Keesokan harinya aku bangun kesiangan. Aku langsung berburu-buru memakai seragam dan mengambil tas ku. Aku lari mengejar angkutan umum tapi angkutan umum tersebut sudah terlalu jauh. Aku langsung mencari ojek terdekat dan menyuruhnya untuk bergegas karena aku sudah telat.
Sesampainya di sekolah, gerbang sekolah sudah tertutup. Guru piket pada hari itu adalah Pak Bayu. Sungguh aku pasrah. Pak Bayu menghampiriku dengan tatapan ketus.
"Kenapa kamu telat?!" Tanya Pak Bayu dengan tegas.
"Kesiangan Pak bangunnya.." Jawabku dengan lemas.
"Yasudah sana ke tengah lapangan." Ujarnya.
"Iya Pak"
Aku ditengah lapangan tidak bisa berhenti memikirkan "Kenapa Ben tidak mambangunkanku? Kenapa dia tidak menjemputku? Ben kemana lagi?"
Drrrt.
"Kar maaf banget aku kesiangan bangunnya. Kamu dimana? Sudah sampai sekolah kan? Kabarin aku ya."
"Aku sudah sampe sekolah kok Ben. Kamu cepetan kesini, sudah telat loh." Balasku.
"Oh iya Kar, aku hari ini engga ke sekolah. Aku disuruh papa untuk ngurusin surat-surat untuk sekolah aku di Australia. Nanti aku jemput kamu ya Kar. Jangan pulang dulu." Balas Ben.
"Iya Ben, hati-hati ya."
Jam pelajaran kedua aku masuk ke dalam kelas. Saat itu sedang pelajaran Bu Patricia.
"5 menit lagi ulangan dimulai ya. Siapkan meja dan alat tulis." Ucap Bu Patricia dengan lantang.
Aku kaget. Aku lupa hari ini ada ulangan. Aku terdiam sesaat lalu langsung belajar secepat-cepatnya. Tapi aku tahu bahwa dengan waktu kurang lebih 5 menit tidak akan cukup untuk mempelajari semua bahan yang akan masuk di ulangan. 4 menit pun berlalu, semua murid di kelas sudah menyiapkan meja dan alat tulis dan sudah terduduk rapih dan tenang. Aku pasrah saja dan berusaha untuk mengingat semua yang sudah aku pelajarin tadi.
Saat ulangan selesai, aku pasrah saja karena hampir semuanya aku tidak tahu jawabannya.
Sungguh hari itu terasa sangat berat. Aku juga tadi tidak sengaja bertabrakan dengan kakak kelas yang galak. Aku hanya menunggu sampai pulang sekolah, karena akan bertemu dengan Ben.
Saat pulang sekolah, aku berjalan keluar gerbang. Aku sudah bisa melihat Ben dengan motor merahnya dari jauh sekali. Wajahku yang datar langsung berubah dengan adanya senyuman.
"Hai sayang.." Dengan suaranya yang berat dan halus,
"Ayo kita pergi." Lanjutnya.
"Mau pergi kemana?" Jawabku.
"Udah ntar liat aja. Yuk"
Lalu aku naik ke motor dia dan memeluknya dari belakang. Selama kurang lebih 7 menit perjalanan, kita sampai di tujuan. Papan bertulisan "Warung Nasi Kucing Pak Abdul" ada di depan mataku.
"Kita makan disini?" Tanyaku.
"Iya, yuk masuk" Jawab Ben.
Lalu kita duduk di meja paling ujung karena ramai.
"Pak nasi kucing peda dan cumi ya, masing-masing dua. Sama es teh tawar dua" Ucap Ben ke tukang penjual nasi kucingnya.
"Nasi Kucing Pak Abdul tuh paling enak Kar di Jakarta, kamu harus cobain. Wajib. Kudu." Lajut Ben sambil menatap muka ku dengan wajah dia yang bahagia.
Lalu tak lama kemudian nasi kucing dan es teh tawar diantar ke meja kita. Kemudian kita makan berdua. Aku senang karena Ben bisa membuat aku bahagia hanya dengan hal-hal yang sederhana saja. Lalu Ben dengan ke sok-an-nya, dia menambah nasi tersebut dengan sambal yang banyak.
"Nih ya Kar, lebih enak lagi kalau dimakan pedas-pedas" Ujar dia sambil menuangkan sambal ke nasinya.
"Ben.. itu enggak kebanyakan? Nanti kepedasan lho.." Aku bertanya dengan khawatir.
"Engga Kar, santai aja, enak kok. Nih kamu mau juga?" Tanya dia.
"Enggak usah Ben makasih.."
Lalu aku lanjut makan, dan Ben pun juga makan nasi dia tersebut yang sambalnya lebih banyak daripada nasinya.
"EH EDAN! PEDES BANGET INI. KAR TOLONG AIR KAR TOLONG" Teriak Ben dengan kepedasan.
"Ih! Tuhkan aku udah bilang tadi. Nih minum es teh aku aja." Jawabku sambil menahan tawa.
Lalu Ben menegak es the tawar aku sampai habis.
"Hahahaha rasain! Sok sih jadi orang" Ucapku dengan tawa yang tak tertahan.
"Tapi aku biasanya makan juga kayak gini kok Kar. Enggak pernah kayak begini.." Jawab dia lemas.
"Ah bohong aja kamu hahahaha"
"Hehehehe.." cengir Ben.
Sungguh, aku gemas sekali dengan tingkah Ben. Setelah selesai makan, kita langsung naik motor lagi. Ben mengantarku ke rumah dia.
"Sebentar ya Kar. Aku mau ambil barang dulu. Kamu tunggu di ruang tamu aja ya" Ucap Ben sambil berjalan ke kamarnya.
"Oke" Jawabku.
Sambil menunggu Ben, aku melihat foto-foto ben sewaktu dia kecil yang ada di meja ruang tamunya. Sangat menggemaskan. Bahkan aku sempat foto diam-diam saat Ben masih dikamar dia. Lalu aku langsung duduk di sofa besar di ruang tamunya karena takut ketahuan Ben kalau aku fotoin foto dia diam-diam.
"Ayok jalan lagi" Ucap Ben sambil menyampiriku dan menarik tanganku keluar rumah untuk naik motor lagi.
Lalu Ben mengantarku pulang. Sesampai dirumah, aku melihat sesosok orang di depan teras rumahku. Ternyata itu adalah Jeremy. Ngapain Jeremy ada dirumahku? Tumben..
"Lho Jer? Ada apa?" Tanyaku kepada Jeremi sambil turun dari motor.
"Ada apa Jer?" Tanya Ben juga.
"Aku mau ngomong sama Kara, Ben. Tapi aku enggak tahu kalau kalian lagi berdua." Jawab Jeremi dengan pelan.
"Oh enggak kok, ini aku cuma mau antar Kara biar tidak kenapa-kenapa dijalan." Jawab Ben ke Jeremi.
"Yaudah aku balik dulu ya Kar." Ucap Ben kepadaku sambil memeluk dan mencium keningku.
Aku pun tersenyum. Jeremy pun hanya terdiam melihat kita. Aku juga bisa melihat bahwa dia cemburu.
"Balik ya Jer" Ucap Ben dari jauh.
"Iya Ben" Jawab Jeremy dengan lemas dan mukanya yang datar.
"Ada apa Jer? Tumben datang kesini.." tanyaku.
"Jadi begini Kar.. Menurut gue, Jeni, Revi, Tony, semenjak lu pacaran sama Ben, lu terlalu asik sendiri sama dunia lu bareng dia. Sampe kayaknya lu lupa sama kita-kita." Ucap Jeremi.
"Enggak gitu Jer.. Gue gada maksud buat ngejauh dari lu semua. Tapi Ben emang selalu temenin gue kemana-mana. Dia enggak mau gue kenapa-kenapa Jer." Jawabku.1
"Ya tapi lama-lama jadi jauh dari kita. Hari ini Ben enggak masuk sekolah juga lu sendirian terus, enggak nyari kita." Jawab Jeremi dengan nada ketus.
"Enggak gitu Jer.. gue tadi di sekolah lagi gaenak moodnya.. Gue takut kalo jadinya gue lampiasin ke kalian semua. Maaf ya Jer kalo kesannya gue jadi menjauh gitu sama kalian.. Gue sayang banget sama kalian, gamungkin gue tinggalin kalian." Jawabku dengan lemas
"Yaudah deh Kar. Lu minta maaf deh sama yang lain. Takutnya malah tambah salam paham. Maaf ya Kar kalo salah paham." Jawab Jeremy.
"Iya makasih ya Jer! Maaf ya Jer" Jawabku.
"Iyaa. Gue balik dulu ya Kar." Jawab Jeremi sambil berjalan ke arah gerbang rumahku.
"Iya Jer, hati-hati ya" Jawabku.
Sungguh aku sangat lemas, aku merasa bersalah kepada teman-temanku. Aku tidak sadar kalau aku semakin menjauh dari mereka semenjak berpacaran dengan Ben, anu sungue meras bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta di masa Putih Abu-Abu
Genç KurguKisah cinta saya dengan laki-laki yang mampu membuatku jatuh cinta dengan cara yang berbeda dari manusia-manusia lain.