H-22

445 58 3
                                    

Hari ini, Yuuka benar-benar menjemputku tepat waktu. Dia berjanji akan datang pukul delapan pagi dan pukul delapan kurang sebelas menit dia telah tiba. Tentu, melihat siapa yang datang ke rumah pagi-pagi ini membuat seluruh keluargaku heboh seolah kedatangan ratu dari negeri khayangan.

"Sayang sekali kamu engga ikut sarapan sama kita,"

"Iya, kak, sayang sekali loh!"

Ibu dan Shiho merengek karena Yuuka menolak ajakan mereka sarapan bersama. Yuuka cuma bisa tertawa saja sambil mengucap 'maaf, maaf' berulang-ulang.

".. Aku sudah reservasi tempat dan sudah harus tiba sebelum pukul sembilan disana. Jadi karena lokasinya cukup jauh, aku mau pergi agak pagi agar Akane bisa beristirahat." Ucap Yuuka membeberkan alasan kenapa dia tidak bisa ikut sarapan bersama kami.

"Betapa pengertiannya...!" Sahut Shiho dengan kagum sebelum aku menyikutnya dan menghadiahi tatapan tajam.

"Cih,"

"Pasti merepotkan membawa anak ini bersamamu, maafkan kalau Akane merepotkanmu nantinya."

"Tidak akan, bi. Malah aku yang mungkin akan merepotkan Akane disana.."

Aku cuma bisa mendengar percakapan singkat itu sampai Yuuka tiba-tiba meminta izin sesuatu pada ibuku.

"Ngomong-ngomong, bi."

"Iya?"

"Akane boleh menginap bersamaku, kan?"

"HAH?" Ini aku, terkejut mendengarnya.

"Tentu saja boleh!" Sahut ibu bergembira.

"Mau gak dipulangin juga boleh!" Lanjut Shiho.

"O-oi!"

Yuuka tersenyum lebar. Jadi ini alasannya dia sempat menyuruhku membawa beberapa setel baju ganti? Menyebalkan banget! Untung gratis.

"Kami pergi dulu!"

Sesampainya dalam mobil. Aku cuma bisa diam mendengarkan musik, Yuuka juga tidak mengajakku berbicara apapun hingga suasana mobil hening sekali hingga tanpa sadar, sesuatu bersandar di bahuku.

Saat aku menoleh itu Yuuka. Dia tertidur di bahuku begitu saja padahal baru setengah jam kita berangkat. Melihatnya tidur dengan tenang mengurungkan niatku membangunkannya.

"Nona muda pasti merasa sangat bahagia sekarang," celetuk sang sopir di depanku.

"Bahagia?"

"Dia tidak pernah bersemangat itu sebelumnya, kemarin malam malah sampai tidak bisa tidur."

Aku melirik sekilas Yuuka yang tersenyum dalam tidurnya. Memangnya apa spesialnya sih pergi berdua denganku?

"Benarkah seperti itu?"

Sang sopir mengangguk. Pria yang sudah berkepala lima itu kemudian tersenyum sangat lebar nan bahagia seolah baru saja melihat sesuatu yang menenangkan hatinya.

Perjalan memakan waktu sekitar satu jam lebih beberapa menit. Begitu tiba, kami segera disambut oleh beberapa orang yang menyebut Yuuka sebagai nona muda.

"Disini adalah hotel," ucapnya. Jadi dia benar-benar serius mau mengajakku menginap sehari liburan? Yang benar saja. Hotel yang dia sewa adalah hotel berkelas bintang lima! Seluas apartemen!

"Kau gila.."

"Apanya?"

"Katakan padaku, apa kita akan sekamar?"

"... Kalau kamu mau ya tidak apa sih,"

Aku menggelengkan kepala lalu masuk terlebih dulu ke kamar yang luar biasa luasnya. Pemandangan menghadap pantai pribadi khusus pengunjung hotel! Aku benar-benar takjub.

"Apa kamu suka tempatnya?"

Aku mengangguk. Aku gak akan berbohong kalah aku benar-benar menyukai apa yang aku lihat dari kamarku sekarang.

"Baguslah kalau kamu menyukainya. Aku akan ke kamarku, nanti jam sepuluh kita akan berkuda seperti janjiku, oke?"

Begitu ia hendak melangkah, aku menahan tangannya. Walau aku suka sangat suka tidur sendirian tapi aku tahu diri. Kamar ini bisa menampung enam sampai sepuluh orang sekaligus! Jika cuma aku sendiri, bukankah agak sedikit berlebihan?

"Disini saja!"

"Maksudnya?"

Aku mendesah, "kita sekamar."

Yuuka mendadak sumringah dan meletakkan bawaanya, "ba-baiklah!"

***

Aku gak akan berbohong kalau aku kagum dengan kepiawaian Yuuka menunggangi kuda. Dia berjalan seolah tanpa beban menelusuri bibir pantai, kadang ia berlari atau berjalan. Sebenarnya aku sendiri juga bisa menunggangi kuda tapi itu dulu sekali saat masih sekolah dasar, jadi aku masih di temani oleh seorang penjaga yang menuntung kudaku.

Cuaca hari ini sedikit mendung. Menurut perkiraan cuaca, mungkin nanti sore akan turun hujan. Mungkin sialku tapi tak masalah, besok masih bisa menikmati pantai dengan cahaya matahari!

Kami berkuda selama satu jam lalu beristirahat di pinggiran pantai menikmati pemandangan. Angin bertiup cukup kencang dan membuat helaian rambutku tertiup angin.

"Sayang banget datang kesini malah mendung.."

"Setidaknya belum hujan,"

Yuuka tersenyum lalu memainkan pasir di sampingnya. "Kamu tahu? Aku selalu ingin berduaan seperti ini dengan seseorang yang aku sukai."

"Rasanya seperti di dalam dunia fantasi. Menyenangkan. Aku tidak ingin ini berakhir..."

Dadaku berdegup kencang, apalagi saat Yuuka tersenyum sembari menutup matanya. Dia sebenarnya cantik dan hampir sempurna. Tapi kenapa?

"Kenapa kamu menyukaiku?"

Pertanyaan itu terlontarkan begitu saja tanpa aba-aba sedikitpun. Walaupun begitu, Yuuka tidak bergeming dari posisinya. Dia cuma semakin lebar tersenyum.

".. apa ada alasan untuk menyukai seseorang? Ku rasa tidak,"

"Padahal tinggal jawab saja,"

"Aku suka kamu karena kamu adalah kamu. Banyak orang yang mendekatiku karena ingin sesuatu dariku tapi kamu berbeda."

Aku melihatnya dengan mengkerutkan dahi, "darimana kamu yakin akan hal itu?"

"Karena aku percaya hal tersebut." Dia kemudian mengarah menatapku dengan senyumnya yang masih terukir disana. Beberapa helai rambut menutupi wajahnya namun pesona Yuuka tidak sirna begitu saja.

"... Aku bahkan belum bilang kalau aku akan membalas perasaanmu,"

"Bagiku dengan dirimu tahu tentang perasaanku, itu sudah cukup."

Gadis aneh.
Sugai Yuuka adalah gadis aneh.
Entah kenapa dadaku menjadi sakit, rasanya aku ingin menangis. Ah— aku bahkan sudah menangis.

"Akanen? Kamu menangis?"

Aku bukannya sedih, aku menangis karena ada perasaan aneh yang tidak dapat aku jelaskan. Sesuatu yang menggetarkan hatiku. Entah itu apa.

Tapi dapat disimpulkan kalau aku mungkin,

"A-apa ada yang salah dari ucapanku?"

Mungkin..

"Akanen...?"

Mungkin..

Cup — Yuuka terbungkam saat aku menempelkan bibirku pada bibirnya. Aku tidak tahu kenapa aku ingin menciumnya. Perasaan inilah yang tiba-tiba mendorongku untuk mendekatkan wajah.

Ah— aku pasti bukan mungkin lagi.

"A-akane.."

Tapi sudah sangat pasti.

"Aku menyukaimu."

"... A-apa?"

Sudah sangat pasti menyukaimu, Sugai Yuuka.

"Aku menyukaimu! Sugai Yuuka!"

***

TBC gan.

30-Days.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang