01

7.1K 833 73
                                    

Kalau kata orang manusia itu tidak ada yang sempurna, aku setuju dan percaya.

Enggak usah jauh-jauh, ada Yoon Jeonghan contohnya.

Tampan? Wah, jangan ditanya. Satu sekolah setuju mukanya tampan.

Tinggi? 177 sekian. Ditambah badannya yang kurus membuatnya terlihat proposional.

Tapi, cuma satu kekurangannya. Ya apalagi selain malas.

Aku kini sedang mengamatinya membersihkan debu di gudang sambil meminum jus jeruk ditanganku. Aku juga membeli buat Jeonghan.

Gini-gini, aku baik. Walaupun ribut terus dengannya.

Aku terkekeh melihatnya mengucapkan sumpah serapah sambil membersihkan lantai.

"Sampah. Kenapa sih gudang segala dibersihin. Udah tau nggak bakal ada yang malingin bangku sama mejanya!" Gerutu Jeonghan sambil menendang meja yang tidak bersalah.

Sudah satu jam ia begitu. Aku hanya melihat dari radius 20 meter. Sekalian melototi orang-orang yang lewat, sih.

Ya gimana. Habis mata mereka yang lewat seperti hampir lepas melihat Jeonghan.

"Wih, ada kak Jeonghan! Ganteng banget astaga nggak ngerti lagi! Mana pake kacamata lagii! Mau pingsan rasanyaa."

Aduh. Gini nih, gangguan nomor satu. Oleh karena itu ada aku disini. Hahaha.

"Dek, Jeonghannya jangan diliatin gitu. Nanti kamu jadi korban harapan palsu dia!" Aku berkata pada dua orang gadis itu. Mereka menyerit.

"Terus, urusan kak Jenna apa?"

Wah, adik-adik ini ingin dipukul satu-satu.

"Dek, pacar kakak jangan diganggu! Dia kalo ngamuk kaya harimau, dek."

Kedua adik kelas itu terlihat kaget, lalu pergi dengan desahan kecewa.

Nah, rasain!

"Akan kujahit mulutmu kalau bilang pacar sekali lagi." Ucapku setengah kesal lalu memberikan jus jeruk untuknya.

"Jangan marah-marah dong. Kan akting."

Akting mulutmu. Zzzz

"Makanya, bisa nggak, ngerokoknya tuh diluar sekolah aja? Kenapa harus dibelakang sekolah? Emang rokok enak?"

Ia menghela nafas kasar, lalu berkacak pinggang didepanku.

"Enak."

"Mana sini, aku mau nyoba." Kataku sambil mengulurkan tangan.

"Heh, kamu nggak boleh ngerokok. Nanti paru-parumu rusak. Lagian, kamu punya asma. Bodoh." Ia mengelus puncak rambutku pelan.

"YOON JEONGHAN!!!!"

***

Kalau ketemu dengan batang hidungnya yang mancung itu satu sentipun, akan kukejar kalau perlu sampai rumahnya.

Seenak jidat mengelus rambutku. Rambutku jadi bau rokok, tau!

Biasanya, pas istirahat gini, makhluk itu pasti ada di rooftop sekolah. Nggak buat merokok, tapi buat cari angin.

Asli, enggak paham juga kenapa dia bisa aneh kaya gitu.

Setelah ia mengelus rambutku itu, dia langsung melengos pergi tanpa permisi. Ngeselin.

Aku tengah menikmati makan tenangku bersama Yuri dikantin. Ketenanganku itu langsung sirna ketika melihat gerombolan Yena datang menghampiriku.

Astaga, hidupku selalu apes sejak mengenal Jeonghan.

Yena menggebrak mejaku, membuat semua pasang mata melihat kearah kami.

"Kudengar dari adik kelas, kau pacar Jeonghan?!"

Jadi, Yena ini sepertinya punya penyakit terobsesi dengan Jeonghan. Pokoknya, bagi Yena, Jeonghan is mine. Kira-kira begitu.

Karena aku suka memancing keributan, langsung saja ku berkata iya setelah ia menyelesaikan pertanyaannya.

"Kau tidak tau kalau aku menyukai Jeonghan?!" Matanya menyalak galak tertangkap oleh mataku. Disaat-saat seperti ini aku harus serius, nggak boleh tertawa.

"Urusanku apa?"

"Sial!" Ia berteriak kencang.

"Dengar ya, bodoh—"

"Aku tidak bodoh. Kamu tau aku,kan?" aku menyunggingkan senyum ramahku padanya. Kulihat amarahnya semakin memuncak karena aku nggak bereaksi seperti yang dia pikirkan.

Ia terlihat kesal, lalu pergi begitu saja dari kantin.

"Besok-besok siapin kalimat dulu ya, Yena sayangku! Biar marah-marahnya lancar!" Teriakku yang dibarengi oleh tawa Yuri.

Dilabrak sih sudah makanan sehari-hari.

Apalagi penyebabnya kalau bukan Yoon Jeonghan.

Sebenarnya, aku bukan orang yang terbully yang seperti kalian pikir, kok. Aku cuma perempuan biasa yang sayangnya terjebak bersama Jeonghan.
Asal kalian tau, pendukungku banyak. Jadi, aku bukan perempuan menyedihkan seperti gambaran kalian terhadapku!

"Jen, sebenarnya, mereka-mereka iri padamu, tau." Yuri berkata sambil menyeruput minumnya.

"Iri kenapa?"

"Ya karna kamu dekat dengan Jeonghan, lah!"

"Tapi aku lebih iri dengan Ahn Sujin, sih." Kataku datar.

"Karena Ahn Sujin sahabatnya Wonwoo?"

"Nah tepat sekali!"

Yuri menggelengkan kepala.

"Pangeran es macam Wonwoo? Aku tidak habis pikir."

"Ya itu kan menurutmu. Tapi nggak menurutku. Yuk ah, pergi. Aku harus mencari tikus sekarang." Kataku sambil berdiri, lalu pergi meninggalkan kantin dibelakang.

ㅇㅇ
vomment dong biar semangat he🌚

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang