07

3K 406 18
                                    

Vote dulu guys, Bintang berada di pojok kiri bawah.

Dugaan Nara benar. Ketakutan yang ia rasakan atas ucapannya hari itu benar-benar terjadi. Baekhyun marah besar dan tidak pulang dalam beberapa hari ini.

Seharusnya Nara lah yang marah, tetapi kenapa ini malah sebaliknya? Dia lah yang tersakiti di sini, dia lah yang terluka di sini, dan dia lah yang menjadi korban di sini. Lalu kenapa seakan dirinya lah yang menjadi penyebabnya?

Salah? Tentu tidak. Lalu apa? Bukankah dia telah berperan baik di sini? Lalu, kenapa seolah-olah dia lah yang berperan jahat? Mempertahankan rumah tangganya, apakah itu salah?

Ia mencoba mengerti, ia mencoba memahami sikap Baekhyun. Tetapi, dengan ia bersikap baik seperti ini merekalah yang malah tidak mau memahami sikap Nara. Bersikap lebih kasar? Tentu itu bukanlah Nara, tetapi ia mencobanya. Dan dapat dilihat, sangat sulit harus berpura-pura kuat.

Haruskah ia mengiba menangis kepada kedua insan tersebut? Tetapi permainan belum sepenuhnya dimulai, dan Nara akan dinyatakan kalah dalam permainan ini. Atau haruskah ia tetap bertahan dengan luka yang setiap hari terus menerus bertambah? Ah, bukan ... bahkan setiap waktu, haruskah ia bertahan? Bahkan luka kemarin saja belum sepenuhnya sembuh dan sekarang luka baru bertambah lagi dan semakin melebar.

....

"Di mana suamimu?" tanya Ny. Byun yang baru sampai di kediaman Nara dan Baekhyun.

"Dia berangkat ke kantor," kata Nara yang terlihat gugup saat mendapati mertuanya telah berdiri di depan pintu.

"Aku baru dari kantor, dan asistennya mengatakan kalau dia tidak datang hari ini. Kemana dia?" tanya lagi Ny. Byun melangkah duduk di sofa ruang tamu.

"Tadi pagi katanya dia akan berangkat ke kantor, tetapi aku tidak tahu setelahnya," katanya bohong.

Ya, ia berbohong. Baekhyun tidak pulang beberapa hari ini. Entah di mana pria itu tidur dan entah lagi berbuat apa? Nara tidak tahu sama sekali. Menelponnya? Bahkan setiap jam. Tetapi jawabannya selalu dari operator panggilan.

Sebenarnya tujuan Ny. Byun datang ke kantor anaknya ini hanya ingin mengecek bagaimana kinerja seorang Byun Baekhyun, namun sesampainya di sana ia tak mendapati anak laki-lakinya itu. Ia pun akhirnya datang ke kediaman menantunya ini sekalian bersilaturahmi.

"Telpon dia, suruh dia pulang sekarang juga."

"Tapi—"

"Kenapa? Kalian tidak sedang bertengkar, kan?"

"Tidak," jawab Nara cepat, "ya, aku akan menelponnya." Nara dengan cepat mengambil handphone.

Sudah dua kali Nara mencoba menelpon Baekhyun, tetapi tidak di jawab juga.

"Bagaimana?"

"Dia tidak menjawab panggilanku."

"Kalau begitu biar Ibu yang menelponnya." Ny. Byun langsung membuka kontak handphonenya dan langsung menelpon Baekhyun.

....

Di tempat lain.

"Aish! Siapa yang menelpon pagi-pagi begini?" keluh Nayeon dalam pelukan Baekhyun.

"Oppa, bisa kau matikan handphonemu? Itu sangat mengganggu." Nayeon sedikit memukul lengan Baekhyun yang memeluknya.

"Ah, kenapa? Ini masih pagi, aku masih lelah." Baekhyun semakin mengeratkan pelukannya.

"Handphonemu sedari tadi berbunyi terus!" kata Nayeon semakin jengkel.

"Biarkan saja, kau tahukan siapa yang menelpon kalau bukan dia," ujar Baekhyun masih memejamkan mata.

This Painful | Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang