Shikamaru tidak mengecupinya lagi.
Membiayai seumur hidup katanya?
Apa laki-laki itu sanggup?"Aku mungkin salah dengar." gumam Hinata pelan. Tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
Shikamaru tersenyum samar. Ia melepaskan dekapannya saat pintu lift terbuka. Menarik tangan Hinata untuk mengikutinya masuk ke dalam kamar miliknya.
Tidak suka, Hinata ingin berbalik, tapi Shikamaru menahan, "Aku ingin bicara serius."
"Nanti malam saja." kilah Hinata.
"Kau pikir aku percaya. Jelas nanti malam kau tidak akan mau membuka pintu kamarmu." Shikamaru berjalan dan memojokkan Hinata pada pintu.
Tidak bisa berkutik. Hinata diam dan memalingkan wajahnya agar tak menatap wajah tampan itu. Perasaan takut yang tadi melandanya kini menghangat dengan perasaan lain.
Mengapa?
Kenapa tiba-tiba sekali?
Hinata yakin ada yang tidak beres dengan hatinya."Aku ingin melamarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
UMBRELLA [ShikaHina]
Short StoryFollow dulu sebelum baca. √ End- Sesungguhnya Hinata benci hujan. Tapi setelah menemukan pria itu, diam-diam Hinata mulai membuang rasa bencinya. : : : UMBRELLA ShikaHina Fanfiction By Hildegard Moe 26/09/2018