BAB 09 - YULE BALL

6.6K 1K 227
                                    

"MESKIPUN CERITA INI SUDAH TAMAT, SAYA HARAP KALIAN TETAP MENINGGALKAN VOTE BESERTA KOMENTAR SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN UNTUK CERITA INI.
JIKA TIDAK KEBERATAN, SAYA HARAP KALIAN MAU FOLLOW SAYA SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN JUGA UNTUK PENULISNYA. TERIMAKASIH."

WARNING!
DRAMIONE AREA!

Ini adalah kali pertama saya membuat cerita tentang Draco & Hermione. Jadi mohon dukungannya.
Jangan lupa vote, komentar, dan tag teman-teman kamu sesama DRAMIONE SHIPPER.

Sebisa mungkin saya tidak akan membuat tokoh-tokoh di dalam cerita out of character aslinya.

Selamat membaca...

-Draco Malfoy and the Elder Wand-

Para juara dari setiap sekolah sedang melakukan wawancara dengan Rita Skeeter untuk dimuat dalam Daily Prophet. Setelah Harold dari Durmstrang dan Dominique dari Beauxbatons, kini tiba giliran Draco untuk melakukan wawancara secara pribadi. Pemuda itu berada di sebuah ruangan bersama Rita Skeeter---si reporter menyebalkan.

"Draco Malfoy, delapan belas tahun, penyihir paling tampan di abad ini, pewaris tunggal keluarga Malfoy yang kaya-raya." Rita Skeeter mulai membacakan profil Draco. "Putra dari Lucius Malfoy dan Narcissa Malfoy, mantan pelahap maut yang kini sedang mendekam di Azkaban untuk menjalani hukuman. Draco Malfoy sendiri juga mantan pelahap maut, tetapi entah karena beruntung atau kasihan, dia dibebaskan begitu saja dan kembali ke Hogwarts untuk mengulang tahun terakhirnya."

Draco mencoba untuk tidak meledak saat itu juga. Ia sadar betul dengan siapa sekarang dirinya sedang berhadapan. Rita Skeeter memang bermulut tajam, bahkan seringkali melebih-lebihkan yang tidak lebih. Contohnya seperti kalimat, 'entah karena beruntung atau kasihan'. Demi kancut Merlin, ia sama sekali tak suka dengan gagasan itu. Seorang Malfoy tidak pernah membutuhkan rasa kasihan orang lain.

"Semua orang mengira bahwa Harry Potter-lah yang akan mewakili Hogwarts di Turnamen Triwizard tahun ini. Tetapi nyatanya kau yang telah berhasil menjadi juara. Bagaimana perasaanmu setelah berhasil mengalahkan Harry Potter si pahlawan perang?"

"Aku tidak pernah mengikuti seleksi." Balas Draco singkat, jelas, padat, dan tajam.

"Oh, aku sudah bosan mendengarmu mengatakan itu." Sesekali Rita Skeeter menulis pada bukunya setiap mendapatkan informasi yang menurutnya baru. "Mari kita bahas hal lain. Jadi, apakah kau yakin akan memenangkan Piala Triwizard tahun ini?" Tanya wanita itu lagi, dengan mengubah topik pertanyaannya.

"Aku memang tidak pernah mengikuti seleksi. Tetapi karena sudah terlanjur jatuh ke dalam permainan, maka aku tidak akan menyerah begitu saja."

"Begitukah? Kudengar keluarga Malfoy terkenal dengan sifat pengecutnya? Mungkinkah kau akan langsung gugur di putaran pertama?"

Draco menggeram kesal. "Tidak akan."

Rita Skeeter tersenyum mencemooh. "Kuharap bisa mewawancaraimu lagi nanti."

***

Keesokan paginya para Gryffindor sedang sarapan bersama di aula besar. Mereka mendapatkan kiriman dari burung hantu. Ron mendapatkan baju pesta dari ibunya, begitupula Ginny. Untungnya baju pesta Ron kali ini terlihat jauh lebih normal dibanding baju pestanya yang dulu. Sementara baju pesta milik Ginny selalu indah.

Hermione mendapatkan koran harian---Daily Prophet. Semenjak tahun ke-empat, gadis itu memang berlangganan Daily Prophet. Bukannya ia suka dengan koran harian yang pernah menjatuhkan nama baiknya itu, ia hanya tak ingin ketinggalan berita terbaru tentang dunia sihir.

Draco Malfoy and the Elder Wand (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang