Malam tiba. Moriya Akane masih dapat mendengar ombak dari kamar hotelnya dipadu oleh suara hujan yang meneduhkan. Benar seperti dugaan di ramalan; sore nanti sampai malam akan turun hujan deras.
"Aku sudah selesai," Akane menoleh pada gadis yang telah menghampiri dia di dekat beranda. Duduk membelakangi jendela ditemani secangkir susu hangat. "Kamu mau mandi?"
"Sebentar lagi,"
Gadis itu, Sugai Yuuka. Gadis yang selalu disegani karena kaya raya, dikagumi layaknya ratu, dan disukai karena parasnya yang cantik.
Tapi dibalik itu, Akane sadar bahwa dia hanyalah gadis biasa dengan semua kecerobohan dan sikapnya yang sedikit enggak berguna—kasarnya— contohnya seperti saat dia terkagum saat Akane mengajarinya menangkap kepiting di pantai atau saat kehilangan keseimbangan saat bermain wahana air.
"Hujan turun deras, eh..."
Akane mengangguk. Selepas ia mengungkapan perasaannya kepada Yuuka, ia merasa lega sekaligus sedikit merasa cemas. Ia cemas karena takut Yuuka berpikir bahwa ia menyukainya karna harta—dan Akane bersumpah dia sudah cukup puas dengan apa yang keluarganya beri secara finansial padanya—.
"... Jadi penasaran kapan berhentinya." Yuuka bersandar di jendela yang tertutup itu. Kemudian terkekeh pelan.
"Apa yang lucu?"
Yuuka menggeleng, menatap Akane intens, "Tidak ada. Sama sekali tidak ada."
Dengan tatapan itu, Akane merasa sesuatu membekukannya. Ia tidak dapat bergerak dari posisinya yang sedang memeluk lutut. Pipinya panas, sepertinya akan memerah macam kepiting rebus.
".. aku cuma mengingat bagaimana kamu bilang suka padaku tadi,"
Akane tersenyum. Sejujurnya, ia ingin menertawai dirinya sendiri soal itu. Ia tidak lama mengenal Yuuka tapi Yuuka berhasil membuatnya suka dalam waktu sesingkat ini. Dengan semua perhatiannya, Akane luluh.
"Aku benar-benar gak tahu kenapa bisa bicara seperti itu." Ucapan Akane membuat Yuuka kembali tertawa. "Semua seperti tiba-tiba."
"Perasaan cinta datang tiba-tiba, hanya menunggu kamu merasakannya atau tidak.."
Akane tersenyum lalu menutup mata selaras dengan pergerakan wajah Yuuka mendekatinya. Ciuman itu terjadi, kali ini di dasari perasaan yang sama-sama kuat dari hati mereka.
Ciuman itu berubah lumatan kecil, hisapan lembut, lalu pautan lidah yang sedikit liar. Entah siapa yang memulai untuk melewati sedikit batas, antara Akane dan Yuuka, bagi mereka ini adalah sebuah kesempatan.
Permainan liar mereka berhenti saat Yuuka melepas terlebih dahulu untuk mengambil nafas. Mereka terengal namun saling bertatap dengan senyuman tak percaya.
Lalu mata Akane menangkap bibir Yuuka begitupula sebaliknya dan kembali lagi ke manik mata masing-masing. Seolah saling berbicara dengan naluri, mereka kembali lagi melakukannya.
Tangan Yuuka meremas bahu Akane dengan sedikit dorongan untuk menidurkan tubuhnya berbaring di sofa. Kini, badan Yuuka menindih badan Akane.
"A-akane..?" bisik Yuuka dengan tangan yang sudah turun di permukaan perut Akane, tatapan memohon seolah menjadi kode yang langsung Akane tangkap.
"Lakukan." Balasnya tanpa basa-basi. Ia ingin tahu—lebih tepatnya sudah tanggung—bagaimana rasanya disentuh dan menyentuh seseorang. Maka daripada itu, Yuuka menyibakan ujung kaos Akane.
Jemari lentik Yuuka menelusuri secara perlahan tiap inchi dari kulit Akane yang halus bagaikan kain sutera lalu sampai pada gundukan yang masih ditutupi itu.
Akane tersentak, tidak percaya hanya dengan satu sentuhan membuatnya berdebar dan penasaran seperti ini. Lagi-lagi Yuuka menginginkan persetujuan dengan menatap sembari mengigit bibir.
"Lakukan semuanya, Yuuka..."
"... Baiklah, Akane."
Ditemani rembulan yang menerobos sembarang lewat jendela, suara hujan dan ombak yang bergabung menjadi simponi indah. Dua orang itu kini sudah berbaring tanpa busana di atas kasur.
Mereka saling tersenyum malu. Akane menatap beberapa bagian tubuh Yuuka yang penuh cakaran, beberapa bercak merah akibat hisapan, dan sedikitnya empat bekas gigitan.
Begitupula Yuuka melihat bagian tubuh Akane yang penuh bercak merah membiru akibat hisapan serta luka gigit.
Mereka tertawa kemudian lalu Yuuka mendekatkan dirinya, mendekap tubuh Akane yang sudah langsung merapatkan dirinya ke ceruk leher Yuuka.
"Aku sangat mencintaimu," bisiknya lembut dengan kecupan di kepala Akane.
"Aku juga.." balas Akane dengan senyum merekah dan balasan dekapan erat Yuuka.
"Ngomong-ngomong kamu belum mandi loh,"
"Aku tetap wangi kok,"
"Dan enak, hahaha—AAAA SAKIT!" Gerutu Yuuka ketika pinggangnya di cubit oleh Akane gemas walau kemudian ia kembali tertawa bersama Akane.
"Tidurlah, besok masih ada aktivitas lainnya."
"Iya. Selamat tidur, Yuuka..."
"Selamat tidur, Akane.."
***
H a i K a w a n ~
KAMU SEDANG MEMBACA
30-Days.
Fanfiction"Jadilah kekasihku, Moriya Akane." ucapnya di depan semua guru dan murid di glosarium. Membuat semua mata tertuju padaku.