Aku melihat Yuuka pagi ini, itu tandanya dia menepati janjinya untuk masuk ke sekolah. Aku bernafas lega, setidaknya aku masih bisa melihat dia berkeliaran di sekolah sebelum dia pergi, kan?
"Ku dengar kamu di-pinalti, benar?" Aku memandang Manaka yang sedang asik memainkan ponselnya padahal ia sedang berbicara padaku.
Kami sedang ada kelas kosong, entah kemana guru sejarah kami yang bawel itu. Katanya sedang ada panggilan, aku tak ingin tahulah.
"Iya. Begitulah."
"Kenapa?"
"Meninju Mizuho-senpai, lah!" Seru Shiho yang tiba-tiba muncul depan kami lalu tertawa terbahak-bahak.
"Ya! Sepertinya enak kalau aku di skors karena memukul dua orang sekarang." Kataku hingga membuat mereka berdua bungkam.
"Tapi serius, kau benar-benar di pinalti?"
"Menurutmu?"
"Sayang sekali, aku jadi tidak yakin mereka akan bawa medali tuh."
Shiho tertawa, dia tidak ada kapoknya memang, "kalau mereka sampai menang, Akane-neechan akan dicoret dari tim inti."
"Kau ini benar-benar!"
"Aaa!" Shiho berteriak dan menghindar dari tendangan Akane seraya tertawa mengejeknya.
Pelajaran suntuk itu akhirnya selesai juga. Sebagian anak-anak keluar menuju kantin dengan cepat, termasuk Akane dan Manaka—kalau Shiho sih memilih makan bersama teman se-gengnya.
Di tangga untuk turun menuju kantin, mereka berpapasan dengan Yuuka dan Sasaki Kumi, sahabatnya Yuuka. Manaka tersenyum untuk menyapa namun begitu Akane melakukannya, malah suana jadi canggung.
"Kau belum berbaikan dengan Sugai apa bagaimana?" Tanya Manaka sekiranya jarak mereka sudah jauh dari anak kelas lain itu.
"Entahlah." Akane sendiri juga bingung sekarang tentang hubungannya. Tidak ada lagi panggilan, tidak ada lagi pesan masuk, semua mendadak monoton seperti dulu.
Yuuka meletakan mampan makanannya di hadapan Kumi dan mendesah, "Apa aku menyerah saja?"
"U-huh?"
"Aku rasa aku harus menyerah dengan ultimatumku selama sebulan itu.." Yuuka memainkan supnya, "Kau tahu, ini belum sebulan— masih dalam hitungan minggu tapi aku sudah dalam posisi seberat ini."
"Ya! Jangan!" Seru Kumi, "Kau sudah lewati sampai sekarang. Apalagi Akane sudah luluh, ini hanya masalah waktu."
"Aku sudah mengiyakan kepindahanku, Kumi."
"Kau tahu bahwa Akane sudah membuat si Otaku itu tunduk padanya, dia tidak lagi menganggu Akane sekarang. Ini kesempatanmu, kau harus memperjuangkannya!"
"Kenapa kau terdengar sangat semangat dariku, Kumi?"
Kumi terkekeh, "Karena aku menyukai adiknya Akane, Moriya Shiho! Kalau kau berpacaran dengan Akane, dengan mudah aku dekati adiknya!"
"Kau ini.." Yuuka menggeleng tak percaya. Namun Kumi ada benarnya juga, hanya dalam sepuluh hari lagi sebelum waktunya berakhir dan ia akan pergi ke luar negeri, ia tidak boleh menjadi lemah seperti ini.
"Terima kasih Kumi!"
"Ho'oh, tentu sa— mau kemana kau, hei!"
Akane menyantap rotinya dengan tak bersemangat, rasanya dia ingin pulang dan tidur seharian agar waktu berjalan lebih cepat.
"Kau sakit?"
"Iya. Sakit jiwa dan hati."
Manaka menggeleng dan melanjutkan memakan makan siangnya sampai ia melihat Yuuka mendekat.
"Hei, aku ke toilet dulu ya."
"Uh- ho, baiklah."
"Hei."
"Huh? Manaka, kau cepat sekali tadi katanya mau ke— to..ilet.." Akane merasa sangat canggung melihat senyum Yuuka disampingnya.
Yuuka kemudian duduk disampingnya masih tersenyum, "Ada apa? Kamu terlihat gugup begitu?"
"S-siapa yang gugup coba!?"
Akane mengutuk suaranya yang bergemetar kemudian mendesah, "Kalau kamu disini pasti ada yang mau dibicarakan, ya kan?"
"U..um." Yuuka memainkan rambutnya, "Sebenarnya, aku ingin menyampaikan kalau—"
"Aku tidak ingin mendengar soal kepergianmu, Yuuka."
"Baiklah.."
Akane menengguk minumnya, "Kau tahu, aku mungkin akan kangen dengan dirimu nanti. Tidak akan ada lagi orang yang menungguku di gerbang, mengangguku ketika istirahat, dan.."
".. memaksa pulang bersama dengan naik mobil, makan di rumahmu, dan bercanda dengan keluargamu sampai kamu seolah dikucilkan.."
Akane tersenyum, ".. sepuluh hari lagi ya?"
"Sangat menyakitkan bahwa aku tidak bisa menepati janjiku, oleh karena itu aku ingin mengajakmu kencan untuk terakhir kalinya bagaimana?"
Akane terkekeh, "Apa kita akan menginap di hotel mahalmu lagi?"
"Tidak.." jawab Yuuka, "Tapi kalau kamu mau boleh saja si. Aku gak tanggung apa yang akan terjadi kalau kita sekamar lagi ya..!"
Akane memukul pundak Yuuka dengan kesal namun Yuuka membalasnya dengan tawa renyah.
"Jadi .. bagaimana?"
"Apanya bagaimana?"
"Besok mau kencan?"
Akane mengangguk, "tapi aku ingin kencan seharian!"
"Baiklah. Terserah padamu, kita bicarakan ini lagi. Oke?" Yuuka bangkit dari tempat duduknya, "sampai nanti!"
"Dah.."
***
OH GOSH,
Aku agak kehilangan semangat buat nulis beberapa hari ini. Jadi maaf kalo jadi ga jelas, aku lupa gimana urutan ceritanya ni :(( udah lama ga nulis dan banyak yang dikerjakan. Wks.Bubay
KAMU SEDANG MEMBACA
30-Days.
Fanfiction"Jadilah kekasihku, Moriya Akane." ucapnya di depan semua guru dan murid di glosarium. Membuat semua mata tertuju padaku.