14

3.1K 482 8
                                    

Aku samar-samar membuka mataku yang masih berat. Kenapa sih, ganggu tidur siang orang lain aja.

"Gawat! Jenna dilabrak lagi sama Yena! Ini si Yuri daritadi nelfonin terus!"

Mataku sukses terbuka lebar. Rasa ngantukku hilang entah kemana.

"Dimana?! Kantin?!" Aku langsung tersulut emosi mendengarnya.

"Iya, tapi—"

Ah, persetan. Lama banget ngomongnya si Jinhee. Aku langsung pergi meninggalkan kelas menuju kantin. Kalau Jenna kenapa-napa gara-gara Yena, asli nggak bakal kubiarin si Yena hidup tenang.

Jarak kantin yang tadinya dekat jadi terasa jauh olehku. Padahal udah lari, deg-degan, keringet dingin sampe keluar. Sumpah, disaat-saat kayak gini dan aku tadi lagi asik-asiknya tidur? Yoon Jeonghan memang bodohnya sampe otak.

Setelah akhirnya sampai di kantin yang benar-benar ramai, sayup-sayup aku mendengar suara Yena yang meledak-ledak.

"Sudah kubilang jangan deket-deket sama Jeonghan, masih aja dideketin!" Aku mendengar Yena menggebrak meja. Aku langsung menerobos kerumuman untuk berdiri paling depan. Serius, aku takut Jenna kenapa-kenapa.

"Kenapa sih, Na, cemburu banget aku deket sama Jeonghan?" Astaga, aku hampir didepan dan sekarang mendengar suara Jenna yang santainya kelewat batas.

"Ya iyalah!"

"Berarti aku cantik dong? Jadinya kamu cemburu, hehe." Segala nyengir lagi. Muka Yena benar-benar sebelas dua belas sama singa sekarang.

Mendengar suara Jenna yang nggak ada takutnya sama sekali membuat amarah Yena udah dipuncak.

"AW! SAK—" Aku kaget tiba-tiba Yena sedetik kemudian ada didekat Jenna dan langsung menjambak rambut Jenna. Tanpa babibu, aku langsung menghampiri Jenna dan melindunginya dibelakang tubuhku.

"Aku udah bilang kan? Jangan ganggu Jenna. Mau hidupmu nggak tenang selama sekolah?"

"Jeong—"

"Nggak usah sok akrab. Aku nggak suka. Dan terakhir, jangan suruh Jenna buat ngejauh dari aku, karna mau seberapa dia jauh, aku yang bakal deketin dia terus. Kamu mau cemburu sampe gila juga aku nggak peduli. Seenak jidat jambak rambut orang pula, mau kalo rambutmu aku yang jambak?!"

"Han—" Doi narik tanganku pelan dibelakang. Suaranya lumayan bergetar takut. Maaf, Jen. Kesabaranku bener-bener udah habis buat Yena.

"Aku nggak maksud begi—"

"Berisik." Aku langsung memutar tubuhku, menggandeng tangan Jenna dan pergi dari kerumunan.

***

Sumpah, aku kesal dengan diriku sendiri. Udah kerjaannya tidur doang, menyusahkan orang lain pula. Apalagi orangnya Jenna. Membuatku jadi menyesal seribu kali lipat. Aku hanya mondar mandir nggak jelas ditambah sejumlah kata sumpah serapah, dia cuma duduk didepanku diam.

"Han, aku—"

"Kamu tuh ya, bisa nggak kalo lagi kayak gitu ngebela diri kamu serius? Jangan dibercandain terus!"

"Dengerin dul—"

"Aku ngerasa bersalah tau nggak? Aku kayak pacar nggak becus yang ngebelain pacarnya aja nggak bisa. Aku sakit liat kamu digituin terus."

Aku nggak mau kejadian Jenna nangis sendirian terulang lagi.

Cukup sekali aja.

"Han—"

"Besok-besok telfon aku kalau kenapa-napa!"

"Jeonghan!" Ia berteriak yang membuatku terkesiap kaget. Mukanya cukup merah.

Tolong, Jen. Jangan nangis.

"Udah belom marah-marahnya? Kalo belom aku mau beli minuman dulu buat kita, nanti disambung lagi marah-marahnya."

Aku menerjap-nerjap setiap kalimat Jenna. Bisa ya, sesantai itu sedangkan aku sepanik ini sekarang?

"Jen, yang serius."

"Han, aku juga serius. Aku aja belom ngebela diri aku sendiri didepan kamu. Kamunya ngomong terus, gimana aku mau ngomong coba?"

"Udah mirip kaya cewek kamu bawelnya." Ucapnya pelan lalu bangkit dan pergi meninggalkanku.

Aku cuma terdiam mencerna kelimatnya. Setelah kupikir-pikir, iya juga.

Enggak lama, dia datang membawa dua minuman dingin, lalu memberikannya satu padaku.

"Coba kamu cerita sekarang." Ucapku langsung sedetik setelah ia duduk.

"Ya abis gimana, Han, aku bingung mau ngomong apa sama Yena. Lagijuga aku kan udah biasa banget kalo tiba-tiba Yena marah-marah nggak jelas gitu. Mangkanya nggak aku tanggepin."

Aku menghela nafas.

"Jen, maaf."

Ia mengerutkan keningnya cukup lama.

"Untuk?"

"......semuanya?"

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang