"Jadilah kekasihku, Moriya Akane." ucapnya di depan semua guru dan murid di glosarium. Membuat semua mata tertuju padaku.
.
.
.
.
.
.Hari ini adalah hari kami naik ke kelas dua SMA. Satu tahun terlewati untuk menghadapi setahun kedepan. Banyak murid baru yang membuat kami bernostalgia dan tentunya kakak kelas kami yang tidak lagi bisa meluangkan waktunya sebebas kami.
Dan disinilah aku, duduk di salah satu bangku kosong yang berjejer di glosarium karena hari ini adalah hari penerimaan murid baru.
Sebenarnya—secara pribadi— aku tidak perlu repot-repot datang lalu duduk disini tapi karena ayahku adalah kepala sekolah disini dan aku adalah salah satu ketua ekskul, maka aku diminta untuk hadir disini.
"Haduh, kenapa aku harus berada disini?" Cerocos seorang gadis dengan pakaian yang sama sepertiku begitu ia duduk di kursi disamping. Shida Manaka.
"Karena kamu adalah ketua ekskul Volly tentunya," jawabku saat dia mengibasi wajahnya dengan pamflet yang ku duga adalah pamflet untuk mempromosikan ekskulnya.
"Bagaimana denganmu? Kami menyebarkan pamflet untuk menarik perhatian mereka, tapi ku lihat kamu tidak membuat apapun untuk menarik minat anak baru di Tenis." Sambarnya.
"Tidak penting dengan pamflet, atau brosur, atau sebagainya. Kamu tahu kan aku pandai berbicara? Hanya dengan omongan aku yakin ada yang tertarik masuk ke klub tenis." Kataku sedikit menyombong hingga dia terkekeh pelan.
"Terserah apa katamu, sersan. Tapi hati-hati dengan Suzumoto Miyu dari eskul dance.. aku rasa dia akan menarik banyak minat pendatang baru dengan membawa Oda Nana ke clubnya!!"
Aku memutar bola mataku malas dengan kekehan pelan. Sejujurnya, aku juga malas harus bersaing mempromosikan ekskul yang ada di sekolah. Toh, ini semua adalah kemauan sang murid untuk memilih.
Tapi tidak ku pungkiri, ekskul tenis berada di peringkat 5 tertinggi itu karena hasil kerja keras kawan-kawanku yang berusaha meyakinkan anak baru bahwa bermain tenis tidak hanya berolahraga namun kepuasan.
"Selamat datang para hadirin— yang saya hormati. Kepala Yayasan, guru-guru, serta teman-teman, dan murid baru yang telah memilih sekolah ini sebagai sarana edukasi untuk tiga tahun kedepan."
Acara penerimaan telah dimulai selepas ayahku mengambil alih fodium di depan sana. Acara berlangsung cukup lama dengan banyak basa-basi dari kepala yayasan, tentang sejarah sekolah ini—sampai sekarang masih berdiri kokoh dan memiliki akreditasi yang memuaskan.
Sampai tiba giliran kami untuk mempromosikan ekskul kami. Manaka maju terlebih dahulu untuk mempromosikan klub volly yang ia pimpin semenjak setahun yang lalu.
Kedua ada Kobayashi Yui dari klub musik dengan sedikit mempamerkan kepiawaiannya memetik senar gitar.
Ketiga ada Suzumoto Miyu dan Oda Nana yang menari-nari meningkatkan antusianisme murid baru yang bersorak-sorai.
Lalu yang terakhir ada aku yang cuma menuturkan beberapa kata dalam kurun waktu lima menit. Tidak banyak namun berhasil membuat tepuk tangan dari banyak murid dan guru-guru.
Seharusnya setelah ini, ayahku akan memberikan kata penutup dan mengakhiri acara penerimaan ini. Tapi tidak. Tiba-tiba saja, seorang gadis yang begitu disegani oleh hampir seluruh pengisi sekolah ini datang ke fodium, mengambil alih mikrofon yang ku letakkan pada penyangga dan berdeham.
"Maaf sebelumnya karena aku disini tidak untuk mempromosikan ekskul atau klub apapun tapi untuk mengatakan hal yang menganjal di hatiku selama setahun aku bersekolah disini.." ujarnya yang membuat seluruh guru bahkan kakeknya — sang kepala yayasan — terkejut atas kelakuannya diatas sana.
".. SMA adalah masa-masa yang dipercaya sebagai masa paling indah sepanjang hidup kita. Dari sini kita belajar mencari jati diri kita, mengebangkan pikiran, dan katanya pencarian cinta pertama.."
Aku yang sudah berada di samping Manaka mengeritkan kening. Begitu pula Manaka yang segera mencibirnya bersama teman-teman yang lain.
"Dia bicara apa sih?"
".. aku benar-benar percaya untuk hal itu semua. Maka aku disini ingin mengatakan dengan berani dan sedikit gila untuk mengakui kalau aku menyukai seseorang dari angkatanku disini."
Semua orang mulai berbisik-bisik. Kemudian gadis itu hanya tersenyum miring menghadap kami di samping fodium. Lalu dengan lancangnya ia menunjuk ke arahku, tepat mengarah ke wajahku.
"Jadilah kekasihku, Moriya Akane." ucapnya di depan semua guru dan murid di glosarium. Membuat semua mata tertuju padaku.
"SUGAI-SAN BENAR-BENAR GILA!" Guman Oda Nana di belakangku.
Aku mendadak kaku kemudian berfikir bahwa ini adalah mimpi, aku pasti tertidur saat acara ini berlangsung. Tapi tidak, sesaat kemudian aku dapat melihat ayahku mengambil alih mikrofon dari gadis itu kemudian tertawa seolah itu semua hanyalah lolucon semata.
Tapi gadis itu benar-benar tidak turun. Dia tetap berdiri disini dengan berani dan dengan tanpa malu kembali berteriak padaku.
"KAU TIDAK PERLU MENJAWABNYA SEKARANG, MORIYA-SAN. AKU AKAN MENUNGGUMU SAMPAI SEBULAN INI! AKAN KU TUNJUKAN BAHWA AKU PANTAS UNTUK MENJADI KEKASIHMU!"
.
.
.
.Dan dari sinilah kisah cintaku yang gila di mulai...
KAMU SEDANG MEMBACA
30-Days.
Fanfiction"Jadilah kekasihku, Moriya Akane." ucapnya di depan semua guru dan murid di glosarium. Membuat semua mata tertuju padaku.