Gladi bersih. Seruan anak-anak membakar semangat. Manaka dan Akane berusaha melakukan yang terbaik semampu mereka. Hanya berniat mengikuti bagian flashmop awalnya namun kini mereka berdua diangkat ke tim inti.
Latihan yang begitu keras mereka lewati demi mencapai kesempurnaan dan itu mampu mereka lewati sampai hari terakhir latihan.
Dua hari lagi mereka akan tampil, tentu dengan banyak orang yang akan hadir. Walaupun begitu, Akane merasa tak terlalu penting soal penonton. Toh, orang yang Akane harapkan sudah tidak bisa menontonnya.
"Mukamu kusam banget!" Seru Manaka begitu istirahat tiba. Ia melihat wajah kusut Akane yang sudah belakangan ini ia tunjukan.
"Diam kau,"
"Ugh, kasar."
Manaka sebenarnya telah merencakan sesuatu untuk Akane. Dia sudah menceritakan pada Yuuka, meminta agar Yuuka ikut membantunya juga, hitung-hitung agar Akane bisa bertemu Yuuka untuk terakhir kalinya mengucapkan selamat tinggal.
Manaka juga sudah berkompromi dengan Suzumoto, anak itu tentu tidak dengan alasan mengangkat mereka berdua ke tim inti. Ini semua rencana Manaka.
Ah, Shiho pun, sebagai adik dari Akane. Ia berusaha agar ayah mau mengizinkan acara pentas tari sudah semenjak Yuuka memutuskan untuk pergi. Dengan banyak pertimbangan akhirnya diizinkan.
Dalam dua hari ke depan, mereka mungkin akan kesulitan untuk bertemu. Manaka harap Yuuka berhasil membantu rencana ini.
***
Yuuka sendiri sedang ada di jamuan makan malam keluarga Yuuka dengan Habu. Sebuah jamuan formal dimana mereka saling berbincang seputar bisnis.
Biasanya, Yuuka tidak terlalu bermasalah kalau ada jamuan makan malam dengan Habu tapi sejak beberapa kejadian tak mengenakan, ia menjadi agak canggung.
Habu mengetahui itu kemudian berusaha mencairkan suasana dengan mengajak Yuuka keluar ke taman. Mereka membicarakan hal ringan mulai dari kabar hingga kegiatan mereka sejauh ini. Yuuka sudah jarang masuk sekolah, perintah kakeknya, ia ingin Yuuka belajar saja di rumah disisa harinya tapi kadang gadis ini bersikap keras kepala demi bertemu Akane.
"Sebentar lagi kamu pergi ya?" Yuuka hanya tersenyum tipis, ia tidak berniat menjawab.
"Rasanya bakalan sepi kalau kita adain jamuan makan malam lagi," sambung Habu dengan senyuman. Yuuka terus terdiam.
"Tapi lebih sepi lagi kalau kamu diam seperti ini, apa yang sedang kamu pikirkan?"
"Entah. Aku juga tidak tahu, ini rasanya terlalu cepat dan aneh. Padahal rasanya aku baru berlari ke atas panggung, merebut mikrofon, dan mengutarakan perasaanku dengan gilanya tapi aku sadar itu sudah berlalu dan kini aku harus pergi tanpa sempat menjadikan dia milikku."
Habu menepuk pundak Yuuka dan mendorongnya untuk bersandar di tubuhnya. "Hah, aku benci melihatmu seperti ini.."
Yuuka membalas peluk Habu, mungkin ini yang dia inginkan terlebih dahulu, sebuah pelukan. Walaupun ia terus membayangkan bahwa Akanelah yang kini memeluknya.
"Aku tahu sifat konyol kakekmu, aku tak percaya kamu harus mengikuti kemauannya."
"Ayahmu bahkan tidak bisa menentangnya!" Sambung Habu dengan kesal. Ia mengusap pundak Yuuka, orang yang masih ia sukai itu dengan perlahan.
"Aku sedih.." guman Yuuka dalam peluknya.
"Kau bisa menangis, akan ku tutupi mukamu." Setelah mengatakan itu, ia merasakan cengkaraman kuat di pakaian bagian belakangnya lalu isak tangis terdengar.
***
Akane pulang dengan keadaan benar-benar suntuk, ia tak lagi menghabisan makan malamnya, ia juga tidak lagi terlihat serius saat menonton drama favoritnya bersama Shiho semua dikarenakan seseorang, ya, yang lain dan tak bukan adalah Sugai Yuuka.
Akane yang sedang melihat ke arah layar televisi mendadak terkejut ketika layar mendadak padam. "Loh, kok mati?"
"Iya tentu ku matikan, dramanya sudah habis daritadi kok."
"Eh? Benarkah?" Akane benar-benar gak sadar kalau dia terus melamun sepanjang drama di putar. Bahkan ini sudah lewat beberapa menit dari pemutaran drama.
"Makanya jangan melamun terus!" Seru Shiho, ia membersihkan camilan yang dia habiskan sendirian. "Aku sampai menghabiskan dua bungkus keripik sendirian loh,"
" ... ah,"
"Kakak tidak tidur? Kau kelihatan lelah banget."
Ucap Shiho tanpa mempedulikan sang kakak yang termenung di sofa."Iya. Kau benar, ku harus tidur.."
Akane masuk ke dalam kamarnya dan mendesah pelan. Ia mengambil ponselnya dan mendapatkan sebuah pesan dari Yuuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
30-Days.
Fanfiction"Jadilah kekasihku, Moriya Akane." ucapnya di depan semua guru dan murid di glosarium. Membuat semua mata tertuju padaku.