Apa yang ada di pikirian kalian pas baca judul part ini? 😎
Aku senang karena kamu sudah tak menganggapku sebagai orang asing lagi. Tapi apakah anggapan ini bertahan lama?
-Afa-
Happy Reading gaes❤️
Minggu kali ini tak seperti minggu kemarin, di pagi hari seperti ini Matahari tak menampakkan dirinya sama sekali. Langit yang luas hanya dihiasi oleh gumpalan awan tebal yang siap menjatuhkan buliran air.Gadis yang sedang beristirahat di kursi taman memandang ke arah langit yang semakin mendung. Bahkan anginpun kini ikut serta dalam rencana langit untuk menurunkan buliran air.
"Padahal tadi gak mendung banget, kenapa sekarang awannya tambah tebel. Gak kayak biasanya?" Gumamnya sendiri.
Perasaan Afa tak enak seperti akan terjadi sesuatu tapi kakinya tak mau beranjak dari tempat duduknya saat ini.
Afa melihat orang-orang di sekitar taman ini masih melakukan aktivitasnya masing-masing. Anak-anak yang bermain di play ground taman bersama orang tuanya atau orang-orang yang berlari dan beristirahat seperti dirinya saat ini.
Seakan tak terganggu dengan cuaca seperti ini. Sama seperti dirinya sendiri. Yang tak mau beranjak dari kursi, ia lebih memilih mengeluarkan ponselnya dan memutar lagu sambil menikmati angin yang hembusannya lumayan kencang.
Di saat menikmati lagu dengan enaknya pandangan Afa jatuh pada sosok laki-laki yang sangat ia kenali. Keningnya berkerut melihat laki-laki itu berada di taman komplek daerahnya ini.
Sedang apa dia disini?. Batinnya.
Walaupun rasa penasarannya begitu tinggi ia tidak mau menghampiri laki-laki itu. Mau di taruh dimana harga dirinya nanti jika laki-laki itu berpura-pura tidak mengenal dirinya lagi? Menganggap dirinya orang asing seperti tempo hari? Kan Afa nanti malu sendiri.
Lebih baik Afa mengabaikannya toh itu juga bukan urusannya.
"Lah ngapa tuh bocah pada lari-lari semua?" Kini pandangannya terahlihkan ke segerombolan anak kecil yang berlari-lari ke arahnya. Afa bangkit dari duduknya untuk menyetop salah satu anak kecil yang sedang berlari.
Afa memegang bahu salah satu anak kecil laki-laki berambut ikal itu dan anak kecil itu berhenti dengan nafas terengah-engah.
"Ada apa dek kok pada lari-lari?" Tanya Afa to the poin pada anak kecil laki-laki itu.
Anak kecil berambut ikal itu tak langsung menjawab dia masih mencoba mengatur nafasnya. "A.. Ada tssu.. na.. mi.. ka" jawabnya setelah berhasil mengatur sedikit nafasnya.
Mata Afa membulat seketika mendengar jawaban dari anak kecil ini, tapi Afa tidak percaya mangkanya Afa mengulang pertanyaannya lagi untuk memastikan apakah yang di dengarnya itu benar atau salah?.
"Tsunami dek?"
Anak kecil itu mengangguk kemudian berlari meninggalkan Afa yang masih tidak yakin dengan kabar itu.
Tsunami? Gelombang air yang besar dan dahsyat? Secepat inikah gue akan ninggalin dunia? Padahal gue belum nikah sama salah satu populasi cogan di dunia? Enggak ini gak mungkin! Gue masih banyak dosa, pahala gue masih dikit! Gue gak mau mati sekarang?!. Batin Afa dengan pikiran melayang kemana-mana.
"Tsunami datang" teriakan itu membuyarkan alam pikir Afa. Afa kembali kembali ke alam sadar.
Afa takut, dia ingin segera pulang ke rumah berkumpul bersama keluarganya. Afa hanya meminta satu permintaan saja saat ini, yaitu perlambat datangnya Tsunami itu agar Afa bisa meminta maaf dulu kepada kedua orang tuanya termasuk abangnya. Agar dosanya berkurang sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Admire Or Love
Teen FictionBerpendidikan tinggi tak menjamin seseorang mengetahui segalanya. Pasti ada satu hal yang tidak di ketahui. Contohnya aku. Aku yang tak mengerti sama sekali tentang permasalahan hati. Katakan saja aku ini gadis bodoh. Memang aku ini bodoh. Bodoh da...