Flashback On....
Sekumpulan remaja sedang tawuran tiba-tiba berhenti karna mendengar suara sirine polisi. Mereka tak hanya diam di tempat tapi mereka juga berlarian menghindari tempat yang tadi mereka gunakan untuk tawuran.
Suara mobil dan sirine semakin mendekat dan sekumpulan remaja itu sudah tak ada, pergi entah kemana yang pasti mereka berpencar.
Di lain tempat tapi masih satu kawasan dua remaja laki-laki berlari terpongoh-pongoh. Luka di sekitar wajahnya cukup dalam tapi mereka berdua masih bisa bertahan.
Di rasa sudah cukup aman ke dua remaja itu berhenti di sebuah gedung tua. Untuk mengistirahatkan badannya.
"Kalo gak ada polisi udah habis tuh anak karatan" ucap salah satu remaja laki-laki penuh emosi.
"Udahlah, lo juga masih SMP lebih baik fokus sama sekolah bentar lagi lo UN" balas remaja laki-laki satunya sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah.
Remaja laki-laki yang mendapat balasan demikian hanya bisa mendengus kesal. Slalu saja dirinya di remehka, karna dia masih SMP dia di remehkan?
Tidak. dia tidak terima jika di remehkan. Harga dirinya tidak bisa di runtuhkan begitu saja. Tapi mau melawan perkataan remaja laki-laki yang lebih tua darinya ini pasti tidak bisa, karna laki-laki di dekatnya ini pandai berbicara. Pasti saja dia akan kalah.
"Aaaaa... ada HANTU.... MONSTER.... BANYAK DARAHNYA KEY TAKUT DI GIGIT" teriak bocah laki-laki saat membuka pintu bangunan gedung tua itu.
"Aaa dimana...???" Teriak laki-laki dengan luka itu tak kalah histeris. Sedangkan temannya masih dengan posisi semula seakan monster hanya semut kecil.
Si anak kecil semakin gemetaran "Monsternya bisa bicara" teriaknya lagi.
Laki-laki itu merasa aneh di sini hanya ada dirinya dan temannya. Lalu dimana monsternya?
Jangan-jangan monsternya adalah dirinya?
Si anak kecil itu tak lagi berteriak tapi sudah menangis histeris. Mendengar suara tangisan anak kecil laki-laki itu berjalan menghampiri anak kecil tersebut.
"Hwwwwaaa......" tangisan sang anak kecil semakin keras hingga memekakan telinga.
Namun semakin laki-laki itu mendekat anak kecil itu semakin kencang menangis. Hingga membuat wanita paruh baya keluar dari gedung tua itu.
"Ada apa key? Kok nangis?" Tanya sang wanita yang langsung duduk jongkok di hadapan anak kecil itu.
Key tak menjawab dia malah menunjuk laki-laki monster itu dengan tangannya walaupun gemetar.
Wanita itu mengikuti arah tunjuk key, dan "astagfirullah" kaget, tentu saja kaget siapa yang tidak kaget melihat luka sebanyak itu dengan lumuran darah hampir menutupi wajah.
"Hay buk" sapa laki-laki itu dengan cengirannya.
Gila! Sudah banyak luka dan berdarah masih bisa tersenyum.
Ibu itu mengangguk ragu dia masih kaget. Dia bukan hanya kaget tapi juga takut, takut jika kedua laki-laki itu adalah penjahat? Tapi apa yang akan mereka ambil jika merampok dirinya? Makan saja dirinya susah!Dengan keberanian dan rasa iba wanita itu memberanikan diri mengajak dua laki-laki itu masuk ke rumahnya.
"Ayo nak masuk, biar ibu obati" ajak sang ibu walaupun masih takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Admire Or Love
Teen FictionBerpendidikan tinggi tak menjamin seseorang mengetahui segalanya. Pasti ada satu hal yang tidak di ketahui. Contohnya aku. Aku yang tak mengerti sama sekali tentang permasalahan hati. Katakan saja aku ini gadis bodoh. Memang aku ini bodoh. Bodoh da...