21

2.4K 376 4
                                    

vote and comment, please?🥰

————






Perpisahan.

Berpisah.

Pisah.

Pisah.

Aku mengeluarkan nafas kasar, kata "pisah" jadi terdengar nggak enak ditelingaku sekarang. Aku meletakkan kertas bacaanku disembarang tempat, aku sensitif habis baca berita tentang pacar-yang-berpisah-karena-mengejar-cita-cita-dan-berakhir-putus.

Beritanya beneran. Itu contoh soal ujian bahasa.

Aku memandangi langit-langit kamarku dengan gusar. Ish, kenapa sih, dari setiap bagian dalam hidupku, harus melewati bagian "berpisah"?

Sebenarnya, bisa aja sih aku mengikuti kemauan Jenna yang ingin kuliah dimana. Tapi, ada satu dan lain hal lagi yang harus dipertimbangkan.

Nanti deh, aku coba cari waktu yang tepat buat bahas masalah sensitif kayak gini. Bikin emosional. Bikin ingin mengeluarkan air mata. Tapi malu.

Aku bingung. Sempat tergiur dengan berbagai tawaran, tapi tawaran itu semuanya harus merelakan salah satu sumber kebahagianku akhir-akhir ini.

Aku mendengus kesal. Padahal, hari ini aku berniat untuk belajar karena kalian tau, ujian nasional sebentar lagi. Intensitas bertemu sama Jenna cuma disekolah aja. Cuma lima hari dari tujuh. Aku mana mau ganggu Jenna disaat-saat kayak gini. Kalau diganggu, lebih seram dari Ibuku.

Tapi nggak bisa dipungkiri kalau aku kangen sama Jenna. Agak berlebihan sih, padahal kemarin bertemu.

Disaat-saat bimbang kayak gini, menghabiskan waktu sebaik mungkin dengan Jenna mungkin jadi solusi yang baik.

Jujur, aku sempat ingin menerima tawaran orangtuaku. Siapapun yang ditawari, pasti akan otomatis berkata iya. Gimana enggak, tawarannya bagus banget buat masa depan sih.

Tapi balik lagi, apa aku sanggup menjalankannya?
Apa aku sanggup ngelewatin itu semua?
Aku aku sanggup merelakan semua?
Aku juga nggak tau.

Duh, pusing mikirin masa depan.

***

Aku berjalan gontai menuruni tangga menuju ruang makan. Ibuku tadi sudah berteriak 3 oktaf menyuruhku turun kebawah. Aku masih membebankan pikiran yang tadi. Benar-benar beban bagiku.

"Lusuh banget mukanya, Kak?" Mijoo, adik perempuanku itu menatapku bingung dari sofa tengah.

"Mikirin masa depan soalnya."

"Gaya banget." Mijoo menjulurkan lidahnya yang hanya kurespon sekenanya. Diruang makan, Ibuku terlihat sedang menyiapkan makan.

"Mijoo, nggak bantuin Ibu nyiapin makanan?" Aku bertanya setelah sadar kalau si Mijoo terlihat sedang nyantai.

Ck, gimana mau ada yang jadi pacarnya kalau kayak gini. Beda sama Jenna.

Duh, jadi kangen Jenna.

"Mijoo kalau bantuin Ibu, piringnya pecah semua." Tukas Ibuku dari dapur dengan nada mengejek.

Mijoo diseberanf sana sudah mengeluarkan ekspresi kesal sambil terus mengganti saluran TV.

Aku mengulum senyum.

"Han, Jenna lagi ngapain sekarang?"

Aku mengernyit. Baru ingat, hari ini belum ada komunikasi apa-apa dengan Jenna. Kemarin dia memintaku untuk nggak mengganggu dia hari ini. Aku mengiyakan. Pasti mau belajar.

Aku melihat jam yang ada dipergelangan tanganku, jam 7.

"Lagi belajar, Bu."

"Itu dia belajar, kamu kapan?"

Aku mendengus sebal. "Kan ini makan dulu."

Sepertinya, makan malam hari ini akan panjang.

***

"Jadi, gimana?" Ayahku disebrang sana menaik-naikkan alisnya sambil melihat kearahku. Aku cuma mendeham.

"Nanti Jeonghan pikirin deh."

"Jangan nanti-nanti. Sekarang kalau bisa."

"Ya enggak bisa."

"Ini kamu harus pasti jawabannya. Iya-iya, enggak-enggak. Kamu nggak mau memang kejar cita-cita kamu?"

"Kapan lagi kamu dapet kesempatan kayak gini, han?"

"Pokoknya harus secepatnya ya."

Aku mengangguk lesuh, menenggak minumanku yang tinggal sedikit, lalu pamit beranjak pergi dari ruang makan.
Ku bilang juga apa, makan malam hari ini pasti akan panjang.

Aku berjalan lesu menaiki tangga menuju kamarku. Menutup pintunya perlahan lalu berakhir dengan tiduran dikasur. Disaat-saat kayak gini, selera belajarku jadi hilang.

Makannya 10 menit, ngobrolnya bisa sampai setengah jam. Mana yang dibahas itu terus.

"Hahh."

Oke. Ini ujian.

Aku sebenarnya mau ngomong langsung ke Jenna. Tapi, memangnya pembahasan kayak gini enak untuk dibahas disaat waktu-waktu sekarang?

Pilihan studi diluar negeri memang membuat diriku pusing.

——

pendek dulu😢

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang