02

5.5K 754 65
                                    

Ternyata mencari tikus betulan lebih mudah dibanding mencari tikus jadi-jadian.

Sudah hampir bel masuk, tapi aku nggak lihat Jeonghan setitik pun. Aku sudah pergi ke rooftop, bahkan bertemu dengan Wonwoo disana. Tapi nihil keberadaannya. Tumben.

Aku mengitari belakang sekolah, melihat ke semua sudut dengan seksama. Aku nggak akan tahu kan, kalau misalkan tiba-tiba ada Jeonghan ditempat yang tidak biasanya?

Selagi jalan, aku memicingkan mataku untuk melihat lebih tajam lagi.

Nah, itu dia.

Eh sebentar. Ada Yena disana.

Jiwa penasaranku pun langsung bangkit, mendekati mereka diam-diam lalu mendengarkan sedikit percakapan mereka. Nggak apa-apa. Nggak dosa.

"Kudengar kau melabrak Jenna?" tanyanya datar dan menusuk. Mirip-mirip sama Wonwoo.

"Eh? Enggak kok! Aku nggak labrak Jenna, aku kan berteman dengan dia,"

Lah teman darimananya!

"Terserah. Apapun itu, sekali lagi kudengar kau melabraknya, nggak segan-segan aku melakukan sesuatu padamu."

Wih. Kalau kaya gini, Jeonghan jadi keren. Kalau tidak malas.

Kulihat wajah Yena menjadi kalut, mungkin takut ditatap seperti itu dengan Jeonghan. Hahaha.

Nah, karena acara mengupingku selesai, aku berjalan lurus menuju mereka.

Lebih tepatnya ke Jeonghan, sih. Ngapain aku menghampiri Yena. Idih.

"Dicariin tau! Ayok, ke kelas. Belajar biar pi—" Belum selesai perkataanku, Jeonghan sudah menarik lenganku pelan.

Setidaknya biarkan aku menyelesaikan kalimatku dulu gitu. Huh.

"Han, sakit."

Sedetik setelahnya, ia melepaskan genggamannya.

"Maaf."

"Kamu tadi waktu di rooftop kesamber petir, ya?" tanyaku sambil menatap dia yang—

Geez. Sejak kapan ia melihatku begitu?

"Tapi tadi nggak ada petir satu-pun, bodoh. Udah ah, aku mau tidur." Katanya berlalu pergi meninggalkanku.

"Tungguin!"

***

Setelah sampai dikelas, ia langsung mengambil ancang-ancang serta posisi enak buat tidur.
Gila, sih. Bisa tidur dikeadaan apapun dan ditempat apapun.

Tapi nggak dipelajaran pak Choi juga!

Aku mulai merasakan ada bau-bau perang Pak Choi dengan Jeonghan. Ya gimana enggak, daritadi dipanggil-panggil namanya nggak disahut oleh Jeonghan.

"Yoon Jeonghan!" Itu teriakan pak Choi kesekian, yang akhirnya dibalas oleh Jeonghan.

"Manggil saya, Pak?"

Buseet beneran ngajak ribut inisih.

"Keluar kamu!" Sentak Pak Choi yang hanya dibalas anggukan oleh Jeonghan. Itu sih sama aja memberikan kebebasan buat Jeonghan untuk tidur diluar. Hhh.

Perhatian kami kembali lagi menuju papan tulis serta Pak Choi yang tampannya luar biasa itu.

Enggak lama, tiba-tiba handphoneku bergetar, menandakan ada pesan masuk. Diam-diam, aku memeriksanya.

Hannie🛏
Diluar bosen. Ngga ada kamu.

Ya tidur ajasih

Hannie🛏
Maunya sama kamu.

Ck. Aku nggak kaget deh kalo Jeonghan mengirimi aku chat aneh-aneh kayak gitu. Udah biasa.

***

Pelajaran Pak Choi menutup kegiatan sekolahku hari ini, tandanya, penderitaanku disekolah akan berakhir sebentar lagi.

Eh, nyatanya enggak juga.

Ketika pulang sekolah, pasti dia selalu mengikutiku untuk pulang. Padahal, rumahku dan rumah dia tidak searah. Kalau ditanya kenapa mengikutiku, jawabannya "Nanti kalo kamu diculik gimana? Aku yang repot!"

Lah, ngapain juga aku ngerepotin dia?

"Udah Han, pulang aja kamu. Nggak cape apa tiap hari ngikutin aku terus?"

"Ngikutin ibu Negara mah ngga ada capek-capeknya." Katanya sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana. Ugh.

"Ish!" Aku maju beberapa langkah dari dia. Ternyata—

"Jenna, awas!"

—aku kelewatan hingga jalan raya. Jadilah, suara klakson mengiringi kebodohanku.

"Kenapa otakmu nggak dipakai sih?!"

"Ya gausah marah-marah dong Han!" Aku balas dengan berteriak. Teman yang baik harusnya mengingatkannya juga dengan yang baik-baik.

Eh, tapi emang kita teman?

Ia mengambil nafas kasar.

"Aku khawatir."

Eh, apa?

ㅇㅇ
vomment dong biar semangat he🌚

a J team - Yoon Jeonghan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang