19

2.5K 379 4
                                    

"Jelasin nggak?"

"Iya, dijelasin. Diminum dulu tapi ini minumannya," Katanya sambil memberiku gelas berisi teh.

Aku mengambil gelasnya sambil masih cemberut, meminumnya sampai setengahnya lalu menaruhnya dimeja.

Jisoo udah pulang, setelah aku tangkap basah dia dengan seenak jidatnya ngajak Jenna balikan. Enak aja, nggak tau apa kalau Jenna ini udah punya pacar?!

"Jelasin sekarang."

"Iya, tapi jangan cemberut gitu dong." Jenna menjulurkan kedua ibu jari tangannya pada sisi bibir kanan dan kiriku, menariknya yang terpaksa membuatku tersenyum.

Duh, coba kalo lagi nggak marah. Mungkin doi udah aku cium. Hehe.

"Jadi,"

"Kan aku tadi mau makan, eh ada yang mencet bel, aku kira itu kamu. Soalnya kan kamu biasa emang kesini kalau lagi mau makan siang. Kenapa gitu, Han? Kenapa ngga setelah makan siang aja gitu? Pas banget pula lagi mau makan,"

"Jen," Aku menggeram lumayan datar. Bisa-bisanya ngelawak disaat serius begini.
Eh nggak deng. Sebenarnya aku yang bikin jadi lumayan serius gini.

Iya, aku takut kalau Jenna ninggalin aku. Makanya jadi begini.

"Iya-iya maaf,"

Ia mengambil nafas, "Terus, aku buka pintu, eh ternyata si Jisoo dateng. Sumpah, aku kaget. Dia nggak pernah dateng kerumahku dulu, Han. Gimana nggak syok coba." Ceritanya menggebu-gebu sambil memukul pelan pundakku, aku yang ada disampingnya cuma bisa berdeham pelan.

"Dia bilang, mau ngomong sama aku diluar. Yaudah aku iyain, ternyata dia ngomong kaya gitu, Han. Denger kan kamu? Aku kaget, aku langsung bilang kalau aku udah punya pacar. Terus langsung kamu dateng deh,"

Aku tertawa diakhir Jenna berhenti bicara. Iyasih, dia bilang kalau udah punya pacar, lalu setelahnya ku teriaki Jisoo "Iya, aku pacarnya. Kenapa?!"

Air muka Jisoo kaget tadi, entah kaget beneran atau dibuat-buat. Ya kali kan udah hampir setiap hari bareng-bareng si Jisoo nggak nyadar ada yang "spesial" dari kita?

"Yaudah," Aku akhirnya bicara lagi setelah ada jeda yang cukup lama. Nggak tau mau ngomong apa. Jadilah keluar seadanya.

"Loh, kok yaudah? Jadinya gimana? Kamu mau pulang apa mau main?"

Aku mengeryitkan dahi, menatap Jenna dengan bingung.

"Sejak kapan kamu rapih gini, Jen?" Aku yang mulai sadar lantas tertawa pelan. Ternyata daritadi Jenna udah siap diajak main. Ckck.

Jenna memutar matanya malas, "Ayo main aja!"

***

Jangan anggap kejadian kemarin itu selesai.

Belum.

Aku belum menyelesaikannya secara laki-laki.

Jangan anggap kejadian kemarin itu aku sudah lupa.

Belum.

Seluruh badanku rasanya mendidih tiba-tiba sekelebat kalimat itu terlintas lagi diotakku. Sial. Hong Jisoo sialan.

"What's up, bro?" Ia menyapaku ramah seperti biasanya. Atau dibuat-buat ramah?

"Jelasin kejadian kemaren." Kataku datar dan menusuk padanya sesaat setelah ia selesai bicara. Aku nggak butuh basa-basi, aku mau langsung ke intinya.

"Yeah, aku mengajak Jenna kembali padaku."

"Jenna udah bilang kan, kalau dia punya pacar."

"Cuma pacar kan? Belum jadi suami?" Jisoo membalas tatapan mataku sama galaknya.

Sial.

"Sejak kapan Hong Jisoo jadi orang yang serakah?"

"Sejak melihatmu selalu bersama Jenna. Sejak pertama kali aku melihat kalian digudang belakang. Aku mau ikut campur,"

Apasih?

"Kamu nggak kasihan liat Jenna selalu dilabrak Yena? Walau dia senyum-senyum bilang okay padamu, memangnya kamu tau perasaan dia yang sebenarnya?"

"Jangan sok tau," Potongku cepat. Sumpah, kepalaku benar-benar mendidih dan tanganku gatal untuk memukulnya sekarang juga.

Tau apa sih, dia?

"Kenapa harus sekarang?!"

"Karena aku ingin ikut campur." Katanya dengan santai sambil mengangkat bahu pelan.

Persetan.

Setelah dia selesai bicara yang kelewat santainya yang membuat amarahku makin memuncak, aku memukulnya dengan kencang.

Maaf, Jen. Aku terpaksa ngelakuin ini.

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang