26

3.8K 324 103
                                    

Baekhyun kembali pulang, dirinya ditolak Nara untuk kembali. Dirinya hancur, hatinya sakit, sungguh ia begitu rapuh untuk saat ini. Kenapa? Kenapa di saat ia ingin berjuang, Nara memilih untuk menjauh? Ia sangat yakin, bahwa Nara masih sangat mencintainya. Semua ucapan Nara tadi adalah sebuah kepalsuan.

Dibantingnya pintu kasar, lalu merebahkan diri ke atas sofa. Memejamkan mata mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Perlahan-lahan ia membuka mata menatap sekeliling, tempat ini menjadi saksi bisu kisah cintanya bersama Nayeon. Tangannya mengepal mengingat semua yang pernah terjadi. Ia dibohongi, cintanya palsu, ia menyesal pernah mencintai.

Akibat ulah kemarahannya dua hari yang lalu, semua pecahan kaca belum sempat ia bersihkan. Ia sedikit meringis saat kakinya beringsut bergerak, dilihatnya lalu menemukan luka yang menganga dibagian telapak kaki. Ia tidak menyadari dengan luka itu, darah sudah mengering di sana. Apa ini terjadi saat ia berlari menuju rumah sakit kemarin? Entahlah, luka ini tidak seberapa dengan luka hatinya. Hatinya lebih sakit melebihi sakit apapun.

Kenapa? Kenapa kisahnya harus sekejam ini? Di saat dulu ia begitu susah membuat Nara untuk pergi, kenapa sekarang ia begitu susah membuat Nara untuk kembali?

Baekhyun selama ini selalu mengikuti egonya, dan dengan egonya pula cintanya memilih pergi. Jika ia tahu akan seperti ini maka ia tidak akan pernah mau melakukannya. Nasi sudah jadi bubur, sebuah penyesalanlah kata yang tepat untuknya.

"Aargh!"

Tangisan campur amarah itupun pecah, terdengar sangat jelas kalau itu suara kepiluan.

Apa alasan ia menolak Nara dulu? Toh, semuanya bukan hal yang buruk, itupun untuk kebaikannya. Apa yang dia cari? Kesempurnaan? Nara cukup sempurna, dari segi apapun dia lebih unggul dari Nayeon. Mata Baekhyun saja yang buta selama ini. Entah guna-guna apa yang dimiliki Nayeon sehingga Baekhyun tergila-gila. Dan pada akhirnya ia menyadari Tuhan telah memberikan yang terbaik untuknya tapi ia lengah, hinga pada akhirnya pula ia menyesali itu semua.

.....

Di tempat lain Nara juga tengah menangis. Ia memaksa Baekhyun untuk pergi. Memang benar, apa yang diucapkannya di hadapan Baekhyun tadi adalah sebuah kebohongan besar.

"Maafkan Ibu, Nak. Ibu belum bisa memaafkan Ayahmu."

Sungguh, ia juga sakit melihat tangis Baekhyun. Kenapa Baekhyun baru menyadarinya sekarang saat semuanya sudah sejauh ini? Ia terlanjur sakit, lukanya terlalu besar dan butuh waktu lama untuk pulih.

Melupakan? Tidak semudah yang diucapkan. Selama ini, hampir setiap waktu ia menerima rasa sakit. Dari sebuah makian hingga sebuah hal yang tidak dapat ditoleransikan lagi, dimana ia melihat secara langsung mereka melakukan hubungan haram tersebut.

Apalah daya, Nara yang hanya wanita lemah hanya mempercayai Baekhyun akan kembali padanya. Tapi dengan berjalannya waktu kepercayaan itu mengikis, memudar, hingga menghilang dari hatinya akibat rasa sakit yang lebih mendominasi. Menerima kembali? Ia belum yakin akan itu semua.

"Ibu butuh waktu, luka yang Ayahmu berikan terlalu menyakitkan."

.....

Tiga hari berlalu begitu cepat, Baekhyun tidak datang ke kantor selama beberapa hari ini. Kim Jongdae yang merupakan asisten Baekhyun mencoba mendatangi rumah Nara.

"Tuan tidak datang beberapa hari ini, banyak dokumen yang harus ia periksa. Apakah dia sakit?" tanya Jongde.

"Aku tidak tahu."

Jongdae mengernyit bingung, kemudian kembali bertanya, "Apa Nyonya bisa memanggil Tuan? Aku membawa beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani. "

This Painful | Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang