Andin POV
Udah setengah jam berdiri. Pake sepatu heels 7cm, bisa kalian bayangkan gimana pegelnya aku sekerang. Ya Tuhaan kirimkan aku utusanmu.
"Hai, Ndin."
"Andri?" Apakah ini jawabanMu Tuhan atas doaku beberapa saat yang lalu?
"Kok belom pulang?"
"Maunya sih pulang, Ndri tapi dari tadi gak ada taksi lewat." Aku sengaja memasang muka melas supaya Andri simpati melihatku dan memberikanku tumpangan haha.
"Yaudah yuk bareng gue." Senyumku langsung mengembang.
"Gapapa, Ndri?" Basa-basi dikitlaah.
"Iya gapapa. Ayo cepet gak bagus kena angin malem. Lagi emang lo gak pegel apa berdiri lama pake sepatu tinggi?"
Akupun langsung masuk ke mobil mewahnya Andri. Aku yakin ini cuma salah satu dari sekian banyak mobil mewahnya Andri.
"Gak usah ditanya, Ndri."
"Eh tapi makan dulu gimana? gue belom makan nih soalnya."
"Oh tapi lo aja ya gue udah kenyang."
kruuk.....kruuk
Damn.
"Duh musik darimana itu?" Andri denger?
"Emm emang ada suara musik? kok gue gak denger apa-apa?" Aku cuma bisa berbohong aja kali ini malu kalo Andri tau itu suara perut aku.
"Udah deh, Ndin gue tau lo laper hahaha." Sial berarti dia denger!
"Hehehe...."
"Dasar orang Jawa, lain dimulut lain diperut hahaha." Duh Andriiii rese banget sih kan aku jadi maluuu.
"Udah gak usah malu. Laperkan manusiawi." Aku terkejut ketika Andri seakan tahu yang barusan aku ucap dalam hati.
"Kenapa? kaget ya gue tau kalo lu malu?"
What? wah jangan-jangan bisa baca pikiran orang nih anak.
"Gue gak bisa baca pikiran orang kok."
Oh my God, again?
"Gue cuma bisa baca dari ekspresi muka lo aja kok, Ndin. Gak usah kaget gitu ah." Aku hanya tersenyum miris. Bahaya kalo Andri bisa baca pikiran aku.
"Kita mau makan dimana, Ndri?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Gue sih lagi pengen makan seafood, Ndin. Gimana? setuju gak?" Wah beneran si Andri ini bisa baca pikiran aku. Pas banget aku pengen makan udang. Rencananya aku tadi mau makan seafood ditempat langganan aku kalo Bian dateng tadi. Huh inget Bian jadi bt lagi.
"Kok diem, Ndin? setuju gak nih?" Gak biasanya banget dia lupa jemput aku. Dari kantornya ke kantor akukan cuma makan waktu 10 menit. Masa gitu aja gak bisa sih?
"Ndin.." Jangan-jangan bukan lupa tapi emang males aja. Atau malah dia jemput cewek lain? aarghhh tapi Bian gak mungkin selingkuuh.
"Ndin?" Tapi kenapa engga? dikantornya pasti banyak cewek cantik pasti Bian tergoda deh.
"NDIN!!!"
"YA??!!" Astagaa aku pasti bengong udah lama sampe Andri harus teriak gitu.
"Lagi ada masalah, Ndin?"
"Eh engga kok, Ndri. Cuma capek aja." Gak sepenuhnya bohong sih, toh aku emang capek abis berdiri 30 menit!
"Jadi, langsung pulang aja apa?" Suara Andri terdengar khawatir. Is he care with me?
"Gapapa, Ndri. Makan dulu aja." Bukan masalah aku-juga-laper tapi aku akan semakin gak enak kalo Andri harus nunda makan cuma untuk ngaterin aku lebih dulu.
"Nah, sampe kita." Aku melihat kearah luar. Loh ini kan?
"Ini tempat makan seafood kesukaan aku, Ndin."
Kok?
"Lu tau tempat ini darimana, Ndri?"
"Kenapa emang?"
"Ini juga tempat makan favorite gue."
"Hmm gue rasa semua yang pernah makan disini pasti jadiin ini tempat makan favorite-nya. Yuk masuk."
*
Ini adalah makan malam kedua aku bersama Andri. Dan juga pertemuan ke 3.
"Inget gak tadi siang lo bilang kalo pas kita ketemu lagi biar karena 'tanpa sengaja' aja?" Aku mengangguk.
"And here we are." Andri tersenyum dengan manisnya. Aku menatap Andri cukup lama, Matanya yang coklat. Rambutnya yang hitam, yang sedikit berantakkan mungkin karena pekerjaan yang melelahkan. Bulu-bulu halus diwajahnya, mungkin dia terlalu sibuk untuk mencukur bulu-bulu tersebut. Hidungnya yang mancung dan sangat proposional. Bibirnya yang....mmmm merah dan kecilnya yang selalu berhasil membuat senyum indah terukir diwajah laki-laki ini.
"Ndin?" Bahunya yang bidang. Lengannya yang berotot namun tidak terlalu besar. Perfect. Tubuhnya sangat sempurna.
"Andin?" Belom lagi wangi tubuhnya. Entah perfumeapa yang dia gunakan. Yang pasti wanginya memabukkan sekali.
"Andin!" Oh my God!
"Eeeee ya, Ndri?" Bahaya kalo Andri sampe sadar aku merhatiin dia dari tadi.
"Lu kok bengong lagi? lu kalo laper suka bengong gitu, Ndin?" Duh pertanyaannya.
"Hehe sorry, Ndri."
"Mau pesen apa?"
"Mmm gue udang saus tiram sama minumnya air putih anget"
"Itu aja?" Aku mengangguk.
Andri kemudian memanggil pelayan. 15 menit kemudian makanan datang dan kitapun langsung menyantapnya. Diselingi dengan beberapa obrolan dan jokes yang Andri keluarkan.
*
Pukul 9 malam.
Setelah selesai makan Andrian dan Andin bergegas pulang. Sialnya mereka harus terjebak macet. Kalo gak macet, bukan Jakarta namanya.
Andri dan Andinpun tiba didepan rumah Andin. Sesaat, Andin merasa mengenali mobil yang terparkir didepan rumahnya.
"Itu kan?...."
"Ada tamu, Ndin?" Andin hanya mengangguk sebagai jawaban. Walau dia tidak yakin apakah tamu yang didalam rumahnya adalah orang yang diduganya.
Merekapun melangkahkan kaki masuk ke rumah Andin. Saat masuk rumah, Andinpun menemukan sosok orang yang tak diduganya tersebut.
"Tante Meryl?" Ujar Andin.
"Mamah?" Cetus Andri yang terkejut melihat sosok mamahnya yang sudah lama tidak ditemuinya.
*
Haiii readers, Aku sebagai author memohon maaf atas ketidakjelasan cerita ini hahaha. Baru lanjutin sekarang. Harap maklumi cerita aku yang masih bau kencur ini. Authornya juga masih bau kencur (padahal udah 18thn) I'll do my best :))
If you don't like it, tell me. If you like it, tell your friends and vote!
See you in another part
![](https://img.wattpad.com/cover/9671937-288-k304142.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Cupid
RomanceAndri & Andin, 2 orang yang terjebak dalam permainan kedua ibu mereka. Mereka dijodohkan bahkan dijaman yang sudah modern ini. Keadaannya menjadi sulit karena Andin sudah memiliki kekasih yang telah 7 tahun bersama. Dan Andri juga memiliki wanita ya...