(11) Imagination-1

826 165 15
                                    

Dua tahun sudah berlalu sejak pernikahan tidak terduga antara Hanbin dan Yerin. Walaupun belum diberi buah hati tapi keluarga ini sudah dikatakan cukup karena keduanya saling menjaga satu sama lain, hanya saja belakangan ini rumah lebih sering kosong.

Hanbin semakin sibuk dengan jam kantornya yang padat karena adanya proyek berskala besar di daerah Afrika Selatan. Yerin pun sedang berada di puncak kepenulisannya, setelah menyandang gelar Sarjana setahun yang lalu, Yerin memilih menjadi penulis. Kini buku yang ditulisnya mendapat kesan baik bagi para pembaca hingga menjadi best seller selama sembilan bulan berturut-turut.

Berkat kepopuleran dari buku tersebut, salah satu Produser terkenal menawarkan pengangkatan karyanya menjadi sebuah film-tentu Yerin terima.

Yerin mendapati kamarnya yang sangat sepi, dilihatnya bunga di ujung kamar yang telah layu di keseluruhannya.

Yerin mendapati kamarnya yang sangat sepi, dilihatnya bunga di ujung kamar yang telah layu di keseluruhannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua minggu mungkin Hanbin tidak mengganti mawar itu, Yerin mengambil ponselnya.

Yerin: Mas, mawar di kamar layu semua

Belum ada balasan dari Hanbin, mungkin Hanbin sedang betul-betul sibuk. Ya, awalnya Yerin berpikir seperti itu namun ketika pesannya tidak kunjung dibalas padahal sudah dibaca, Yerin kecewa.

Yerin: mas?
Hanbin: nanti suruh Diyo beli

Diyo itu satpam di rumah Yerin yang baru bekerja dua bulan, ucapan Hanbin perihal privasi sudah dia langgar sendiri. Katanya agar rumah lebih aman.

Yerin: oh, ngga usah mas
Yerin: kalo Kang Diyo yang beli berarti yang cintanya mekar itu Kang Diyo, bukan mas

Yerin melempar handphonenya ke kasur kemudian dilanjut dengan tubuhnya, kedua matanya tertutupi lengan, "Rasanya seperti terikat namun bebas melakukan apa saja."

Selang beberapa menit suara mobil Hanbin terdengar, dengan segera Yerin menarik selimut lalu menutup matanya. Hanbin membuka pintu kamar, meletakkan jam tangannya dengan hati-hati agar Yerin tidak terbangun.

Setelah membersihkan tubuh, Hanbin tidur disamping Yerin dengan punggung saling berhadapan. Tak lama, telepon Hanbin berbunyi. Laki-laki itu beranjak lalu mulai bicara.

"Sudah, baru sampai."
".."
"Iya, besok saya jemput. Saya kan sudah janji,"
".."
"Bunga? Oh boleh, besok kita beli bunga."
".."
"Selamat malam juga."

Hanbin kembali ke tempat tidur, ingatlah saat itu Yerin sama sekali belum tertidur. Percakapan macam apa itu di tengah malam seperti ini, dengan siapa?

Pagi buta Hanbin sudah tak ada di tempat tidur, Yerin beranjak lalu berlari ke luar kamar. Dilihatnya dapur dan ruangan-ruangan terdekat namun tidak ada Hanbin disana.

Kalau boleh dibilang, Yerin itu rindu. Tidak ada lagi Hanbin Yerin yang saling bergantian menggosok punggung ketika mandi pagi, tidak ada lagi Hanbin Yerin yang berteriak ketika memainkan PES, tidak ada lagi kebahagiaan yang memenuhi rumah.

"Lagi," gumam Yerin ketika ingat hari kemarin saat Hanbin pergi tanpa berpamitan.

Yerin bersiap untuk menghadiri launching buku terbarunya yang bercerita tentang bagaimana kehidupannya ketika bertemu dengan Hanbin.

"Kang, Mas Hanbin keluar jam berapa?" tanya Yerin ketika hendak keluar dengan mobilnya.

"Jam lima-an, Teh."

"O-oh, makasih Kang."

"Teh, tadi A Hanbin nyuruh saya beli bunga mawar buat Teh Yerin tapi saya gak dikasih tau berapa tangkai, mau berapa teh?"

Pandangan Yerin menurun, Hanbin tidak mengerti maksud ucapannya atau memang tidak peduli? Yerin melihat ponselnya, Hanbin belum membaca pesan darinya.

"Nggak usah Kang, nanti saya bilang Masnya." Yerin tersenyum kemudian berlalu.

Imagination - Hanbin Yerin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang