20. Rasa yang Terpendam

42 6 2
                                    

“Gi. Diinfus sakit gak?.”

     “Huh!! macam digigit harimau,” Gio menjawab pertanyaan Raya dengan suara sok misterius

Raya yang sedaritadi menatap infusan di tangan Gio beralih menatap intens ke sahabatnya yang sedang terbaring lemas

Raya ingin melontarkan pertayaan sekali lagi namun Deva sudah dulu meyambar sembari menjitak kepala Raya

     “Nanya lagi gue panggilin dokter buat nginfus lo kalo perlu dibius” sumpah serapah Deva

Raya sangat pobia jarum suntik. Dia tidak bisa membayangkan jika omongan Deva benar terjadi, bisa punah jenis kaya dia. Akhirnya dia langsung menurut saja dan langsung melanjutkan gamenya yang sempat di pause.

     “Eh Gi. Kok lo bisa pingsan gitu” tanya Dimas

     “Gue berniat beli salep buat lukanya Daira—” Gio melirik Daira sekilas lalu berbalik melirik Andin sekilas.

     “Terus gue ketemu Andin, singkat cerita, gue gak tau lagi, tiba-tiba gelap semua” Jelas Gio. Sontak seisi ruangan berbalik menatap Andin curiga kecuali Deva yang santainya main HP di sofa samping Andin.

Melirik Andin yang gelagapan ditatap seperti itu, Deva merasa iba, lalu
     “Andin telepon gue terus minta jemput deh.”

Harus Deva?. batin Daira

     “gue keluar dulu bentar” Daira berlari kecil keluar ruangan VIP itu sambil mengikat rambutnya asal. Entah kenapa suasana tiba-tiba panas padahal di luar sedang hujan deras

     “Itu Daira kenapa lari gitu? gue sapa gak dijawab lagi” tiba-tiba Manda datang diikuti orang dibelakangnya

Tidak ada yang jawab

Suasana tampak hening. Semua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tanpa ada yang menyadari, mereka duduk bagaikan pasangan. Deva dan Andin duduk berdua di sofa, Dinda, Dimas, Meilita dan Fadil duduk di sofa yang lain, Darel dan Aqilla yang sedari tadi tidak lelah berdiri, Galen dan Indi duduk di bangku samping ranjang Gio sedangkan Raya dan Helena duduk di karpet bulu yang disediakan rumah sakit sambil main HP masing-masing.

     “gue urus administrasi dulu” ucap Deva seraya bangkit dari duduknya tetapi secepat kilat Gio memanggil membuat yang dipanggil menoleh

     “orang tua gue udah tau?,”

     “tenang aja, mereka belum tau”

     “thank's”

Manda duduk di samping Andin sedangkan Kharel mendekat ke arah Gio.

     “lo kenapa?” tanya Kharel dengan raut wajah bingung

Alih-alih menjawab, Gio malah mengulum senyum mengejek.

     “udah berani jalan berdua ya?”

Kharel menambah kerutan di dahinya lalu berbalik badan sekedar melihat Manda sekilas, lalu menjawab

     “just jogging.

     “are you seriously?” goda Gio

     “don't kidding me” jawab Kharel dengan wajah datar kemudian ikut bergabung dengan Helen dan Raya di karpet.

Gio tersenyum penuh arti melihat sahabatnya itu tampak malu lalu memergoki Andin yang ikut senyum ke arahnya. Menyadari dirinya kepergok, Andin langsung mengalihkan pandangannya ke HP. Gio hanya menggeleng dengan senyum yang belum lepas.

●●●●●

Daira Pov

Kenapa begitu sakit? apa gue suka dia? apa kaya gini kalau orang jatuh cinta? sakit kalau orang yang dicintai dekat dengan orang lain? apalagi sahabat.

Girl X BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang