Yuuka tidak masuk sekolah hari ini. Itulah yang aku dengar dari teman sekelasnya. Ini pertama kalinya dia tidak masuk dengan alasan yang tidak jelas.
"Apa kau puas sekarang?" Aku menoleh pada sumber suara di belakangku. Gadis jangkung dengan tingkat satu lebih tinggi dariku itu menatapku dingin.
"Puas kau buat Yuuka berkelahi dengan kakeknya?"
"Apa?"
Aku berharap tidak ada satupun di lorong ini yang mendengar omongan Habu tadi.
"Dia berkelahi dengan kakeknya, itulah kenapa dia tidak masuk hari ini."
Berkelahi? Dengan kakeknya? Dadaku berdetak kencang sekarang. Setahuku Yuuka bukanlah orang yang mau berkelahi;apalagi sampai pada kakeknya.
"Terkejut, kan? Selama aku berteman dengan Yuuka, aku tak pernah mendengar dia membangkang kakeknya. Ini semua salahmu, Moriya. Kau yang membuatnya menjadi seperti ini!"
"A-aku?"
"Ah, apakah kau tahu bahwa namamu sedang dalam proses Moriya? Kalau saja ayahmu bukan kepala sekolah, mungkin beasiswamu akan dicabut."
Tubuhku membatu. Kenapa anak ini bicara sembarangan? Aku mengepalkan tanganku tak sadar. Emosiku kini sudah sampai di ubun-ubun!
"Kau tahu, kau mungkin akan dikeluarkan dari tim inti tenis karena hubunganmu dengan Yuu—"
Bruk! Ah, masa bodolah. Aku benar-benar gak peduli lagi!
"KYAA! KENAPA KAU MEMUKULKU!?"
Teriakan Habu membuat semua anak yang tak jauh dari sekitar kami menoleh dan menghampiri kami. Pukulanku mengenai tulang pipinya hingga membiru. Anak-anak mulai berbicara seenaknya, beberapa dari mereka bahkan memanggil guru-guru.
Bahkan saat guru datangpun, aku tetap masa bodo.
***
"Akane..." Ayah memijat pelipisnya, tak percaya karena aku masuk ke kantor untuk pertama kalinya karena urusan perkelahian.
"Maaf, pak."
"Akane, aku bicara padamu sebagai ayahmu sekarang."
Aku menunduk, "maaf, yah.."
"Aku tidak bisa mempercayai kamu telah memukul Mizuho-san yang merupakan kakak tingkatmu! Ada apa denganmu, Akane? Ini bukan seperti dirimu!"
"Itu.." aku ragu mengatakannya, aku benar-benar tidak bisa mengatakannya kalau aku berkelahi hanya karena dia mengolok-olokku. Aku bukan anak SD lagi.
"Akane!"
"Dia.. dia mengejekku, dia bilang kalau namaku dalam masalah karena berhubungan dengan Yuuka, dia juga bilang kalau tanpa jabatanmu, beasiswaku sudah di cabut.."
"Lalu kau terpancing?" Aku mengangguk dan dia benar-benar melepaskan nafasnya secara kasar. Dia menatapku dingin dan tak bersahabat.
".. maaf ayah,"
"Aku akan menghukummu pinalti, kau tidak usah ikut turnamen minggu ini."
"A-apa?"
"Emosimu tidak stabil, Akane. Lagipula turnamen minggu ini adalah turnamen biasa, tidak sepenting yang lalu-lalu. Aku akan mengirimkan anak lain,"
"Tapi!"
"Silahkan kau kembali ke kelas, Moriya-san. Kita selesai,"
Aku kembali ke kelas dengan tatapan kosong. Aku masih tidak percaya bahwa aku harus dipinalti untuk tidak ikut turnamen. Saat aku tiba di kelas, semua mata menjadi tertuju padaku.
"Oke, aku akui kehebatanmu karena berani memukul Mizuho-senpai, oh, Akane, kau kenapa?"
Tanpa sadar, airmataku mengalir. Rasanya sangat bercampur aduk, aku jadi tidak mengerti. Manaka di depanku cuma bisa menyentuh pundak sementara Shiho langsung mengusap tanganku.
Ini terasa tidak adil bagiku, apa aku ini tidak boleh menyukai Yuuka sampai harus dilibatkan masalah seperti ini?
***
"Ini semua salahku..." Guman Yuuka yang mendapat kabar dari Sasaki Kumi, sahabatnya soal Akane dan Habu di sekolah.
"Semenjak aku berani muncul dihadapan Akane, semuanya hancur.." lanjutnya di sertai air mata. Tubuh bergemetar karna tangis.
Dan tak sengaja, matanya beradu pandang dengan paspor di atas mejanya. Dia mengulum bibirnya sendiri lalu meraih paspor itu.
"Aku ingin bicara pada ayah,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
30-Days.
Fanfiction"Jadilah kekasihku, Moriya Akane." ucapnya di depan semua guru dan murid di glosarium. Membuat semua mata tertuju padaku.