Hati dan gengsiku selalu bertolak belakang, terkadang hati berkata iya, namun gensiku berkata lain, lalu bagaimana dengan ragaku?
- D -*
*
*"gila!! jadi si Daira sampe demam? gegara lu gak kasih makan?" teriak Dimas antusias
Deva mengusap wajahnya kasar
"bukannya gue gak kasih makan, dianya yang gak mau makan, terus dia malah tidur, ya gue gak tega ngebanguninnya, yaudah gue bawa ke kamar gue aja" papar Deva dengan nada lelah
Saat ini Deva dan para sahabatnya sedang berkumpul bak sedang ada rapat besar di ruang TV. Sudah 10 menit mereka berkumpul setelah Gio menghubungi sahabatnya yang lain untuk datang ke rumah Deva
"terus gimana Dev?" tanya Gio
"ya gitu, gue juga gak tau kalo Daira punya sakit lambung, gue ngerasa bersalah nih" Deva sudah sangat frustasi dengan masalah yang terjadi, dia juga menyesal karena masalah tersebut dia sendiri yang buat
"lo sih pembuat masalah" celetuk Galen
Deva memang menyadari ini semua disebabkan oleh perbuatannya yang sering menciptakan masalah. Namun ini bukan sebagian niat dia untuk membuat onar, dia berniat baik, salah satunya memberi pemahaman kepada Daira tentang sahabatnya, Indi. Karena dia tahu, Daira lah yang akan marah besar jika tahu sahabatnya yang telah berbohong berlarut-larut, ini pun dia lakukan juga untuk sahabatnya, Galen, supaya hubungan Galen dengan Indi berjalan mulus. Sekaligus suprise untuk mamahnya
"yaudah gak usah di panikin, ini juga bukan sepenuhnya kesalahan lo, kan niat lo baik, jadi saran gue mendingan lo batalin dah rencana lo yang nyuruh Daira buat masak, kasian dia lagi sakit kan? jadi kita aja yang masak" jelas Kharel
"Ogah! lo berdua aja dah yang masak" sergah Raya sambil main game online andalannya
Fadil yang duduk di samping Raya, langsung mengambil ponsel yang menjadi objek perhatian Raya sampai menatap para sahabatnya pun segan
"yah...yah kalah dah gue" rengek Raya
"lagian lo maen games mulu! hobi banget bahagia di atas penderitaan temen" semprot Fadil
Raya hanya menggigit bantal sofa di sampingnya, untung teman kalau bukan, mungkin dia yang dia gigit bukan bantal sofa
"yaudah gue yang bagi tugas! Darel, Galen, Fadil, Gio kalian yang bersih-bersih plus ngedekor ruang tamu kemudian Gue, Kharel, Raya dan Deva yang akan masak" kata Dimas
"kok gue masak? gue kan gak bisa masak" protes Raya
"karena kalo lo ikut bersih-bersih, yang ada bukannya kerja malah bernostalgia sama HP" celetuk Fadil
Semuanya hanya mengiyakan Fadil sedangkan Raya hanya mendumal yang tidak jelas
●●●●●
Yang bertugas bersih-bersih dan mendekor sudah selesai sejak 30 menit yang lalu sedangkan yang tugasnya masak, sudah hampir satu jam belum juga ada tanda-tanda ingin selesai
"kira-kira tuh dua bocah kemana ya, gak balik-balik" kata Andin yang sudah mulai bosan dengan keadaan kamar Deva yang sunyi
Daira hanya mengangkat bahunya
"lagian sih nih rumah gede banget, kan susah kalo nyari orang, tar kalo lagi urgent gima-"
"KEBAKARAN!! KEBAKARAN!!"
Mendengar suara teriakan dari arah bawah membuat Andin dan Daira dengan gerakan reflek lari ke bawah dengan panik
Mereka berdua berlarian mengikuti sumber suara. Saking paniknya, lutut mereka rela terpentok benda-benda besar yang menghalangi
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl X Boy
JugendliteraturJika kamu di posisiku, mana yang kamu pilih? Hatimu atau hatinya? - Daira - Apakah benar? Selama ini kamulah bayanganku? Bukan dia. - Gio - Kamu tahu kan kalau aku alergi dingin? Jadi jangan dingin-dingin ya sama aku - Aqilla - Aku bukan cenayang ya...