Libur sekolah telah tiba, aku cukup senang sih karena semua sahabat-sahabat ku bisa naik kelas ke kelas 12 semua. Tetapi di hati kecilku masih memikirkan seorang Ben, apa kabarnya dia, dia sedang apa sekarang, dan kenapa hubungan kita harus berakhir seperti ini.
Aku setiap hari hanya bisa mengajak Jeni kerumah hanya untuk melihat aku yang terus-terusan menangisi Ben. Akhirnya Jeni menemukan suatu cara untuk mencoba membuatku berhenti menangis.
"Kar daripada lu sedih gini terus pergi aja yuk" kata Jeni.
"Percuma jen ke mall lagi ke mall lagi ujungnya sama aja" balas aku
"Engga kar gak ke mall, ke Singapur gimana? Nanti kita senang-senang disana, nanti gue ajak deh si Revi, Toni, sama si Jeremi. Nanti gue yang minta izin sama mama lu deh" jawab Jeni
Aku berpikir kalo itu adalah ide yang sangat bagus untuk bisa melupakan Ben. Setelah itu aku mendengar kabar bahwa Revi, Toni, Dan Jeremi semuanya ingin ikut, dan sekarang masalahnya hanya di mama.
"Gue ayo-ayo aja sih tapi masalahnya cuman hanya mama nih" kata aku
"Tenang, masalah izin ke mama lu mah serahin aja ke Jeni" kata Toni meyakinkanku
"Yaudah, mau coba izin ke mama gue sekarang ga nih? Mama ada dikamar bawah nih"
"Ayo kita izin sekarang!"
Akhirnya kita turun ke lantai bawah dan mengetuk kamar mama
"Halo tante"
"Eh ada jeni, Apa kabar jen?"
"Baik tante, tante apa kabar?"
"Baik dong sayang, ada apa nih tiba-tiba dateng ke kamar tante?"
"Aku mau ngomong sesuatu tan sama tante, tapi berdua aja gimana?"
"Yaudah Kar kamu keluar dulu ya" ujar mama
"Oke mam" kata aku
"Nah ada apa Jen?" kata Mama
"Ini loh tan, kan tante tau kalau Kara baru putus dan dia nangis terus setiap hari, aku punya rencana mau ajak Kara jalan-jalan ke Singapore gimana? Kira-kira tante kasih gak?"
"Sama siapa aja kesana?"
"Biasa tan kita se-geng aku, Kara, Revi, Toni, sama Jeremi"
"Kara nya mau ikut?"
"Dia sih mau banget tan tapi dia gak enak minta izin sama tante makanya aku yang ngomong sama tante"
"Ohh gitu"
"Jadi, boleh gak nih tan?"
"Tante sih kasih-kasih aja, asal ga macem-macem ya"
"Siap tante, dijaminn"
"Yaudah, mau berangkat kapan? Dan berapa lama kamu disana?"
"Besok tante jam 9 pagi. Kita rencananya sih 4 hari 3 malam tan."
"Serius besok jam 9 pagi?" kata mama kaget
"Iya tante besok biar Kara bisa move on secepat-cepatnya"
"Yaudah, Hati-hati ya"
"Makasih tante"
Akhirnya Jeni keluar kamar mama dan bawa kabar gembira
"YESS DIKASIH KAR SAMA MAMA LU!"
"Wih tumben banget mama kasih segampang itu, lu ngomong apa aja coba jago banget"
"Rahasja dong, yaudah gue pesen ya tiket ke Singapore buat 4 hari 3 malam, besok jam 9 pagi kita berangkat" kata Jeni yang sangat semangat
"Eh sabar Jen, gue lupa paspor gue harus di perpanjang dan gak bakal keburu kalau besok berangkat"
"Yah gimana dong masa batal kita jalan-jalan" kata Jeni kecewa
"Gimana kalau kita cari destinasi yang ada di dalam negeri aja? Mereka bertiga pasti setuju-setuju aja kan?"
"Hmmm Bali gimana? Seru sih pasti bali kita bisa main pantai, bisa berjemur, bisa cari bule hahaha" ujar Jeni.
"DEAL. Bali ya. Cari tiketnya coba Jen"
"Nah dapet nih, 5 hari 4 malam, besok jam 12 siang kita berangkat. Gimana?"
"Sip setuju. Coba bilang anak-anak kita jadinya ke Bali"
"Iya nanti gue bilang ke anak-anak di multichat" kata Jeni sangat semangat.
"GUYS JADINYA KE BALI YAA 5 HARI 4 MALAM BESOK JAM 10 UDAH NGUMPUL DI BANDARA GAMAU ADA YANG NGARET-NGARET POKOKNYA." ujar Jeni di multichat kita.
Aku bangga punya sahabat seperti mereka yang masih ada untukku walaupun aku sedang terpuruk dalam kesedihan ini dan mereka tidak meninggalkan ku dan selalu berusaha menghiburku.
Keesokan harinya jam 10 pagi berkumpulah kita di bandara Soekarno-Hatta. Melihat muka sahabatksahabatku yang ceria membuatku semakin tidak sabar untuk bisa sampai ke Bali secepat mungkin.
"Hai semuanya, ayo lah check-in agar bisa cepat-cepat sampai Bali" kata Jeni
"Ayo cepat-cepat" kata kita bersamaaan
Pergilah kami ke tempat check-in, setelah itu pergilah kami ke ruang tunggu.
"Wah masih ada satu setengah jam nih ngapain ya kita?" kata Toni
"Tebak-tebakan aja yuk! Gimana?" jawab aku
"Nah ide bagus tuh!" kata Toni
Bermainlah kita tebak-tebakan sampai tiba-tiba ada suara "Perhatian-perhatian untuk penumpang pesawat Garuda Indonesia tujuan Bali silahkan ke pintu utara sekarang"
"Nah dipanggil tuh kita, ayo pergi" kata aku
Masuklah kita di pesawat dan sesampainya di pesawat aku ditimpa rasa gembira dicampur dengan rasa sedih karena masih memikirkan Ben. Tetapi aku tahu kalau perjalanan ke Bali ini dibuat teman-temanku untuk melupakan Ben.
"Kar-kar ayo bangun, udah landing nih" secara tiba-tiba aku dibangunkan oleh Jeni
"Lah udah sampe jen? Cepet banget"
"Bukan cepet, lu aja yang kebo hahaha" canda Jeni
Setibanya di bandara Ngurah Rai Bali aku mensugestikan diriku sendiri dalam hati yaitu sepulang dari sini aku sudah harus melupakan Ben. Aku harus mencari kesibukan disini agar Ben bisa hilang dari ingatanku.
"Temen-temen makan dulu yuk dimana gitu lapar nih" kata Jeremi spontan
"Ayo Jer makan dimana nih?" jawab Toni
"Nasi pedas Bu Andika mantep tuh, makanan paling terkenal di Bali" ujar Jeremi dengan percaya diri
"Ayo, tapi naik apa?" tanya aku
Tiba-tiba Jeni berkata "Tenang Kar, gue udah sewa mobil disini pokoknya aman se aman-amannya"
Berangkat lah kita ke Nasi Pedas itu. Sesampainya disana aku memesan sepiring nasi, ayam, dan sambal untuk aku santap saat itu dengan segelas teh manis. Selesai makan kita langsung pergi ke hotel untuk menaruh barang bawaan kami sekaligus sedikit beristirahat. Kami memesan 2 kamar Aku dengan Jeni dan cowok-cowok di kamar satunya .
Setelah menaruh barang kita memutuskan untuk pergi ke Pantai Pandawa untuk bermain air. Tetapi karena aku lupa membawa pakaian renangku akhirnya aku hanya bisa melihat teman-temanku bermain air dipantai dengan segenggam es krim coklat ditangannku.
Sekitar pukul 5 sore mereka sudah selesai bermain air dan sudah rapih kembali, tetapi karena perjalanan ke Bali ini tidak ada perencanaan jadi kita tidak tahu harus pergi kemana setelah ini. Akhirnya ada yang membuka obrolan.
"Laper ga sih abis main air gini?" kata Revi
"Ah engga gue ga laper kok biasa aja" jawab aku dengan santai
"Iyalah lu gak laper, orang lu sentuh air aja engga hahaha" kata Revi meledekku
"Hus jangan diledekin, kita kan kesini buat Kara, iya kan kar" ujar Jeremi membelaku
"Yah mulai deh belain Kara lagi si Jeremi"
"Bukan bela Kara, Rev"
"Eh kok malah berantem sih orang mau senang-senang kok disini" potong Jeni
"Ayo nih gue ada restoran yang bisa makan sambil main jadi kita bisa ngobrol sama ketawa-ketawa disana sampai malam" usul Toni
"Ide bagus tuh ayo deh kesana aja"
Sekitar jam tujuh malam sampailah kita di restoran itu, kami bermain, bercanda gurau sampai benar-benar aku merasa kalau hari itu adalah hari terbaik dalam hidupku karena aku bisa tertawa dan bisa bercanda dengan sahabat-sahabatku walaupun mereka tahu aku sedang terpuruk.
"Buset udah jam 10 malam aja, pulang yuk udah malem. Besok masih banyak acara nih kita" kata Jeni
"Yaudah pulang yuk ngantuk nih" kata aku
"Jer nyetir ya lu, cape nih gue nyetir terus" suruh Toni
"Iya tenang bro"
"Eh jer nanti mampir minimarket dulu ya mau beli cemilan nih" minta aku
"Tenang kar apasih yang engga buat Kara" Jeremi bercanda
Jarak dari restoran tersebut ke hotel cukup jauh dan cukup memakan waktu jadi teman-temanku semuanya tidur di mobil. Hanya tersisa aku dan Jeremi yang masih bangun. Tetapi kita berdua hanya diam membisu didalam mobil,tiba-tiba
"Kar gue mau nanya sesuatu deh"
"Nanya apa jer?"
"Sebenernya lu kenapa bisa putus sih sama Ben?"
"Ituloh jer masalah jarak, kita berdua gakuat LDR-an" jawab aku. Didalam hati aku berkata "kok dia malah nanya-nanya ben sih, udah tau gue kesini buat lupain Ben"
"Udah ah Jer gausah bahas Ben lagi" aku menambahkan
"Oh iya Kar sorry, eh jadi ke minimarket ga? Nih ada"
"Jadi dong mampir bentar dong jer"
Aku turun sendiri ke minimarket untuk membeli 3 botol air mineral, 2 botol minuman soda, 1 buah pisang dan 3 bungkus makanan ringan. Pada saat membayar aku seperti melihat seseorang yang aku kenal di kursi depan sedang bermain handphone. Tetapi aku mengira itu hanya halusinasi ku belaka. Aku secepatnya masuk ke mobil.
Sesampainya di hotel aku cerita ke Jeni
"Jen tau gak sih pas lu tidur gue kan mampir ke minimarket"
"Trus kenapa kar? Ada apa di minimarket?"
"Masa gue liat ada Ben juga di bali"
"Gamungkin lah Kar, gila lu ya kebanyakan mikirin Ben sih, makanya jangan mikirin Ben disini, pamali. udah sekarang lu tidur biar ga kebanyakan berkhayal"
Aku berpikir benar juga mana mungkin ada Ben disini. Yasudah daripada aku memikirikan itu Ben apa bukan mending aku tidur saja.
Esok harinya alarm ku berdering pada pukul 8 pagi aku langsung bergegas untuk mandi dan bersiap-siap untuk memulai hari kedua di Bali. Adanya rasa sangat senang sekalgus rasa penasaran yang bertanya-tanya bahwa orang yang aku lihat kemarin itu Ben atau hanya bayanganku belaka
Akhirnya sekitar pukul 10 kami semua sudah siap berangkat dan awalnya kami memutuskan untuk makan pagi di daerah Kuta. Setelah itu kami memutuskan untuk pergi ke Tanah Lot. Tempat itu sejujurnya sangat jauh dari tempat kami menginap. Karena jauh awalnya aku dan Jeni tidak mau kesana tetapi karena cowok-cowok jadi kita memutuskan untuk setuju pergi ke Tanah Lot.
Karena perjalanan ke Tanah Lot sangat jauh, kami akhirnya sampai ke Tanah Lot sampai kira-kira pukul 2 siang. Tanah Lot sangat ramai pada hari itu dan jarak dari parkiran mobil sampai ke pantai Tanah Lot cukup jauh. Karena disamping perjalanan menuju pantai sangat jauh, kami sempat mampir ke beberapa toko seperti toko baju, tempat cemilan, dan lain-lain.
"mampir bentar dong, haus nih gue" kata aku
"yaudah lu aja sana beli minum kita disini ya" kata Jeni
Aku akhirnya pergi ke tempat jus untuk membeli jus mangga. Saat itu aku melihat orang yang kemarin aku lihat di minimarket lewat persis didepanku. Kita berkontak mata lalu dia menghampiriku dan menyapaku
"Hai Kar apa kabar?"
Aku sangat kaget dan benar ternyata dugaanku bahwa dia adalah...BEN. Ingin copot jantungku pada saat dia menyapaku.
Aku langsung pergi, tanpa ingin memulai komunikasi apapun dengan Ben.
"Eh bentar dong Kar, aku masih kangen"
"Hah? Gasalah kangen? Dari dulu lu kemana aja, kemana aja disaat gue sayang-sayangnya sama lo dan lo sia-siain gue gitu aja."
"Kamu di Bali sampai kapan? Aku butuh waktu yang banyak buat jelasin ini semua ke kamu"
"Gaperlu tau, dan apa yang kamu mau omongin? Kamu mau meminta maaf? udah aku maafin. Terima kasih untuk kenangan yang bisa membuat dan merubahku menjadi semakin dewasa, aku lebih bisa mengerti bahwa hidup itu tidak semuanya manis."
"Kar, plis aku harus jelasin ini semua ke kamu"
"Gabisa sekarang, gue ada temen-temen yang nungguin gue."
"Yaudah nanti aku kontak, tapi please kasih aku waktu buat ngomong ke kamu"
"Besok siang jam 12 di Starbucks Kuta, gue cuma punya waktu 1 jam"
"Oke kar sampai ketemu besok"
Aku tidak menjawab perkataan Ben. Aku menerima untuk pergi bersama Ben, karena aku ingin perasaan yang masih terpendam ini lepas, dan aku akan tenang karena aku sudah melepas beban yang selama ini bawa kemanapun aku pergi. Dengan berbicara dengan Ben, aku harap semuanya bisa berubah, kehidupanku akan berjalan seperti biasanya, tanpa harus memikirkan dia dalam segala aspek hidupku.
Setelah itu aku langsung bergegas pergi kembali ke teman-temanku dan aku bingung harus menceritakan itu semua ke teman-temanku atau tidak, jika aku cerita aku tidak akan diberikan izin oleh mereka untuk bertemu dengan Ben besok, tetapi jika aku tidak cerita bagaimana jika nanti mereka memergoki ku, setidaknya aku harus mendapatkan izin dari salah satu dari mereka.
Setelah itu teman-teman ku menyanyakan kepada ku, aku dari mana saja karena hanya beli jus saja aku menghabiskan waktu yang lama. Setelah itu kami semua melihat matahari terbenam pantai, karena matahari terbenam di tanah lot adalah salah satu pantai terbaik untuk menikmati indahnya matahari terbenam di sore hari di Bali. Setelah melihat matahari terbenam di pantai Tanah Lot kami semua kembali ke hotel tempat kami menginap untuk bersih-bersih. Dan akhirnya aku memutuskan untuk bercerita kepada Jenni aku yakin ia bisa mengerti posisi ku sekarang.
"Jen gue mau cerita sama lu tapi ini gue beneran cuman cerita ke lu doang. Gue harap lu bisa ngertiin posisi gue."
"Iya kar, ada apa?"
"Lu tau gak? Waktu gue beli jus kenapa lama banget?"
"Gatau lah, ada apa emang Kar?"
"Tau gak sih percaya gak percaya, ada Ben disana"
"Jadi yang lu lihat kemarin itu beneran Ben?"
"Iya jen gue minta maaf rencana lu buat bikin gue senang malah berakhir kayak gini"
"Trus Ben ada bilang apa gak?"
"Hmm ada, dia bilang dia mau jelasin semuanya sampai bener-bener beres"
"Kapan?"
"Besok jam 12 di Starbucks Kuta"
"Yaudah nanti gue yang cari alasan ke anak-anak, tapi please kalau lu sampai diapa-apain sama Ben kita gabakal diam. Bakal gue cari dia."
"Tenang Jen, jaga rahasia ini ya"
Akhirnya aku berusaha untuk tidur tapi tidak bisa karena aku memikirkan apa yang akan Ben katakan besok, ada rasa takut sekaligus rasa penasaran. Aku terus memikirkannya sampai aku ketiduran.
Keesokan harinya pukul 10 pagi aku bangun, aku langsung bersiap-siap untuk pergi ke Starbucks untuk bertemu dengan Ben. Sebelumnya aku pergi dulu ke warung nasi untuk sarapan. Aku tiba di Starbucks kira-kira pukul 12 lewat 10 menit tetapi belum ada Ben disana, aku mulai berfikir negatif bahwa Ben benar-benar mempermainkanku saat ini. Aku berjanji jika pukul 12.45 dia belum datang juga aku akan pergi dan selamanya tidak akan bertemu dia lagi.
Tiba-tiba sekitar pukul 12.40 dia datang dengan membawa segenggam bunga dan dia berkata
"Kar maaf banget telat, tadi bunganya jatuh dari motor, aku harus kasih ini ke kamu"
"Buat apa coba bunga gini bikin gua nunggu 30 menit"
"Iya maaf kar"
"Yaudah mau ngomong apa? Waktu gua gak banyak gua mau jalan sama temen gua"
"Kara, aku memang salah, aku sia-siain cinta kamu, maaf aku gak setia Kar, maaf aku gabisa jaga hati, tapi aku gak pernah bohong disaat aku bilang aku sayang sama kamu, saat aku kerumah Susan untuk mengerjakan tugas, aku tidak ada niatan untuk pendekatan Kar, disaat aku menaruh perasaan lebih kepada Susan, disitu aku tahu aku harus berhenti dekat dengan dia, tapi di momen itu, justru dia yang semakin mendekatkan diri kepadaku, tapi percayalah Kar, aku berusaha untuk memberhentikan dia."
"Semua juga bisa bilang begitu Ben, aku masih gak bisa percaya ke kamu, tapi tenang aja, aku udah maafin kamu."
"Kar, tolong lah, percaya sama aku, aku gak pernah mau bohong sama kamu Kar, kalaupun terpaksa itu demi kebaikan hubungan kita kar, aku sayang kamu."
"Ben tidak ada yang namanya bohong demi kebaikan, lebih baik aku tersakiti dari kebenaran daripada aku harus berbahagia dengan kebohongan, aku sudah bisa menerima semuanya walaupun semua itu terasa sangat sulit bagiku, tapi dengan berjalannya waktu, aku bisa semakin tegar dan semakin dewasa untuk bisa melanjutkan perjalanan hidupku."
"Aku minta maaf banget Kar, aku nyesel, aku cuman mau bilang ini ke kamu, Susan enggak ada apa-apanya dibanding kamu, kamu sungguh perempuan yang hebat dan kuat, maafin aku Kar, aku gak bermaksud untuk menyakiti kamu sampai kayak begini, aku bener-bener nyesel, aku masih sayang banget sama kamu Kar."
"Terima kasih Ben untuk semua pengalaman percintaan ini, walaupun tak berakhir baik, tapi aku tidak pernah menyesal, mengenal kamu, kamu banyak mengajari aku hal-hal yang membuat aku menjadi Kara yang lebih baik, terima kasih, aku harus pergi sekarang, selamat tinggal Ben."
"Terima kasih Kara." Jawab Ben dengan mata yang memerah dan berkaca-kaca.
Aku pun langsung mengambil tas-ku yang kutaruh diatas meja, aku langsung beranjak pergi dari bangku yang aku duduki, entah mengapa tapi hatiku masih terasa berat, mengapa beban ini tidak mau hilang, sakit sekali hatiku mengucapkan kalimat selamat tinggal kepada Ben."
Aku pun berjalan keluar dari pintu starbucks menuju halaman luar.
![](https://img.wattpad.com/cover/96338632-288-k356573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta di masa Putih Abu-Abu
Teen FictionKisah cinta saya dengan laki-laki yang mampu membuatku jatuh cinta dengan cara yang berbeda dari manusia-manusia lain.