H-6

319 52 1
                                    

Sekolah kembali masuk dan Akane tidak menemukan sosok Yuuka di kelasnya. Kumi bilang bahwa Yuuka izin karena ada urusan di imigrasi. Kemudian, gadis berambut panjang itu berjalan luntang-lantung bagaikan mayat hidup kembali ke kelasnya.

"Ah, itu dia, Akane!" Serua Manaka membuatnya mendongak. Di depan kelas, dua gadis itu saling menatap ke arahnya. Seorang lagi adalah Suzumoto Miyu, murid dari ekskul dance yang sempat Manaka bicarakan.

"Ah, halo."

"Hai, Akane. Apa kau serius mau ikut membantu kami untuk acara ini?" Miyu adalah orang yang tothepoint. Itulah kenapa dia langsung bertanya padahal Akane baru menghampiri dia.

"Tentu saja,"

"Bagus." Miyu menjabat tangan Akane, "Kau diterima! Latihan di mulai hari ini sepulang sekolah, datanglah ke ruang dance. Oke? Sampai jumpa!"

Manaka kemudian merangkul Akane, "Hei, ada apa dengan wajahmu? Tenang saja, anak dance semuanya cantik-cantik siapa tau kau bisa— UAAA!!!"

"Diamlah kau bajingan!" Kesal Akane dengan menginjak kaki Manaka sembarangan kemudian masuk ke kelas.

Yuuka tak percaya bahwa dia harus ikut ke peresmian cabang perusahaan baru dibanding sekolah. Ini pun dipaksa oleh sang kakek dan ayahnya tak sanggup menolak.

"Semua anak mendambakan libur dari sekolah, sayang." Kata sang ayah dengan lembut pada Yuuka yang berdiri tak jauh dari sampingnya.

".. namun ikut ke acara seperti ini? Mana ada yang mau," Yuuka mengedarkan pandangannya ke sembarang dan mendapati sosok kakak kelasnya, Habu.

Dan secara kebetulan, mata mereka bertemu. "Yuuka?"

"Tumben sekali kamu ikut acara seperti ini, sudah siap menjadi pewaris?" Ejek Habu yang sangat paham dengan sikap Yuuka sedari dulu selalu enggan ikut acara peresmian seperti ini.

"Dipaksa,"

"Kakekmu tak pernah berubah ya?"

Kini mereka ada di sudut ruangan yang jauh dari para tamu undangan lainnya. Habu sendiri memang dari dulu dibiasakan ikut acara seperti ini, apalagi dia adalah pewaris tunggal yang sebentar lagi akan terjun langsung ke perusahaan.

"Oh, ngomong-ngomong, bagaimana persiapan kepergianmu?"

"... Mereka telah menyiapkan semuanya dengan baik,"

"Pasti sedih ya meninggalkan semuanya disini,"

Yuuka menatap kosong gerumunan orang-orang yang sedang bertepuk tangan di depannya, pikirannya melayang entah kemana, memikirkan banyak hal yang tak dapat Habu ketahui.

Tiba-tiba, Habu menepuk pundak Yuuka seolah tahu bahwa Yuuka memikirkan hal yang membuatnya sedih.

"Kau harus kuat," katanya meneguhkan.

Mendengar itu, Yuuka tersenyum lebar dan mengangguk. Ya, dia harus kuat. Ini untuk Akane dan untuk dirinya.

"Maaf telah membuatmu beberapa kali terluka, Habu."

"Bukan salahmu," Habu tersenyum, "Ini juga salahku.. aku yang harusnya minta maaf."

Kini tubuh ramping Habu harus menahan beban tubuh Yuuka yang dengan tiba-tiba memeluknya. Untung saja mereka berada di pojokan, jadi tidak ada yang melihatnya.

"Kau ini..." dengus Habu membiarkan gadis itu memeluknya erat.

-

Latihan Akane berakhir dengan rasa pegal di sekujur tubuhnya. Ia tidak percaya ia akan merasa sepegal ini daripada bermain tenis. Shiho maupun Manaka merasakan hal yang sama.

"Ah, pulang nanti aku mau berendam.." guman Shiho disertai anggukan oleh Manaka.

"Aku juga mau berendam.." kata Manaka, ".. dengan Shiho. Hehehehe.."

Bug- "sekali lagi kau berkata hal menjijikan seperti itu, kamu akan mampus." Ancam Akane setelah menjitak kepala Manaka hingga anak itu mengaduh.

"Aish, seperti tidak pernah melakukannya saja dengan Yuu-------" Manaka segera berhenti ketika melihat sosok gadis yang ingin saja ia sebut namanya berdiri di depan gerbang.

"Yuuka?"

Gadis itu tersenyum lalu melambaikan tangannya, seolah mengisyaratkan Akane untuk menghampirinya. Maka, Akane buru-buru berlari padanya seolah melupakan rasa pegal di tubuhnya.

"Hei, kamu kelihatan capek." Sapa Yuuka. Akane jarang-jarang melihat Yuuka dengan pakaian formal seperti ini, dia terlihat sangat cantik dan menawan.

"... A-ah, aku habis latihan."

"Latihan?"

"Untuk pentas tari," jawab Manaka dari belakang . Gadis itu menepuk pundak Akane, "duluan ya, aku mau pulang bareng berdua sama kesayangan aku dulu. Dah!!!"

"Ck, sialan!" Kesal Akane yang hampir ingin memukul Manaka yang sudah menggandeng Shiho pergi.

"Mereka pacaran?"

Akane mengangguk setelah mendesah, "begitulah. Kaget aku juga,"

"Enak ya.." guman Yuuka walau masih bisa terdengar oleh Akane.

"Kamu habis darimana? Rapi banget?"

"Oh ini.." Yuuka terkekeh, "acara bisnis. Sudah makan? Mau makan malam bareng?"

"Eh? Tapi aku lagi jelek.."

Yuuka meraih tangan Akane kemudian memintanya masuk ke dalam mobil, "hmm? Kamu lagi berbohong ya? Sudah masuk aja, mau jelek mau cantik aku tetap suka kamu tuh."

Mendengar itu, Akane malah merona malu. Dalam perjalanan, Akane lebih banyak berceloteh tentang Manaka dan ditanggapi dengan tawa atau anggukan oleh Yuuka; sesekali berkata sedikit.

Tanpa sadar mereka berada di salah satu restoran yang cukup mewah, Akane sampai ragu-ragu untuk masuk karena ia masih memakai seragam, namun Yuuka mengatakan bahwa ia tidak bermasalah soal itu.

Kini mereka melangkah ke dalam restoran itu, Yuuka menyebutkan nama Sugai pada seorang pelayan dan pelayan itu membawa mereka ke meja yang agak jauh dari keramaian.

"Duh, kenapa aku dibawa kesini? Aku daritadi dilihatin terus karena pakai seragam!"

Yuuka lagi-lagi terkekeh. Jujur, anak itu menjadi sangat dewasa kalau dengan pakaian formal seperti ini. Rasanya Akane kalah jauh cantiknya.

"Gak masalah, kok. Disini ruang privat. Jadi kamu gak perlu khawatir." Kata Yuuka lembut. Ia menyentuh tangan Akane dengan halus. "Aku lagi ingin mengajakmu ke tempat seperti ini, karena mungkin ini jadi yang terakhir kali..."

Akane menunduk, "Jangan bilang kaya gitu dong."

"Kalau kamu ngomong seperti itu, kesannya kamu jadi gampang nyerah dan pasrah!" Yuuka mendongak, kaget dengan ucapan Akane barusan.

"Kita memang gak lama dekat, sedekat kamu dengan Habu-senpai. Cuma sebulan, tapi aku tahu kamu gigih dan terus berjuang sampai sekarang..." Akane menunduk, ".. ini cuma salah keadaan, jadi tolong jangan bersikap sepesimis itu..."

Yuuka tersenyum lebar, hatinya menjadi berdebar tak karuan, ada sesuatu yang mencuat keluar memenuhi rongga dadanya. Tanpa sadar, ia menangis terharu.

"E-eh? Yuuka?"

"Makasih.. makasih..." lirih Yuuka dengan berlinang air mata.

"Makasih karena telah menjadi orang yang pengertian sampai sejauh ini.. Akane."

***

30-Days.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang