24

3.7K 418 87
                                    

Pagi telah menyapa, silauan cahaya dari celah gorden membuat seseorang yang sedang meringkuk terbangun dari tidurnya.

Ia mengerjap beberapa kali menyesuaikan dengan cahaya yang menembus retina. Setelah cukup, ia melirik sekitar. Helaan napas berat pun kembali terdengar dari mulut.

"Ternyata bukan mimpi," gumamnya.

Ia meletakkan tangan di dahi dengan posisi masih merebahkan diri di atas sofa. Saat pejaman mata, kilasan itu kembali teringat, tapi saat ia membuka mata kilasan itu kembali terlihat.

Pikirannya kembali melayang jauh. Bagaimana kabar orang yang pernah ia sakiti dulu? Apakah ia masih menaruh harapan ingin kembali? Huh, ia hanya bisa tersenyum kecut. Tidak, mengharap ia kembali ataupun menata kehidupan yang baru lagi bersamanya itu sangatlah mustahil.

Air mata itu kembali menetes, sungguh tak kuasa sekali untuk menahannya. Sesak di dada, ditambah nyeri yang menjalar ke ulu hati sungguh sangat menyakitkan.

Penyesalan? Tentu itulah yang dirasakannya sekarang. Memang benar kata orang, berpikirlah sebelum bertindak sebelum kau menyesal dikemudian hari.

Tubuh itu bergetar, sebuah isakan nan pilu pun terdengar menyakitkan menggelegar di ruangan sunyi ini.

"Aku ingin kau kembali, apakah aku terlambat mengatakan semuanya? Aku mencintaimu, maafkan aku untuk selama ini. hiks-"

Belum pernah ia serapuh ini; bagaikan jiwanya menghilang entah kemana. Haruskah ia berjuang untuk kedua kali? Sungguh, ia menyesali semua perbuatannya.

Ia menggeleng kuat. Tidak, apa pun yang terjadi, ia harus bisa membuat Nara kembali ke pangkuannya. Apa pun rintangan itu. Tidak ada kata terlambat baginya.

Selang beberapa menit di saat ia masih menangis, handphonenya berbunyi. Terteralah nama Chanyeol di sana.

"Yeobseyo?" jawabnya malas sambil menyeka air mata.

"Nara! Nara, di rumah sakit!"

"Mwo?" ia membelalak kaget tidak percaya.

"Cepatlah datang!"

Ia berdiri langsung melangkah pergi, tanpa peduli rasa sakit di kaki saat menginjak beberapa beling pecahan kaca. Langsung melajukan mobilnya di atas rata-rata seperti kemarin.

Sungguh hatinya tidaklah tenang, dalam perjalan ia terus menggerutu tidak sabaran. Sesampainya di rumah sakit, Baekhyun langsung berlari menuju resepsionis menanyakan di ruangan mana Nara dirawat. Setelah mengetahui, ia langsung berlari menuju ke sana, dan terlihatlah Chanyeol yang sedang menunggu di luar ruangan.

"Bagaimana? Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?" tanya Baekhyun bertubi-tubi dengan napas terengah-engah.

"Tenangkan dirimu dulu, belum ada Dokter yang keluar." Chanyeol mengajak Baekhyun untuk duduk di kursi tunggu.

"Jelaskan, kenapa ia bisa sampai masuk rumah sakit?" Baekhyun menatap kedua manik Chanyeol lekat dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"Tadi pagi aku dapat panggilan  darinya, dia meminta tolong. Dan setelah itu panggilan dimatikan begitu saja, aku begitu cemas. Aku datang menemui, tetapi sesampai di sana, aku mendapatinya telah tidak sadarkan diri dan terdapat bekas luka di sudut bibir Nara," jelas Chanyeol.

Baekhyun mengernyit. Minta tolong? Bekas luka? Apa yang sebenarnya terjadi pada Nara? Siapa yang melakukan ini? Tangannya mengepal menahan marah.

Selang beberapa menit, terdengar bunyi pintu berderit pelan dan membuat Chanyeol maupun Baekhyun sontak berdiri dari duduk mereka.

This Painful | Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang