(2) Restoran

1K 228 28
                                    

Paginya Hanbin kembali, suara pintu yang ia tutup berhasil membangunkan Yerin.

"Selamat pagi.." sapa Yerin sambil berpikir akan memanggil Hanbin apa.

"Pagi."

"Aku panggilnya apa? Mas Hanbin atau Mas Dika?"

"Hanbin..tanpa Mas."

Yerin mengerutkan dahinya lalu beranjak untuk membereskan tempat tidur. Sembari melihat-lihat apakah bantal yang ia pakai terkena tetesan liurnya. Setelah selesai, ia menghampiri dapur untuk mengambil segelas air putih.

"Mas Hanbin mau aku buatin kopi?"

"Saya gak suka kopi."

"Masnya suka apa?"

"Saya suka kalo kamu diem jangan banyak ngomong," ucap Hanbin yang fokus menyiapkan pakaian formal.

"Oke, aku diem."

Yerin mengambil handuk dan pakaiannya lalu memasuki kamar mandi, bersiap untuk rutinitasnya. Keduanya tidak mengambil libur, Hanbin tetap bekerja dan Yerin tetap kuliah.

Begitu keluar dari kamar mandi, Yerin melihat ke sekelilingnya dan memang benar bahwa Hanbin sudah tidak ada.

"Sebahagianya dia ajalah." gumam Yerin.

— Imagination —

Setelah selesai dengan mata kuliahnya, Yerin memilih untuk nongkrong manis bersama dengan Joy—sahabatnya.

Obrolannya di mulai dari membicarakan sosok Hanbin yang kemarin Joy temui saat resepsi.

"Ganteng, manis. Kayanya penyayang gitu orangnya." ucapan Joy hampir membuat Yerin mati akibat tertawa.

"Penyayang darimana anjir, gue nawarin kopi tadi pagi aja disebut jangan banyak ngomong."

"Lah?"

"Semalem pas lo nelepon gue, dia langsung pergi. Sensitif kayanya."

"Dia suami lo, kan?"

"Lo udah janji mau anter gue ke toko buku, sekarang gue tagih janji lo." ucap Yerin, mengubah topik pembicaraan.

"Sekarang? Mana ada, gue mesti jemput adek kalo sekarang."

"Yaudah deh gue sendiri aja, lain kali gue tagih lagi, ya?!"

"Siap, Nyonya!"

Sebuah toko buku yang berada di dalam mall menjadi destinasi terfavorit bagi Yerin. Dia memang menyukai sastra, gemar membaca dan juga mengoleksi berbagai novel lintas genre.

Sebuah buku diambilnya, bertemakan pembangkit semangat. Selain menjadikannya referensi, Yerin selalu mendapatkan semangat dari buku-buku seperti itu.

"Butuh penyemangat?" tanya seseorang.

"MAS!" teriak Yerin ketika melihat siapa yang bicara padanya.

"Malu ih diliatin."

Gathan Taehyung Pranata, kakak Yerin yang kini di sibukkan dengan proyek pembangunan yang melibatkan pemerintah.

Keduanya duduk berhadapan di restoran yang masih berada di dalam mall setelah berkeliling di antara ratusan buku.

"Kabarnya gimana, dek? Maaf kemarin nggak dateng waktu nikahan." Taehyung membuka obrolan.

"Masnya curang, waktu mas nikahan aku yang jadi pager ayu eh kemarin aku nikah masnya gak dateng sama sekali."

"Jangan marah lah dek, nanti mas beliin tiket konser EXO."

"Yang VIP tapi," pinta Yerin sambil ketawa.

Taehyung dan Yerin bisa dibilang sangat dekat walaupun kini Taehyung sudah memiliki keluarga dan tinggal di luar kota. Maka dari itu Yerin berani menceritakan kehidupannya yang baru ia mulai kemarin.

"Alah canggung doang itu mah. Orang kalian belum saling kenal," perkataan Taehyung memang tidak pernah membantu.

"Iya, tapi Mas, masalahnya sifat dia itu yang makin buat aku canggung. Mas kan tau sendiri gimana bencinya aku sama orang-orang yang gak pedulian, pokoknya hidupku udah hancur, Mas."

"Belum dek, sabar. Nama suami kamu siapa tadi?"

"Hanbin, Mas."

"Lengkapnya?"

"Hanbin Alviandika."

Lalu seorang lelaki menoleh, kiranya ada yang menyebut nama miliknya. Memang benar, Hanbin sedang berada di restoran yang sama dengan Yerin.

Yerin menoleh ke tempat Hanbin berada, keduanya beradu pandangan sebentar karena Yerin mulai memperhatikan perempuan yang sedang bersama dengan Hanbin, begitu juga sebaliknya yang kini tengah memperhatikan Taehyung.

Imagination - Hanbin Yerin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang