7. Bad Chairmate

41 8 1
                                    

Please
Tinggalkan jejak
Coment and vote kalian:)

*
*
*

Andin Pov


Hari kedua masuk sekolah. Entah kenapa hari ini gue merasa semangat banget buat berangkat sekolah, entah karena dorongan apa.

Apa mungkin karena peristiwa main basket kemarin? Ah... Kenapa gue masih kepikiran, apasih sebenernya yang buat gue kaya orang gila gini, senyum-senyum gak jelas. Gio? Ah mungkin nama itu penyebabnya, dia yang buat gue kaya gini, orang yang ngajak dia—dan Daira kenalan. Idih masa gue suka sama dia yang notabane temennya Deva—musuh bebuyutan para sahabat gue

Jarum pendek sudah menunjukkan ke angka 5, untuk biasanya sih angka itu masih terlalu pagi bagi gue, tapi mau gimana lagi, gue udah terlanjur bangun sedangkan 3 temen gue masih berpose dengan gayanya masing-masing. Si Dinda terlentang sambil mendongak ke atas di atas ranjangnya, Si Daira udah gak jelas, selimut, bantal dan guling sudah lari kemana-mana, sedangkan Indi yang paling tenang, dari awal tidur sampai sekarang masih tetap stay dengan posenya yaitu memeluk guling kesayangannya yang terdapat bercak pulau-pulau air (iler yorobun:b)

Kita berempat satu kamar tentunya dengan kasur yang berbeda, kami makai kasur sendiri-sendiri kaya di asrama loh..

     “mendingan gue mandi lah”

Gue berinisiatif mandi daripada harus melihat pemandang yang tidak mengenakkan di depan matanya

Kemudian, gue akan membangunkan Manda, Daira dan lainya setelah gue merasa diri gue sudah siap

⚫⚫⚫⚫⚫

Author Pov

     “masih ngantuk ya lo? bawa mobil berasa  bawa rollcoster ” cecar Dinda seraya turun dari mobil menghampiri Daira yang sudah dulu berlalu pergi meninggalkan Dinda dan Indi yang masih di dalam mobil

     “berisik lo! yang penting nyampe” ketus Daira

Padahal Dinda hanya berniat mengingatkan kalau Daira tidak biasanya membawa mobil seperti ini, hanya itu, tetapi yang dia dapat malah semprotan di pagi hari. Jadi untuk memaklumi sifat sahabatnya yang satu ini jika masih pagi memang seperti macan PMS, akhirnya Dinda memilih diam seribu bahasa

     “Di, gue, Daira sama Andin langsung ke kelas ya, lo juga langsung ke kelas lo kan?” tanya Dinda yang kebetulan kelas yang pertama dilewati di koridor adalah kelas IPA 1

Yang ditanya tidak menjawab dan hanya hanya terfokus dengan phonselnya sejak turun dari mobil, jelas itu membuat Dinda merasa jengkel. Kemudian dia mengulangi ucapannya dan meninggikan volume suaranya

     “Indi!!! Lo lagi ngechat siapa sih?  lo langsung masuk kelas gak? Masih gak jawab, gue tinggal nih” teriak Dinda

Sontak membuat Indi terperanjat akan teriakan itu
     “y—ya ja—jangan, khem—jangan tinggalin gue, temenin gue dulu sampe Aqilla sama yang lainnya nyampe, ya kali gue masuk kelas sendirian” jawab Indi gelagapan

     “yaudah tungguin bentar, gue taro tas dulu” kata Dinda kemudian Dinda, Daira, dan Andin masuk ke dalam kelasnya setelah Indi mengiyakan

Indi menghela napas kasar lalu duduk di bangku panjang di depan kelas IPA 1, bangku panjang memang disediakan per kelas

     “hadeh! Kesel aja gue duduk diatur gitu, kaya anak SD” kata Dinda yang tiba-tiba keluar menghampiri Indi setelah menaruh tasnya

     “kenapa sih Din?”

Girl X BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang