Bonus: 2

3K 375 8
                                    

Yoo Jenna

Aku mengerutkan kedua alisku sambil terus menatap manusia yang bertingkah super aneh didepanku sekarang.

Kini manusia yang terlihat dimataku itu sedang wara-wiri nggak menentu sambil memegangi alat penghisap debu—kadang ke dapur, kadang ke kamar, kadang menghampiriku yang lagi duduk dimeja makan sambil memperhatikannya.

Merasa jengah, aku akhirnya membuka suara.

"Kamu ngapain sih?"

"Bersihin debu yang ada dirumah sampe ilang."

"Tumben rajin banget. Kesambet ya?"

Jeonghan berhenti tepat didepanku sambil berkacak pinggang, aku yang melihatnya lantas mengangkat bahu lalu menyendokkan ice cream.

"Apa?"

"Apaan?" Tanyaku bingung.

"Tadi ngomong apa?"

"Yang mana? Kesambet?"

Jeonghan mengangguk.

"Ya lagian kamu kayak lagi kesambet sesuatu. Tiba-tiba rajin banget bersihin rumah, biasanya males banget."

"Itu karena dokter bilang kamu nggak boleh kena debu."

"Lebay banget, emang aku flu? Kan enggak."

"Astaga, ini namanya perhatian, bukan lebay."

"Ya enggak dengan muter-muter bersihin 2 jam juga kalii."

Aku pusing melihat Jeonghan yang selama hampir dua jam—kalau aku tidak salah hitung—berkeliling rumah yang nggak besar ini, ditambah suara pembersih debu yang cukup keras juga membuat kupingku lama-lama kebas mendengarnya.

"Biar bersih."

"Udah bersih! Udah, kamu lepasin itu, taro. Kuping aku sakit,"

"Siap, calon Ibu!"

Ckckck. Ada-ada aja.

🛏🛏🛏

"Masih laper?" Aku bertanya yang kesekian kalinya pada Jeonghan, yang mulutnya sekarang sedang sibuk mengunyah sedangkan aku mengelap mulutnya.

Dia makan sebelas dua belas kayak anak SD. Padahal umurnya 26.

"Masih." Katanya disela-sela mengunyah. Aku menggeleng-gelengkan kepala lalu memberinya makanan lagi.

Enggak tau deh, semenjak aku hamil, yang makan banyak itu Jeonghan. Yang nafsu makannya naik itu Jeonghan.
Yang ngidam pengen ini itu pun Jeonghan. Jadi, yang hamil aku atau dia?

"Kamu juga makan dong."

"Aku kenyang liatin kamu makan,"

"Ngeliatin aja mana bisa kenyang. Lagian aku nyuruh makan bukan buat kamu, tapi buat si adek."

"Ish."

Jeonghan menyunggingkan senyum hangatnya, membuat hatiku yang tadinya sempat dingin lama-lama menghangat, ikut tersenyum dengannya.

"Maaf ya,"

Aku mengerutkan dahi, "untuk?"

"Karna aku, kamu jadi muntah tiap pagi, karna aku, kamu hampir tiap malem bangun karna aku minta dimasakin, karna aku, kamu jadi masak banyak, karna aku, kamu jadi bedrest kemarin."

Dan satu tambahan, dia jadi tiba-tiba melankolis.

"Berasa aku yang hamil."

Aku tertawa, kemudian menggeleng pelan padanya.

"Nggak apa-apa. Selama kamu seneng, aku juga seneng."

Aku tersentak kaget ketika tubuh Jeonghan menabrak tubuhku lumayan keras, membuatku sesak nafas sejenak.

Aku juga sayang kamu, Jeonghan.

🛏🛏🛏

dikit😢

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang