H-9

320 51 1
                                    

"LIBURAN!!!" teriakku nyaring ketika kaki ku terpijak di depan gerbang disney world, sungguh aku mengidam-idamkan bisa liburan kesini berdua seperti di film-film romansa bersama Yuuka.

Yuuka sendiri sudah ada di sampingku, tersenyum sangat lembut dan manis. Dia mengulurkan tangan, "gandengan?"

"Um." Aku meraih tangannya dan kami saling bergandengan. Pertama kali masuk kesini, kami dihadiahi banyak sekali hiburan dari karakter disney, apalagi salah satu yang ku suka, Mickey Mouse.

"Lucu banget!" Mungkin menjadi kata-kata yang sering aku lontarkan ketika melihat banyak barang merch unik yang sangat terlihat manis.

"Kalau mau ambil satu, aku belikan."

"Eh, apakah boleh?"

Yuuka meraih bando berbentuk kuping tikus dan mengenakannya di atas kepalaku, "tentu saja boleh, kau terlihat cantik kok."

Aku tersipu malu. Disaat seperti ini, Yuuka sangat terlihat keren, dia juga terlihat menikmati perjalanan ini. Melihat ini semua membuatku lupa bahwa tak kurang dari sembilan hari lagi, kami akan berpisah.

Terasa secepat itu, ya?

Padahal aku baru merasakan banyak hal yang terjadi dalam kurun waktu sebulan ini, semua emosi yang berkecamuk itu menjadi sebuah warna dalam kehidupanku yang dulunya biasa saja.

Yuuka lah sumbernya. Gadis berambut panjang dengan senyum khasnya membuat warna dalam hidupku menjadi beragam.

"Tanganmu halus banget," kata Yuuka di sela-sela kami berdiri untuk melihat parade dari kejauhan. Dia masih menggandeng tanganku dengan erat.

"Benarkah? Tangan Yuuka juga,"

"Aku baru menyadarinya loh." Dia tertawa kecil, "Akane sangat cantik, aku sampai tak mampu berpaling."

Ku pukul pundaknya gemas, "kau ini!"

"Ini akan jadi yang terakhir, ya kan?"

Tiba-tiba suana menjadi sangat sunyi, semua pergerakan di mataku mendadak sangat lambat, aku tersenyum tipis.

"Sembilan hari lagi.."

"Aku ingin Akane memikirkan semua ini dengan bahagia dan senang, kita akhiri dengan kenangan manis. Jadi tolong jangan bersedih," Aku mengangguk mendengar ucapan Yuuka yang terkesan sangat menyedihkan itu.

Tak disangka, Yuuka mengecup bibirku di belakang orang yang sedang fokus pada parade. "Aku akan sangat merindukan itu kalau sudah pergi,"

"Yuuka.."

Yuuka kembali menonton parade. Bagiku, sosok Yuuka yang sekaranglah yang akan sulit aku lupakan. Gadis dengan senyum yang selalu terhias itu tak pernah menampakan sedikitpun kegusarannya.

Bahkan saat Habu pun,

Aku jadi penasaran. Ekspresi apa yang dia pasang saat berhadapan dengan kakeknya? Apa dia tetap tersenyum dengan mengangguk? Apa dia mulai mengerucutkan bibir menahan tangis?

Jarakku dan Yuuka terasa sangat jauh ketika memikirkan itu. Aku yang tidak pernah mau tahu soal Yuuka kini mulai menyesal, kenapa tidak dari awal memikirkan hal macam ini?

Aku menarik lengan Yuuka, membuatnya terkejut, dan berakhir di bibir. Dia membuka kedua matanya lebar-lebar. Aku benar-benar meratapi kebodohanku sampai air mataku mengalir.

"A-akane.." dia berbisik saat melihat air mataku, ".. ada— kenapa kamu menangis?"

Aku tak bisa menjawabnya, rasanya sangat sesak untuk bisa mengakui bahwa aku menyesal tak menyempatkan waktu dengan baik untuk terus mengenal Yuuka.

30-Days.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang