16. PAS

51 10 0
                                    

Bacanya pelan-pelan aja biar dapet fellnya😌.

"Hari yang penuh ujian ini, seakan hari bahagiaku. Kamu tau kenapa? Karena kamu berada di dekatku"

Happy Reading gaes❤️

Jadi sekarang dan seminggu seterusnya gue bakalan duduk di depan Ka Idam?

Wah gak nyangka gue! Seneng banget gue!

Tambah semangat nih gue kalo ujiannya ada cogan, mana cogannya duduk di depan gue.

Ujar Afa di dalam hatinya saat tak sengaja membaca kertas yang tertempel di atas meja bertulisakan 'Raditya Idam Malik. Kelas dua belas Ipa 1'.

Begitu selesai membaca, hati Afa langsung kegirangan tak karuan dan berargumen sendiri tentang kesenangannya. Sebegitu senangnya Afa duduk di depan seorang Idam ini?

Padahal Afa sewaktu masih di Amerika dia tidak terlalu senang dengan yang namanya cogan tapi, kenapa saat Afa berada di Indonesia dirinya seakan maniak cogan? tapi dia tutupi dari semua orang. Apa mungkin sifat Afa yang maniak cogan ini ketularan dari sifat Defa? Mungkin saja iya.

Afa memang sudah tahu metedo yang di gunakan SMA Nusantara saat ujian. Tapi dirinya hanya tidak menyangka bahwa akan seruang dengan seorang Idam.

Dan orang yang sejak tadi menjadi bahan pemikiran Afa datang dengan senyum yang merekah, senyum yang mematikan bagi lawan jenisnya. Bagitu juga dengan Afa yang sudah tersihir dengan senyum Idam.

"Hai Fa?" Sapaan itu membuat Afa kembali ke alam sadarnya.

Afa gelagapan saat mengetahui siapa yang menyapanya. Idam. "Eh hai ka" balasnya dengan suara yang di buat sesantai mungkin.

"Gak nyangka ya kita seruang dan duduknya deket gini?!" Ujar Idam pada Afa.

"Kok bisa tau kalo kita duduknya deket ka?" Afa bingung mengapa Idam bisa mengetahui hal ini, padahal Idam belum sampai ketempat duduknya.

Idam geleng-geleng kepala dengan gadis di depannya ini yang sedang duduk dengan wajah bingungnya. "Kan di kaca ruangan ini di tempel nama siswa dan letak duduknya, Afa" balasnya gemas sendiri.

"Hehehe iya ya" balas Afa sambil nyengir, merutuki kebodohannya. Bagaimana dirinya bisa lupa kalo di kaca ruangan ini terdapat nama dan letak duduk murid yang berada di ruangan ini.

"Yaudah gue duduk dulu ya Fa" pamitnya pada Afa yang mendapat anggukan dari Afa.

Bersamaan dengan perginya Idam dari tempat duduk Afa bel masuk berbunyi menandakan ujian akan segera di mulai. Semua murid yang berada di ruangan itu mulai mengeluarkan alat yang di butuhkan saat ujian.

Tak lama kemudian guru yang mengawasi ruangan ini datang dengan soal di tangannya.

"Assalamualaikum anak-anak" ucap guru itu-Bu Lina-begitu masuk ke dalam kelas.

"Wa'alaikumsalam bu" balas serempak murid-murid yang berada di ruangan ini. Guru itu menuju tempat duduk guru kemudian berjalan ke tengah.

"Sebelum kita memulai ujian, mari berdoa di dalam hati menurut keyakinan masing-masing. Berdoa di mulai"Ucap bu Lina yang sudah sampai di tengah ruangan. Seketika ruangan ini sepi, semua murid berdoa dengan khidmat. Meminta pertolongan kepada sang maha kuasa agar di beri kemudahan dalam mengerjakan ujian ini.

"Berdoa selesai" ucap bu Lina. Kemudian bu Lina mulai membagikan lembar jawabannya. Dan saat itu juga Afa sadar bahwa dirinya di temani oleh sepuluh teman kelasnya. Dan sepuluh siswa lagi di isi oleh teman-teman Idam.

Mengapa dirinya bisa tidak menyadari kalo di ruangan ini juga ada teman-teman Idam? Kakak kelasnya! Apa mungkin mereka melihat interaksinya dengan Idam tadi? Pasti saja ia! Afa jadi malu sendiri.

Tapi itukan Idam yang memulainya terlebih dahulu, jadi tak apalah tak akan menimbulkan masalah.

Kemudian setelah bu Lina selesai membagikan kertas soal ujian semua murid mengerjakan soal ujian dengan tenang tak ada yang bersuara.

Begitu juga dengan Afa ia sudah tidak ingat jika di ruangan ini terdapat Idam juga. Mungkin efek dari soal. Hingga membuat Afa lupa.

°°°°°°

"Soalnya gampang gak Fa tadi?" Pertanyaan pertama yang keluar dari bibir Idam, karena hening di antara dirinya dan Afa sejak tadi.

Memang saat bel istirahat berbunyi Idam langsung duduk di depan duduk Afa tapi tak memulai percakapan begitu juga dengan Afa.

Afa menggeleng "Enggak ka"

"Bagus dong, berarti kamu pinter"

Afa menggeleng lagi "enggak gue gak pinter kok ka, cuman ikutin kata hati aja kalo gak tau" balasnya atas pernyataan Idam.

"Hahaha iyalah, Kamu ini ya" Idam ketawa mendengar jawaban dari Afa, heran saja dengan gadis ini. Pasti hal itu akan di lakukan semua orang jika dalam keadaan tidak tahu dan bingung.

"Nanti pulangnya sama siapa Fa?" Tanya Idam pada Afa, dengan wajah penuh harap Afa tidak akan di jemput atau pulang dengan kendaraan umum, memang dirinya ingin sekali mengantarkan Afa pulang ke rumahnya. Tapi tak pernah kesampaian.

"Sama sopir ka" Seketika raut wajah Idam berubah. " Emangnya Kenapa?" Lanjut Afa.

"Kirian gak di jemput, Mau gue anter" balas Idam masih dengan ruat wajah kecewa.

Afa menahan senyum, ternyata itu alasan Idam menanyakan dirinya akan pulang dengan siapa. Tentu saja Afa akan menyuruh supirnya tidak usah menjeput. Ia akan memilih pulang dengan Idam, siapapun pasti akan memilih pulang dengan Idam, tidak usah banyak mikir.

Afa tersenyum kemudian mengangguk
"Yaudah Kalo mau nganter gue pulang, tinggl bilang ke sopir gak usah di jemput"

Mendengar itu, Mata Idam berbinar. Apa ini benar? "Beneran Fa?" Tanya Idam memastikan.

Afa mengangguk kemudian tersenyum lagi, rasanya hari ini ia begitu bahagia. Di mulai dari seruang dan duduk berdekatan dengan seorang Idam, Kemudian Idam mengajaknya pulang bersama.

Membayangkan saja duduk berdua berasama Idam di atas motor sudah membuat dirinya tersenyum sendiri. Apalagi nanti jika sudah terjadi? Afa tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresinya nanti di atas motor.

Tak hanya Afa yang terlihat bahagia, Idam juga terlihat bahagia, terlihat jelas dari raut wajahnya. Apakah ini yang dinamakan bahagia dengan cara sederhana? Mungkin saja iya.

Gue kira hari ini bakalan hari penuh ujian, ternyata enggak. Batin Afa terkekeh saat menyadari hari ini hari ujian tapi dirinya tidak merasakan sedang di uji.

Budayakan Vote+Komen ya😌


Admire Or LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang