Namanya Yoon Jeonghan. Siswa tingkat akhir yang dengan mengejutkannnya, ia masih bisa bertahan sampai akhir.
Padahal kalau kalian tau, manusia itu malasnya sudah melebihi koala.
Mengerjakan tugas individu saja malasnya setengah mati, baru mengerjakan disaat-saat waktu pengumpulan.
Aku kadang bingung, sebenarnya ia niat tidak sih dengan sekolah? Kalau nggak niat, keluar aja sih. Menyusahkan yang lain, tau.
Pokoknya, ada 1001 alasan kenapa aku tau dan super benci dengan Jeonghan.
Nah, seperti pagi hari yang cerah ini.
Jam masih menunjukkan pukul 07.00 pagi, tetapi wajah Jeonghan sudah tertutup oleh bantal yang selalu ia bawa ditasnya.
Iya, dia tidur.
Sebagai ketua kelas yang katanya panutan, sudah bagai kebiasaan, aku menepuk punggungnya 3 kali.
"Bangun!" Teriakku tepat dikupingnya. Sengaja, biar dia bangun.
"Apa—aish!" Ia mendongakkan wajahnya lalu wajahnya bertemu dengan wajah galakku.
Sebelum ia merosot untuk tidur lagi, aku menarik kerah bajunya.
"Mau ngapain lagi? Tidur? Nggak bisa! Kamu harus ngerjain tugas Pak Kwon."
Ia mendengus.
"Aku sudah mengerjakan. Puas?"
Aku menyerit. Lah, sejak kapan Yoon Jeonghan mengerjakan tugasnya?
"Aku hafal kebohonganmu, Han."
Ia hanya berdeham lalu kembali tertidur.
Astaga, kapan sih hari-hariku disekolah menjadi tenang?
***
"Ya! Kamu dipanggil wali kelas. Yoon Jeonghan ketahuan merokok." Aku yang sedang menulis tugas dipapan tulis lantas menoleh kearah temanku, Yuri.
Tuhkan. Akukan sudah bilang, hariku itu tidak pernah tenang.
"Oke." Segera aku bangkit dari mejaku, lalu segera pergi meninggalkan kelas. Beberapa teman kelasku hanya bisa mengucapkan kata "sabar" berjuta-juta kali padaku. Mereka saja lelah, apalagi aku.
Sungguh tahun terakhir di SMA yang tidak menyenangkan. Huh.
Aku bergegas berjalan menuju ruang guru. Ketika sampai aku mendapati wajah Yoon Jeonghan yang datar menatap wali kelasku.
Geez. Berani sekali.
"Permisi, Bapak manggil saya?" Aku mulai bersuara.
"Liat, temanmu berulah lagi."
Haha, teman katanya.
Aku menatap Jeonghan tepat dimatanya. Awas aja sih habis ini!
"Maaf, Pak, saya lalai."
"Ngapain minta maaf? Kan kamu nggak salah." Nah, keluar juga kalimat nggak berguna dari Jeonghan. Kata-katanya itu bahkan nggak ngaruh apa-apa sekarang.
"Lain kali kamu ketahuan merokok lagi, bapak nggak segan-segan mengeluarkan kamu. Harusnya kamu berterima kasih pada wali kelasmu dulu yang memohon agar kamu tidak dikeluarkan. Sana kamu, bersihkan gudang penyimpanan. Jenna, tolong temani. Nanti saya yang handle kelas."
Hm. Sudah biasa.
Aku dan Jeonghan menunduk hormat pada wali kelasku itu, setelahnya pergi menuju gudang yang terletak di belakang sekolah.
"Han, kapan sadarnya, sih? Udah mau ujian juga."
"Jangan panggil namaku begitu. Sudah kubilang berjuta-juta kali, kenapa masih nggak ngerti?" Ia menjawab pertanyaanku dengan arogannya.
"Lah, sendirinya sudah kubilang berjuta-juta kali jangan merokok disekolah, kenapa masih nggak ngerti? Nggak ngerti bahasa apa gimana? Perlu diajarin?"
Aku melotot padanya yang lebih tinggi dariku. Belum, kesabaranku belum habis.
"Berani juga ternyata." Dia tersenyum remeh padaku.
"Siapa juga yang takut padamu!" Aku berseru kencang ketika ia pergi meninggalkanku.
Semoga saja dia perginya ke gudang, sih.
ㅇㅇ
Halo bucin Jeonghan!!! Semoga kalian suka dan tolong vommentnya yaa! It much appreciated bagikuuuu😂
KAMU SEDANG MEMBACA
a J team - Yoon Jeonghan ✔️
FanfictionGimana sih, berhadapan langsung dengan Yoon Jeonghan, cowok tampan yang malasnya luar biasa, dan jago gombal? Nah, aku akan membawa kalian bagaimana rasanya dekat dengan Yoon Jeonghan! Kamu team #Jeonghan atau #Jenna? woonywoo, 2018.