15. Sakit Maag

46 8 3
                                    

Daira mengerjapkan matanya berkali-kali, kepalanya terasa sangat pusing, tubuhnya terasa remuk dan perutnya sangat sakit lalu tenggorokkannya kering. Lengkap sudah penderitaannya

     “gue dimana?”

     “di kamar gue” sahut seseorang tiba-tiba dengan menopang nampan berisi semangkuk makanan dan minuman, hanya itu yang Daira lihat karena nyawanya belum sepenuhnya kumpul

Orang itu menghampiri Daira dan kini mereka duduk di satu ranjang

     “makan dulu, kan lo belum makan daritadi siang”

Daira melirik jam dinding di kamar itu dengan nyawa seadanya, benar saja, memang dari siang dan sekarang sudah jam delapan malam dia belum juga mendapat asupan, pantas perutnya terasa sakit dan kepalanya pusing

Daira langsung melahap makanan yang diberikan orang itu dengan lemas karena perutnya yang sakit dan tubuhnya yang lemas bertolak belakang

     “lo demam” kata orang setelah menempelkan punggung tangannya ke pipi chuby Daira

Daira tidak terlalu menanggapi

●●●●●

Mobil Gio masuk ke sebuah komplek perumahan elit, Andin bisa melihat kanan kiri terdapat rumah-rumah besar dan elit sangat berbeda dengan komplek perumahan yang ditempatinya bersama para sahabatnya

Andin hanya terdiam selama perjalanan padahal dia sangat penasaran kemana dia akan dibawa pergi tetapi gengsinya mengalahkan segalanya

Tiba-tiba mobil Gio berbelok masuk melalui gerbang otomatis salah satu rumah di komplek tersebut

     “Ayo turun, udah sampe”

Andin hanya mengangguk patuh

Mengekor Gio yang berjarak agak jauh , membuat Andin mempercepat langkahnya

Ceklek

Andin mematung saat dengan mudahnya Gio membuka pintu rumah yang ada di hadapan mereka saat ini

     Lah ini rumahnya?. batin Andin

Rumah yang besarnya seperti istana dan halamannya yang seluas lapangan bola yang terdapat di GBK (Gelora Bung Karno) hanya bedanya ini berbentuk lingkaran yang melingkari rumahnya yang berdiri tegak di tengahnya. Kira-kira berapa manusia yang tinggal di dalam rumah sebesar ini? jangan-jangan semua keluarganya tinggal disananya sampai kakek, nenek dan buyut ada? atau apakah satu RT? itulah yang ada di dalam lamunannya

     “hei!! ayo masuk atau mau balik lagi ke rumah?” kata Gio yang sukses membuat Andin gelagapan dari lamunannya

Andin hanya mengangguk lalu mengikuti Gio yang sudah terlebih dahulu masuk ke rumah—istana

Tiba-tiba Gio berhenti yang membuat dahi Andin berdenyut pusing akibat menabrak punggung Gio yang bidang itu

     “lo naik duluan aja ke atas terus masuk ke kamar yang pintunya warna
abu-abu, gua mau ke toilet”

     “Ikut” sahut Andin dengan polosnya, bagaimana tidak, dia takut kalau tersasar di dalam rumah sebesar ini, terlalu berlebihan emang, tapi memang seperti itu lah adanya, Andin yang norak

     “lo gila? udah sono naik” tanpa menunggu sanggahan dari Andin, Gio sudah melesat pergi

     kemana ya gue? sambil menoleh ke arah sekitar seperti mencari objek yang dituju, nah ternyata sudah menemukan objeknya

     tangga!!. batin Andin senang

Seperti yang di katakan Gio 'Lo duluan ke atas terus masuk ke kamar yang pintunya warna abu-abu', tidak mau mengambil konsekuensi yang berat, yaitu tersasar, akhirnya Andin mengikuti perintah Gio yaitu 'naik'

Langkah demi langkah Andin melewati tangga yang panjang dan berkelok itu, tepat sampai di depan kamar yang pintunya berwarna abu-abu, kebetulan sekali kamar itu letaknya tidak jauh dari tangga, hanya dengan 2 langkah ke kanan dari tangga

Tanpa babibu, Andin langsung memegang hendel pintu dan menekannya

Ceklek...

      “DAIRAAA!!” Andin begitu terkejut dengan apa yang ada di depannya sekarang. Melihat sahabatnya satu ranjang—maaf ralat, maksudnya duduk di ranjang yang sama dengan seorang cowo yang sedang membelakanginya

     gak mesum kan mereka?. batin Andin risau

Entah kenapa Dairs menanggapinya dengan ekspresi biasa saja. Inilah yang dikhawatirkan Andin, kalau sikap Daira seperti ini, berarti ada apanya, lebih tepatnya kalau dia lagi sakit

Kemudian cowo itu bangkit dari ranjang dan menghampiri Andin.
Sontak itu membuat kepanikkannya memuncak, lebih tepatnya amarahnya ketika melihat wajah cowo yang sedang berdiri di depannya sekarang

Melihat ekspresi Andin, buru-buru Deva memberi penjelasan agar tidak terjadi kesalahpahaman

     “Calmdown, gue punya maksud kok, maksud gue baik, gue juga gak sengaja bikin sahabat lo sakit dan—”

Tidak lagi perduli dengan penjelasan Deva, Andin langsung menghampiri Daira yang sedang terduduk lemas di atas ranjang sambil memegangi mangkuk yang berisi bubur

Sedangkan Deva memilih keluar kamar dan menutup pintunya, membiarkan dua cewe itu bernostalgia

     “lo kenapa Ra? dia gak macem-macem kan sama lo? kalo dia berbuat yang senonoh, biar gua chop tuh otaknya, biar sekalian dia gak punya otak, eh tapi— dia kan emang gak punya otak, haha” berusaha ngelawak, tapi tidak berefek dengan Daira, dia masih diam. Kemudian Andin kembali waras lagi seperti semula

Andin memegang dahi Daira, setelahnya dia terkejut, ternyata benar sahabatnya ini sedang sakit, dahinya panas

     “lo panas Ra, ih jadi emosi aja gue sama tuh belatung nangka, apa sih maksud dia nyulik lo!, udah kaya om girang aja yang demen sama anak ABG!” cerocos Andin

Daira mulai risih dengan cerocosan sahabatnya yang satu ini, Andin memang selalu heboh kalau ada apa-apa dengan sahabatnya terutama Daira

Sambil mencari tempat yang nyaman di sandaran ranjang, Daira menjelaskan sesuatu

     “Deva nyuruh gua masak di rumahnya buat—”

     “gila ya tuh bocah, emang lo buka cattering, rumah segede ini kok gak punya pembantu, eh tapi—emang ini rumahnya?”

Daira memutarkan bola matanya kesal karena sahabatnya ini dengan seenaknya memotong pembicaraan dan memberi semburan lambenya yang unfaedah

     “udah?”

Andin hanya memamerkan sederet giginya

Daira menarik napas panjang sebelum melanjutkan penjelasannya

     “iya ini rumahnya, tadi dia baru ngejelasin ke gue, dia nyuruh gue masak makanan yang mamahnya suka dan kebetulan the favorit food mamahnya itu sama kaya bunda gue, YANG KEBETULAN JUGA, pembantu yang biasanya masak baru aja lahiran, jadi kesimpulannya, maksud dia itu adalah buat ngasih surprise ke mamahnya tepat jam 00.00 nanti” jelas Daira

     “jadi mamahnya ultah (ulang tahun)?” tanya Andin

     “plus buat ngerayain mamahnya yang baru pulang selama 3 bulan kerja di Jepang” ujar Daira melengkapi pertanyaan Andin

     “owalah, but— dia tau dari mana kalau lo bisa masak?” tanya Andin lagi

     “nah ini yang buat lambung gue kambuh dan tambah kambuh lagi gara-gara berita ini, ternyata yang ngasih tau ke Deva dan temennya yang lain yaitu Indira Clauretta ”

Hampir saja bola mata Andin ingin keluar gara-gara sangat terkejut. Dia tidak menyangka, Indi, sahabatnya yang cuek itu bisa dekat dengan delapan cowo seddeng itu?, impossible

     “KOK BISA?” teriak Andin

     “jadi—”



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

LANJUT GESSSS

SEE YOU ON NEXT PART

Girl X BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang