BAB 9

874 168 18
                                    

    🇩🇪   


Metzer Eck.

Lagi-lagi tempat pelampiasan malam mereka selalu sama. Bukan karena tidak ada bar atau tempat yang lebih mengasyikan dari Metzer Eck, tapi tempat ini benar-benar sudah dianggap sebagai rumah kedua mereka. Pemilik bar ini sudah kenal betul dengan empat sekawan –Arsel, Jei, Theo, dan Helena- itu selama beberapa tahun ini. Mereka kadang menghabiskan waktu bersama bukan hanya untuk berkumpul di Metzer Eck, tapi untuk berlibur, mendatangi beberapa parade, atau bahkan menonton bersama di rumah si pemilik bar. Mereka benar-benar sudah sedekat itu.

"Arsel tidak bersama kalian?" tanya si pemilik bar tersebut, namanya Carla. Umurnya hampir menginjak 40 tahun walaupun orang-orang mungkin kurang percaya karena wajahnya yang masih awet muda.

Helena hanya mengangguk asal. Rasanya malas membahas si lelaki yang melupakan sahabat-sahabatnya sendiri setelah menemukan apa yang ia sukai.

"Wieder? (Lagi?)" tanya Carla memperjelas. "Kalian sedang bertengkar?" lanjutnya.

Helena menatap Theo dan Jei dari kejauhan yang sedang asyik mengobrol dengan beberapa orang baru disana. Ralat, sebenarnya Jei saja yang terlihat asyik mengobrol. Sedangkan Theo, ia sedang berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan senyum terbaiknya agar tidak mengecewakan orang-orang disana. Padahal Helena tau betul bahwa Theo tidak terlalu nyaman dengan orang baru.

"Kami tidak bertengkar. Sebenarnya..." Carla menaikan kedua alisnya, menunggu lanjutan perkataan yang akan keluar dari Helena. Disana, Helena menghela nafas panjang sambil menggaruk kepalanya frustasi, "Entahlah, aku sendiri tidak terlalu mengerti dengan keadaan ini."

"Kau bisa cerita kepadaku kalau kau mau. Kita ini sesama perempuan. Aku pasti lebih mengerti keadaanmu."

"Danke (Terimakasih), Carla." Kemudian Carla membalas senyuman yang Helena berikan itu dan segera pergi meninggalkan meja bar. Ia melihat Carla yang sedang mendekati beberapa orang dan mengobrol bersama untuk membangun sebuah relasi baru. Carla memang tipe orang yang mudah beradaptasi.

"Noch eine flasche! (Satu botol lagi!)"

"Nona, aku rasa kau sudah terlalu banyak minum. Kau sepertinya tidak kuat minum banyak."

"Aku mau satu botol lagi!"

Helena berdecak kesal. Ia menoleh ke sumber suara tepat disebelahnya dan melihat ada perempuan disana dengan rambut acak-acakannya sedang memohon-mohon untuk diberikan satu botol bir.

Sebentar.

Elsie Femellia?

"Elsie?" Helena mendekati Elsie sambil memiringkan kepalanya untuk melihat wajah perempuan itu dengan jelas. Ia mencoba memastikan apakah benar perempuan yang sedang mabuk ini adalah seorang Elsie Femellia?

Elsie terkenal sebagai perempuan yang baik hati dan lemah lembut. Selain itu, dia cantik dan sangat menaati apapun yang dikatakan keluarganya. Tapi, apa yang Helena lihat sekarang? Dia Elsie yang berbeda. Sejak kapan Elsie yang sesempurna itu ternyata malah menghabiskan waktu di bar dengan ekspresi wajah yang sedang frustasi berat? Sebenarnya ada apa? Apakah dia ada masalah dengan Arsel?

"Elsie... Kau... Was machst du hier? (Sedang apa disini?)" Ah sebenarnya Helena malas juga menanyakan hal tersebut. Lagi pula, kenapa juga dia harus penasaran dengan hubungan mereka yang kemarin-kemarin masih terlihat berbunga-bunga itu? Kenapa pula Helena harus ikut campur dengan urusan mereka?

Tapi, sungguh! Helena tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia benar-benar penasaran pada alasan kenapa Elsie bisa ada di bar ini!

"Kau... Sedang ada masalah?" tanya Helena lagi. Yang diajak bicara hanya tersenyum dengan mata yang masih terpejam. Ia berusaha mengeluarkan suara yang tertahan di tenggorokannya.

Berlin, 1980Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang