BAB 08 - THE GOBLET OF FIRE

6K 1K 385
                                    

"MESKIPUN CERITA INI SUDAH TAMAT, SAYA HARAP KALIAN TETAP MENINGGALKAN VOTE BESERTA KOMENTAR SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN UNTUK CERITA INI.
JIKA TIDAK KEBERATAN, SAYA HARAP KALIAN MAU FOLLOW SAYA SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN JUGA UNTUK PENULISNYA. TERIMAKASIH."

WARNING!
DRAMIONE AREA!

Ini adalah kali pertama saya membuat cerita tentang Draco & Hermione. Jadi mohon dukungannya.
Jangan lupa vote, komentar, dan tag teman-teman kamu sesama DRAMIONE SHIPPER.

Sebisa mungkin saya tidak akan membuat tokoh-tokoh di dalam cerita out of character aslinya.

Selamat membaca...

-Draco Malfoy and the Elder Wand-

Suasana di aula besar sedikit berbeda dari biasanya. Mereka tidak hanya akan melakukan rutinitas makan malam bersama, tetapi juga menyambut kedatangan perwakilan sekolah lain yang akan mengikuti Turnamen Triwizard tahun ini.

Tampaklah para perempuan cantik dari Beauxbatons memasuki ruangan. Mereka membuat pertunjukan tarian indah seperti tahun-tahun sebelumnya, dengan modifikasi gerakan yang semakin menarik dari tahun ke tahun.

Para murid laki-laki tak bisa mengabaikan keindahan itu begitu saja. Mereka menatap kagum tarian indah serta kecantikan yang terpancar dari murid-murid perwakilan Beauxbatons.

Harry sampai tidak sadar ketika jus labu yang diminumnya sudah meluber keluar dari mulut. Saat itu juga ia mendapatkan tatapan maut dari sang kekasih---Ginny Weasley. Sontak Harry segera mengelap mulut serta bagian depan jubahnya yang basah dan kotor.

"Jaga matamu, sialan!" Seru Ginny dengan suara pelan.

"Maafkan aku, Gin. Janji, tidak lagi." Harry merasa takut pada sang kekasih yang memang cukup galak.

Sementara Ron masih menatap keindahan yang lewat di depan matanya tanpa harus merasa khawatir akan dimarahi. Hermione bukan lagi kekasihnya, jadi perempuan itu tidak akan berani melarang-larangnya. Tetapi...

"Kuharap setelah ini kau pergi ke Hospital Wing, Ronald. Matamu perlu dicuci dengan cairan steril." Ternyata Hermione masih saja mengomelinya. Apalagi ucapan si sahabat perempuan langsung didukung oleh anggukan adiknya sendiri---Ginny, si bungsu Weasley.

"Laki-laki memang begini. Kalian tidak mengerti." Ron mengabaikan keduanya dan tetap fokus pada keindahan yang sedang tersuguhkan di depan sana.

"Syukurlah aku memilih berpisah darimu." Celetuk Hermione dengan nada kesal yang cukup kentara.

"Aku juga bersyukur, Hermione. Kau terlalu cemburuan." Balas Ron santai.

"Hei, lihat siapa yang bilang? Kaulah yang selalu cemburu padaku dan terus-terusan membahas Viktor Krum di setiap kencan kita!" Hermione tidak terima atas tuduhan itu.

"Tapi kau juga selalu cemburu saat Lavender masih setia tersangkut di lenganku." Ron tidak mau kalah.

"Saat itu kau belum jadi pacarku, Ron."

"Itulah masalahnya. Kau sudah cemburuan, bahkan sebelum aku menjadi pacarmu."

"Sudahlah, kalian ini apa-apaan? Putus ya putus saja. Tidak perlu dibahas lagi. Yang terpenting kita semua tetap bersahabat." Harry mencoba menengahi. Sementara Ron dan Hermione malah saling membuang muka.

"Tenanglah, Mione. Akan kucarikan penyihir berdarah murni yang kaya-raya untukmu. Jujur saja, perempuan cantik dan berbakat sepertimu berhak mendapatkan yang lebih baik daripada kakakku---yang sebenarnya memang tidak ada bagus-bagusnya sama sekali." Ucapan Ginny membuat darah Ron semakin mendidih. Sementara Hermione hanya tersenyum menang.

Draco Malfoy and the Elder Wand (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang