(6) Tuduhan

947 216 14
                                    

Sebuah restoran yang menyajikan makanan Eropa menjadi tempat pertama yang di kunjungi Hanbin dan Jenny. Sebelumnya, ketika Jenny mengatakan mereka akan berkencan itu adalah pernyataan yang benar.

Mereka duduk berhadapan.

"Bin, yang tadi itu adik sepupu lo?"

"I-iya." jawab Hanbin ragu.

"Maaf Bin, ada baiknya kita putus."

Hanbin melirikkan matanya ke segala arah, seolah tak percaya dengan ucapan Jenny. Yang benar saja, mereka baru berpacaran beberapa minggu.

"Jangan sok bego gitu, Bin. Lo banyak salah, lo bohong tentang adik sepupu lo yang sebenernya istri lo. Sumpah ternyata lo jahat banget, Bin."

"Maksud lo apa, Jen?"

"Gue sayang lo tapi kalo lo beristri gue mundur. Sorry, berhubungan sama suami orang itu rendahan banget, jaga istri lo jangan kecewain dia."

Jenny meninggalkan Hanbin yang kini sedang menundukkan kepala sambil memijat pelipisnya, tak lama ia pun meninggalkan tempat tersebut.

Selagi menyetir pipi Hanbin mulai basah ketika air dari matanya melintas begitu saja, bukan ini yang Hanbin harapkan. Ia mengira Jenny akan menerimanya lalu mereka akan menikah dan melupakan Yerin tapi ternyata Jenny tidak satu spesies dengannya, rendahan.

Pertanyaannya, kenapa Jenny bisa tahu?

"Yerin pasti ngomong ke Jenny, tolol banget sih itu anak. Kalo cemburu bilang, tolol." Umpatan demi umpatan Hanbin ucapkan hingga sampai di rumah.

Alisnya menurun ketika melihat sebuah sepeda motor terparkir di depan rumahnya, "Siapa anjir? Baru gue tinggal bentar."

Hanbin memasuki rumah, melihat Yerin sedang berkutat dengan pena dan bukunya. Ada yang aneh, tepat di depan Yerin terdapat malika yang sedang memegang buku gambar.

"Yer?"

Yerin menoleh, "Eh? Masnya gak jadi KENCAN sama Mba Jenny?" ucapnya dengan penekanan di kata kencan.

"Ikut saya ke atas, sekarang!!" Hanbin menaiki tangga.

"Sebentar ya, Ming. Aku ke atas dulu."

Hanbin dan Yerin berdiri berhadapan, tangan Hanbin sengaja dilipat agar terlihat sedang marah.

"Ya, Mas?"

"Sok polos lo, sengaja kan kasih tau Jenny kalo lo istri gue? Munafik lo, cemburu tuh bilang jangan kaya gini!"

"Apa sih?"

"Gak usah berlaga bego, udah puas bikin gue patah hati sekarang berani bawa cowo ke rumah? Murahan banget lo, Yer!"

"Udah bicaranya? Jadi intinya mas Hanbin lagi nuduh aku?"

"Fakta Yer, lo-"

"Dari perkataan kamu tadi, saya bisa menghitung berapa banyak kesalahanmu. Pertama kamu bilang saya sok polos, memang sejak kapan saya menjadi orang polos? Kamu yang pertama kali menyimpulkannya," Yerin menarik napas.

"Kedua, kamu nuduh saya kasih tau mba Jenny, saya sama sekali gak ada pikiran kesana. Ketiga, kamu sebut saya munafik? Maaf, saya bukan kamu."

Yerin sengaja memberi jeda, dia menatap Hanbin yang sedang bernapas tak karuan. Wajahnya merah, masih dipenuhi amarah.

"Masih sanggup dengar kesalahanmu? Selanjutnya kamu mengatakan saya cemburu, untuk apa? Lalu kamu bilang saya membuat kamu patah hati, memang selama ini yang berperan menyakiti itu siapa? Saya atau kamu?"

"Yerin, lo lucu kalo sok bijak, berh-"

"Saya nggak bawa cowo ke rumah, dia driver online yang tadi bantu saya. Seharusnya kamu sadar diri, membawa wanita lain dengan terang-terangan mengatakan bahwa kamu menyukainya."

Yerin kuat, sangat kuat. Tapi dalam hatinya ia sedang menangis karena berbicara lantang tentang pemikirannya, itu menyesakkan, "Dan ini yang terakhir, Saya tidak murahan. Kamu-lah orang yang pantas memiliki gelar itu, kamu rendah."

Terkejut, perempuan itu terkejut ketika melihat Hanbin menangis. Laki-laki dingin yang tidak memiliki rasa simpati itu mengeluarkan airmatanya di hadapan Yerin. "Sakit, Mas?" tanya Yerin yang mulai kembali kepada gaya bahasanya—Mas.

"S..sakit, Yer."

Tangan Yerin menggapai Hanbin lalu memeluk pria itu. Sesekali ia tepuk punggung Hanbin, "Belum seberapa, cobain jadi aku dulu baru boleh bilang sakit."

Selintas, Yerin melepaskan pelukannya lalu berlari ke bawah. Dia melupakan Mingyu.

Tidak ada siapapun dibawah, hanya ada buku gambar yang tadi Mingyu pegang. Wajah Yerin berada disana dengan pakaian khas driver.

Gue duluan ya, maaf ga pamit. Semoga masalah lu cepet selesai.

Begitu pesan yang Mingyu tulis di bawah gambarnya.

"Kemejanya.." Yerin mengambil kemeja Mingyu yang berada di atas kursi.

Imagination - Hanbin Yerin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang