03

5K 706 59
                                    

Khawatir katanya.

Senyumin aja deh. Soalnya dia sering banget ngomong kaya gitu.

Hehehehe.

Setelah insiden malu-maluin itu, dia malah menggandeng tanganku sampai depan rumah.

"Tau kan sekarang kenapa aku harus ngikutin kamu pulang?" Katanya memecah keheningan.

"Engga. Lagian kan baru sekali doang. Dasar. Ngga jelas."

Tak!

Astaga dahiku disentil!

"Emang ya kamu bodohnya murni banget. Udah ah, aku mau pulang." Ujarnya lalu melepas genggamannya dan berbelok menuju jalan raya didepannya.

"Hati hati Hannie!" Aku melambai-lambai sambil berteriak, sengaja. Biar dia denger aku.

Didetik selanjutnya, aku cuma dibalas oleh jari tengah dikedua tangannya.

Sial.

***

Akhirnya hari sabtu.

Hari dimana aku melabeli dengan hari ketenangan. Ya apalagi kalau bukan hari ini libur.

Ditambah, nggak digangguin oleh Jeonghan. Membayangkannya saja hatiku sudah ingin loncat saking senangnya.

Jam sudah menunjukan pukul 12 siang, dan aku siap-siap ingin menyantap makan siang yang sudah disiapkan oleh Ibu.

Tiba-tiba ada suara ketukan dari luar yang mau nggak mau, aku harus membukakan pintu karena Ibu yang menyuruh. Huh.

"Siap—"

Astaga. Astaga. Astaga.

"Hai, Yoon Jenna!" Suara Jeonghan menggelegar mengisi rumahku yang kosong.

Selamat tinggal hari sabtu tenangku.

***

"Mukanya jangan ditekuk gitu dong, Jen." Jeonghan yang sedang mentonton tv rumahku lalu mengambil makanan ringan seenak jidat.

"Ngapain sih, Han, kerumahku ngga bilang-bilang dulu?!" Sulutku mulai emosi. Aku emosi karena dia mengganggu hari sabtu tenangku.
"Segala bilang Yoon Jenna lagi. Untung Ibuku nggak nanya yang macem-macem."

"Ya kan aku udah bilang ke calon Ibu mertuaku dulu sebelum kesini. Ngapain bilang ke kamu? Ngga guna, tau."

"Ha?"

"Untung kamu bodoh." Ucapnya pelan lalu mulai mengambil posisi paling nyaman menurutnya.

Apalagi selain ingin tidur?

Segala bilang aku bodoh pula. Ish.
Kupukul punggungnya menggunakan bantal sofa yang ada dibelakangku.

Enak sekali sodara Yoon Jeonghan, kerumah orang hanya buat numpang tidur. Emangnya dirumah dia nggak bisa ditiduri apa?

Daripada marah-marah gerutu nggak jelas, aku pergi meninggalkan Jeonghan bersama suara ngoroknya itu menuju kekamarku.

Asli, ngga jelas banget tujuan dia dateng kesini cuma buat numpang tidur. Hhh

Aku mengambil handphoneku yang sedari tadi ada dimeja belajarku. Daritadi layarnya menyala terus, pertanda ada banyak pesan masuk.

Aku menyerit melihat pesan serta missed call yang kebayakan dari teman-teman kelasku. Apalagi si Yuri. Dia yang paling banyak.

Yuree🌈
Jen!
Jen
Astaga
Bales dong!!!
P
P
P
P
P
A
B
C
D
J
E
N
N
A

Lah. Kenapa sih?

Apa?
Kurang banyak chatnyaaa!!!!

Sedetik selanjutnya Yuri langsung membalas pesanku. Astaga, dia kenapa?

Yuree🌈
Si Jeonghan mana?
Aku ada tugas kelompok sama dia😏

Ada. lagi bubu ganteng Yur

Yuree🌈
Hm. Tolong suruh dia bangun terus kerjain tugasnya terus kirim ke aku!!! Aku stress dia doang yang belum ngerjain!!!!!😩😩😩

HAHAHAHA ok💜

Lantas aku turun lagi kebawah, mendapati Jeonghan sudah ganti gaya tidurnya. Zzz.

Sebenarnya, enak nih membangunkan Jeonghan dengan menyiram air diwajahnya. Tapi jangan. Nanti dia ngamuk.

"Jeonghan banguunnn!!! Disuruh Yuri ngerjain tugaas!"

Jeonghan meregangkan badannya sebentar, lalu bergumam ngga jelas lalu bangun.

"Iya, sayang. Ini aku bangun,"

Ha? Sayang?

Bercanda banget orangnya. Huh.

ㅇㅇ
vomment dong biar semangat he🌚

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang