"Sebelum aku menganalmu jantungku baik-baik saja, tapi setelah mengenalmu jantungku tidak pernah baik-baik saja, apa ini yang dinamakan penyakit jantung? "
-Afa-
"Terus-terus si Aland cuman bersikap gitu ke lo? Gak lebih? Atau cari perhatian gitu ke lo?" Gadis yang mendapat pertanyaan demikian menggeleng. Memang benar adanya Afa tak berbohong sama sekali, memang ada manfaatnya jika Afa berbohong? Sudah pasti tidak ada. Malah masalah yang akan ia dapatkan itu pasti.
Lagi pula kemaren Aland mengajaknya mungkin karna dirinya adik dari ketua klubnya.
"Masak iya dia gak ngajak lo makan dulu kek?" Entah sudah berapa kali pertanyaan Defa yang jawabannya pasti sudah sama yaitu TIDAK. padahal sudah jelas Afa menceritakannya tapi Defa ini masih panjang menginterogasi dirinya.
"Gue kira Aland kemaren ngajak lo ke tempat-tempat romantis" tutur Defa sedikit ragu.
"Hah?!" Mata Afa terbelalak bagaimana bisa ke tempat yang romantis. Malahan kemaren dia menangis hingga sesegukan. Itu yang namanya romantis? Lagi pula Afa tidak berharap di romantiskan oleh cowok model Aland. Tidak Afa tidak ingin.
"Hehehehe ya kali fa" balas Defa dengan cengiran bodohnya. Jika Defa tak menampakkan ekspresi demikian mungkin sudah di lahap oleh Afa.
Afa menghembuskan nafasnya lelah, lelah menghadapi sahabatnya ini, sahabat yang otaknya agak geser. Dan dia harus di operasi.
"Nesa kapan balik ya?" Kini pembahasan tak lagi tentang kemarin. Tapi tentang Nesa yang sudah liburan di Bali selama dua hari.
"Gak tau" balas Defa sambil mengangkat bahunya. Memang dirinya tidak tahu dan selama Nesa liburan seperti hilang kontak baik Defa ataupun Afa.
Afa terlihat nampak lesu tak ada Nesa seakan ada yang kurang. Afa menelungkupkan kepalanya di lipatan tangannya di atas bangku, berusaha beristirahat walaupun sebentar.
Sedangkan Defa sudah asik dengan dunia maya nya. Sudah jangan heran lagi dengan gadis yang satu ini sudah Afa jelaskan jika otaknya sedikit berpindah dari tempatnya.
Suara gaduh dan riuh terdengar samar-samar di telinga Afa. Tapi kepala Afa malas untuk bangkit biarkan sajalah mungkin itu hanya cewek-cewek yang sibuk dengan gosip mereka. Lagi pula sekarangkan guru-guru rapat jadi aman-aman saja.
"Fa, di kelas sebelah ada yang berantem" ujar Defa sambil menyimpan ponselnya kedalam saku seragamnya.
Afa menjawab dengan gumaman saja yang membuat Defa kessal sendiri.
"Ih fa, lihat yuk" rayu Defa sambil mengguncang bahu Afa.
Afa yang tak tahan di guncang bahunya akhirnya dia mengangkat kepalanya dengan malas.
"Apaan sih Daf!?" Gerutu Afa.
"Lihat yuk, kek nya seru banget" sekali lagi Defa membujuk Afa. Melihat ekspresi Afa yang sudah bisa di tebak bahwa Afa tidak akan mau ikut. Maka Defa langsung menarik Afa keluar kelas tanpa menunggu jawaban Afa.
Afa yang sudah lemas dia pasrah saja di tarik oleh Defa, tapi rasa kesal ada dalam dirinya. Biarkan saja Defa dengan ke inginannya lagi pula tak ada ruginya jika Afa melihat ke gaduhan itu Itung-itung sebagai hiburan. Katakan saja Afa ini gadis plin-plan. Memang benar adanya tapi plin-plan Afa masih dalam kategori Junior.
Ternyata kegaduhan itu tidak di sebabkan oleh bibir kaum hawa, tapi di sebabkan oleh bibir-bibir kaum Adam. Saat Afa dan Defa sampai di kelas yang menjadi saksi kegaduhan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Admire Or Love
Teen FictionBerpendidikan tinggi tak menjamin seseorang mengetahui segalanya. Pasti ada satu hal yang tidak di ketahui. Contohnya aku. Aku yang tak mengerti sama sekali tentang permasalahan hati. Katakan saja aku ini gadis bodoh. Memang aku ini bodoh. Bodoh da...