16

3K 450 6
                                    

Kehilangan Jenna adalah ketakutan terbesarku nomor satu sekarang.
Dulu, aku takut kalau nggak bisa memiliki Jenna. Sekarang, bukan itu lagi.

Kalian tau, kita ini nggak bisa selamanya kayak gini. Mungkin ada fase dimana Jenna bisa aja jenuh padaku, begitupun aku sebaliknya.

Mungkin ada fase dimana kita sama-sama lelah menghadapi masalah.
Mungkin ada fase dimana kita nggak bisa sama-sama lagi.
Mungkin juga ada fase dimana kita berfikir bahwa kita bisa sama-sama.

Intinya, nggak ada yang tau.

Katakanlah aku terlalu berlebihan berfikir kayak gini, tapi, sekali lagi, nasib dan takdir itu nggak ada yang tau. Kecuali kalau kita usahakan takdir tersebut. Bisa jadi, takdir itu bisa sesuai dengan kemauan kita. Ya usaha aja intinya.

Dan, akupun nggak tau kan, kalau nanti, atau bahkan besok ada cowok yang suka sama Jenna, dan Jenna langsung suka juga dan ninggalin aku?

Jangan deh. Awas aja kalau beneran ada kayak gitu. Aku habisin beneran itu cowok.

Satu hal yang harus kalian tau, aku nggak siap kehilangan Jenna.
Aku nggak mau Jenna ninggalin aku.

Tapi, emang, Jenna tahan denganku?

"Udah ngelamunnya?" Suara Jenna sukses membuyarkan lamunanku. Ia baru kembali sehabis memesan makanan tambahan.

"Ngelamunin apa sih?" Tanyanya sambil duduk didepanku, lalu meneguk minumannya.

"Ngelamunin masa depan." Tukasku pendek.

"Oh gitu. Ada aku nggak?"

"Tergantung. Kamu mau nggak ada kamu dimasa depanku?"

"Mau nggak ya?"

"Dih, gitu ya!" Aku mengacak rambutnya pelan yang dibalas dengan tatapan garangnya. Tapi sedetik kemudian, dia kembali tersenyum.

"Nah gitu dong senyum, kan cantik."

"DIEM YA NGGAK USAH GOMBAL! Aku udah nggak mempan."

"Udah nggak mempan tapi mukanya merah gini?" Aku mencubit pipi kanannya gemas.

"Lepas nggak?!"

"Nggak."

"Han!"

"Jen!"

"Lepasin,"

"Nggak mau,"

"Ish."

Aku melepas cubitanku dari pipi Jenna, meninggalkan bekas merah disana. Doi mengelus-elus pipinya sambil meringis.

"YOON JEONGHAN!"

Hehehe.

***

Aku badmood setengah mati.

Ya gimana enggak, waktu diperjalanan pulang, ada beberapa gerombolan laki-laki yang ngegodain Jenna. Segala bilang cantik lah, manis lah, lucu lah. Matanya pada kenapa sih, nggak liat apa ada aku persis disampingnya?!

Aku pelototi mereka satu-satu, seakan memberi jawaban "jangan liat-liat. Dia pacarku!" dalam diam.

Yang dipelototi seakan baru sadar bahwa ada aku disampingnya ini, lalu senyum canggung dan langsung beringsut pergi.

Nah, yang disampingku cuma ketawa. Makin bad mood, karena dia menyebarkan senyum cantiknya itu dijalanan. Huh.

"Serem mukamu. Kayak badboy disekolah tau nggak,"

"Emang aku badboy, tapi disekolah doang."

"Darimana badboynya? Hm? Perasaan yang beneran badboy itu Seungcheol,"

Anjir, aku udah bilang kan? Kalau membicarakan cowok lain didepan pacarmu itu adalah kesalahan besar. Tolong dicatat.

"Jen."

"Nggak usah cemburu gitu deh."

Aku menghembuskan nafas pelan, lalu merangkul pundaknya makin erat.

"Woi abis lah badan aku!"

"Biarin. Sini kupeluk sampe penyet." Aku makin mempererat rangkulanku. Biarin deh diliatin sama Ibu-ibu dan Bapak-bapak dijalanan. Aku nggak begitu peduli.

"Ish."

Semoga kita bisa begini terus Jen. Sampai nanti.

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang