Jangan lupa vote before me-iqra'😙
Setelah ini kisahku denganmu akan play kembali atau over sampai disini ?
-Ftim83-
Happy Reading❤️
Wanita ber gaun batik keluar dari kelas IX IPA 1 dengan memegang buku rapor putrinya. Raut wajah wanita itu tak berekspresi. Entah apa yang terjadi di dalam, tapi hal itu membuat putrinya yang sedari tadi menunggu di depan kelasnya takut.
"Ma?" Panggil Afa ragu-ragu. Bukan ragu tapi dirinya takut. Ekspresi mamanya tak pernah datar selama menerima rapornya. Sewaktu SD dulu.
Karna sewaktu SMP bibinya lah yang selalu mengambil rapornya. Apa mungkin ekspresi mamanya ini karena lama tak mengambil rapor? Tapikan di sini ada abangnya? Atau mungkin nilainya kali ini tidak memuaskan? Berbagai macam ekspektasi bermunculan di kepala Afa. Sedangkan mamanya berhenti saat putrinya memanggil tadi.
Afa menarik nafas kemudian menghembuskannya mencoba berani menanyakan nilainya. Toh mengetahuinya sekarang atau nanti semuanya akan sama. "Nilai aku baik-baik aja kan ma?" Tanyanya takut sambil menggit bibir bawahnya.
Mamanya tak menjawab tapi malah langsung menghadap ke arahnya. Menatap matanya dalam. Dan hal itu semakin membuat Afa takut. Afa sudah yakin jika nilainya kali ini pasti buruk bahkan sangat buruk.
Mata Afa sudah berkaca-kaca dirinya tidak menyangka bahwa nilainya akan begitu buruk dan membuat mamanya begitu kecewa. "Maafin Afa ma, Afa janji bakalan belajar lebih giat lagi" ucapnya yang mulai terisak.
Mamanya masih tak bergeming melihat putrinya yang sudah mulai menangis dan kini keduanya sudah menjadi sedikit tontonan. Ingat hanya sedikit.
"Kamu kenapa nangis?" Tanya mama Afa sambil menahan tawanya "kenapa juga minta maaf?!" lanjutnya lagi.
Afa langsung menghentikan tangisnya kini ekspresinya berubah bingung. Mengapa mamanya bertanya hal demikian?
Mamanya langsung mengusap punggung putrinya kemudian menyerahkan rapor yang sedari tadi di pegangnya kepada putrinya ini. Afa menerima rapor itu masih dengan wajah bingung tak mengerti maksud mamanya.
"Mama bangga sama kamu" ucap mamanya yang langsung membuat Afa tersenyum lega. Afa mengerti dengan kata-kata walaupun dirinya belum melihat nilainya tapi dirinya yakin jika nilainya ini pasti memuaskan dan sedari tadi mamanya hanya berakting.
"Maafin mama udah akting di depan kamu, ekspresi kamu itu tadi lucu banget" ucap mamanya sambil terkekeh. Sedangkan Afa sudah mengerucutkan bibirnya kesal. Mamanya ini mengerjainya tidak tau tempat, kan Afa jadi malu menjadi tontonan tadi.
Wajar dirinya menangis karena sebelum berangkat sekolah tadi abangnya berpesan bahwa jika nilainya buruk maka, ponsel juga laptopnya akan di sita dan uang sakunya akan di potong oleh papanya.
Entah itu benar atau tidak tapi Afa percaya dengan perkataan abangnya itu. Dan sekarang dirinya lega karna semua itu tak kan terjadi.
Saat tangan Afa ingin membuka rapornya suara seseorang menyapa mamanya sehingga Afa mengurungkan niatnya. "Hai tante"
"Oh, hai, nak Aland" balas sapa mama Afa sambil tersenyum. Aland berjalan mendekati keduanya dan memposisikan dirinya berada di samping Afa. Kemudian menyalimi tangan mama Afa. Sedangkan Afa masih terkejut dengan situasi ini. Bukan terkejut kenapa mamanya bisa mengenal Aland dan akrab seperti itu, tapi terkejut karena Aland berada di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Admire Or Love
Novela JuvenilBerpendidikan tinggi tak menjamin seseorang mengetahui segalanya. Pasti ada satu hal yang tidak di ketahui. Contohnya aku. Aku yang tak mengerti sama sekali tentang permasalahan hati. Katakan saja aku ini gadis bodoh. Memang aku ini bodoh. Bodoh da...