BAB 15

567 128 25
                                    

Sori ilang-ilangan mulu.
Masih ada yang mantengin cerita ini ga siiiiih? ಥ_ಥ

🇩🇪

Helena menatap Arsel yang tengah tertidur dibelakangnya, tepatnya disebuah bangku kuliah kayu yang kokoh. Lelaki itu melipat kedua tangannya diatas sebuah meja kemudian menenggelamkan wajahnya kedalam lipatan tangan itu dan bertahan dalam posisi tersebut untuk jangka waktu yang cukup lama. Helena menoleh kebelakang dan menghela nafas dalam-dalam.

Sepanjang pelajaran tadi, syukurnya, ia berhasil menutupi Arsel yang tengah tertidur dengan tubuh kecilnya itu. Ia mencoba duduk setegap mungkin, sehingga Arsel yang tertidur dibelakangnya itu bisa tertutup dengan sempurna dan dosen tidak akan mengetahui fakta bahwa mahasiswa terpintar dikelasnya itu sekarang berubah menjadi mahasiswa termalas. Ya, benar. Entah sudah berapa hari Arsel yang Helena kenal tiba-tiba berubah dengan sekejap.

Apa sudah terhitung sekitar 4 hari? Atau bahkan seminggu? Atau lebih? Helena tidak tahu dengan pasti sudah berapa hari lelaki yang ia kenal rajin ini tiba-tiba berubah menjadi pemalas. Ia tidak tahu pasti kapan tepatnya lelaki yang selalu ramah dan senang tersenyum berubah menjadi lelaki yang tidak memiliki ekspresi sama sekali.

Tapi Helena mencoba mengerti dan menerima semua perubahan Arsel itu, karena dia tahu, hidup Arsel akhir-akhir ini benar-benar berat.

Sekitar seminggu lalu Arsel bercerita padanya -dan tentunya pada kedua temannya yang lain- tentang kedatangan Elsie yang tiba-tiba dan juga kepergiannya yang tidak kalah tiba-tiba. Selain itu, Arsel pun bercerita tentang bagaimana akhirnya ia melihat Elsie pergi bersama Deano dan ia bisa melihat dengan jelas senyum Deano yang tersirat disana seolah-olah menandakan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Entah ada apa, yang jelas, Arsel benar-benar berprasangka buruk dan merasa bahwa yang kemarin itu benar-benar pertemuan terakhirnya dengan Elsie.

Belum lagi adanya isu-isu di kampus tentang acara pernikahan Elsie yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat membuat Arsel semakin terpuruk. Jelas saja Elsie dibicarakan satu kampus karena dia benar-benar seorang primadona. Terlalu banyak lelaki yang patah hati setelah mendengar isu tersebut, tapi tidak menutup kemungkinan banyak juga perempuan yang merasa iri karena Elsie akan menikah dengan seorang lelaki tampan yang juga mapan. Deano benar-benar ikut menorehkan namanya di kampus, ia benar-benar terkenal setelah tertangkap kamera sebuah acara tv dimana ia sedang melaporkan sebuah berita upacara pembawaan bendera yang melewati sebuah katedral pada suatu demonstrasi di Berlin Timur.

 Deano benar-benar ikut menorehkan namanya di kampus, ia benar-benar terkenal setelah tertangkap kamera sebuah acara tv dimana ia sedang melaporkan sebuah berita upacara pembawaan bendera yang melewati sebuah katedral pada suatu demonstrasi di Ber...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun ada satu lagi masalah yang benar-benar melengkapi derita hidup Arsel, yaitu berita dari Ibunya bahwa Ayahnya sudah ditemukan di Berlin Barat tapi tidak dalam keadaan hidup. Ayahnya bekerja mati-matian disana dan berusaha menyambung hidup di negara tetangga yang tingkat perekonomiannya lebih tinggi dibandingkan Jerman Timur. Tentunya semua hal yang dijual disana serba mahal. Ayah Arsel bekerja dengan keras untuk membantu perekonomian keluarganya dan sering berusaha untuk bermigrasi ke Berlin Timur, tapi nyatanya ia lebih sering di tahan di Checkpoint Charlie -titik penyebrangan Berlin Timur dan Berlin Barat- dan tidak pernah diberi kepastian oleh penjaga perbatasan disana.

Berlin, 1980Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang