The Decision

67 4 1
                                    

Mohon maaf sebelumnya karena part 5 ini baru aku bikin sekarang. Sekarang lagi sibuk sama kerjaan jadi gak bisa punya waktu banyak untuk nulis hehe. Terimakasih untuk yang sabar nungguin part ke-5 ini. Part ini sengaja aku bikin singkat. Untuk ngasih tau kalo cerita ini masih (aku usahakan) untuk lanjut. So next part akan lebiih panjang.

Oke deh gak usah pake lama. Langsung kembali ke laptop! :D

***

AUTHOR POV

Suasana diruang tamu saat ini sangat canggung untuk siapapun yang ada diruang tamu. Bahkan termasuk vas bunga yang ada dimeja (ini apa deh-.-v).

Andin dan Bian duduk bersebelahan saling berpegangan tangan. Seakan-akan takut akan ada yang memisahkan mereka. Andri duduk disebrangnya bersama mamahnya. Dan Sandra duduk diantara mereka ber4.

"Hmm.. Andin mencoba membuka percakapan.

..Aku disini bersama Bian untuk menunjukkan pada mamah, Tante Meryl dan Andri bahwa aku menolak keras perjodohan ini. Aku cinta Bian. Dan kalau ada laki-laki didunia ini yang ingin aku nikahi itu adalah Chris Evans atau Bian."

Ditengah-tengah tegangnya suasana saat itu, Andri berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawanya. Lagi serius begini sempet-sempetnya Andin membawa nama Chris Evans idolanya dari jaman SMA dulu.

"Aku rasa gak ada yang lucu dari pernyataan aku barusan ya."

Andri segera memasang muka serius sebelum tadinya sekuat tenaga menahan tawanya.

"Ok. Ada lagi yang ingin disampaikan?" Sandra mencoba bersikap tenang menghadapi sifat keras anaknya. Dia tidak heran melihat sifat anaknya tersebut. Karena sifat itu turun dari dirinya.

Andin menggeleng. Sambil terus menggenggam tangan kekasihnya itu.

"Ok. Andri? gimana jawaban kamu?"

Andri yang lagi bengong langsung bingung saat ditodong pertanyaan tersebut oleh Sandra.

"Gimana, Ndri?

"Kalo aku sih gak mau jadi anak durhaka jadi aku ikut kata mamah aja."

Jawaban Andri barusan langsung mendapat reaksi dari Andin. Andin menatapnya kesal dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Ia merasa tersindir atas ucapan Andri.

ANDIN POV

"Kalo aku sih gak mau jadi anak durhaka jadi aku ikut kata mamah aja."

Andri bener-bener mancing emosi aku ya. Udah nerima perjodohan ini trus sekarang nyindir aku anak durhaka lagi.

"Bian? gimana sama kamu?" Bian terlihat kaget ketika mamah bertanya padanya. Aku mau tau apa yang Bian coba ujarkan.

"Gini, tan. Aku disini menghargai semua pihak. Terutama Tante. Karena tante adalah ibu dari wanita yang aku cintai."

Aku tersenyum tipis mendengar ucapan Bian.

"Seperti yang tante ketahui bahwa aku dan Andin telah bersama cukup lama. Aku merasa akan sangat diperlakukan tidak adil jika Andri bisa menikahi Andin begitu saja karena perjodohan ini sedangkan aku harus melepaskan wanita yang sudah menjadi bagian hidupku."

Aku melihat ekspresi wajah mamah. Mamah seakan setuju atas ucapan Bian.

"Lalu, apa yang kamu coba sarankan?"

"Aku mau biar Andin yang memilih. Tapi tidak saat ini juga. Biar Andin yang memilih siapa laki-laki yang pantas menikahinya."

Andri terilihat resah. Mungkin dia merasa tahu akan jawaban akhirku.

"Bukannya ini akan jadi terlalu mudah buat lo? Kita semua tau apa jawaban Andin kelak."

Yap. Andri gak salah. Sudah pasti aku akan memilih Bian.

"Andin harus bersikap netral. Harus terbuka. Bahwa aku mungkin bukan jodohnya. Dan sebaliknya."

Entah aku harus terharu mendengar jawaban Bian yang cukup dewasa atau aku kesal akan ucapannya bahwa aku dan dia mungkin bukan jodoh seakan-akan dia....ragu?

"Jadi lo gak yakin lo jodoh Andin walau kalian berpacaran cukup lama?" Pertanyaan Andri seakaan mewakili pertanyaanku juga. Dan sekarang aku benar-benar penasaran akan jawabannya.

"Dunia ini penuh misteri bukan?"

Dan kamu juga penuh misteri, Bi.

"Ok. Tante setuju. Meryl?"

"Aku juga setuju. Aku rasa Andri juga harus memperjuangkan Andin agar dia mengenal wanita yang akan dia nikahi tersebut."

"Oke jadi kita kasih waktu ke Andin untuk memilih Bian dan Andri. Soal lamanya mamah yang putuskan."

Muka Andin, Bian, dan Andri sedikit tegang untuk mendengar jawaban Tante Sandra. Menanti keputusannya.

"30 hari. Hari ke 30 dari sekarang adalah penentuan. Dan seperti kata Bian barusan bahwa Andin harus bersikap netral kepada dua belah pihak. Jadi mulai saat ini Andin dan Bian dilarang mengucapkan dan melakukan hal-hal yang sepasang kekasih lakukan. Tidak boleh memanggil sayang, ayang, beb atau semacam itu."

Aku merasa jadi aneh diantara dua lelaki ini. Ide Bian cukup dewasa tapi malah bikin aku pusing. Aku harus bersikap netral. Sekarang aja aku udah gak netral. Aku cinta Bian dan aku benci Andri. Aaahhh gimana nihhhh. 30 hari kan bukan waktu yang lama.

"Gimana Andin? Setuju?"

"Okay" Kalo memang itu bisa mengakhiri segala drama ini.

"Dan aku minta siapapun yang aku pilih nanti tidak boleh ada pihak yang merasa tidak suka."

"Deal."

Dan detik itulah kehidupanku dipertaruhkan.

Mama CupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang