14. Aksi Indira

43 7 1
                                    

     “karena gue tau, kalo lo itu BOHONG, lo tau kan Daira dimana!” jawab Andin mantap

*
*
*

Terdengar grasak-grusuk dari lantai dua dan ternyata Manda dan yang lainnya turun dri kamar, mungkin karena mendengar keributan dari bawah

     “ada apa sih ini?” tanya Aqilla panik

     “kalo ada masalah gak gini caranya” bentak Manda

Andin menghembuskan napasnya kasar kemudian kembali duduk setelah punggungnya sempat di usap dengan kakak tertua—Dinda. Indi pun juga sudah mulai tenang lalu ikut duduk seperti semula

     “jadi sebenernya ada apa?” Manda mulai menjadi penengah di antara keributan dua pihak itu

Sekarang 7 cewek itu sudah duduk tenang di kursi ruang makan dengan meja makan bundar berukuran lumayan besar

     “kalian sadar gak? Daira belum pulang, ini udah jam 18.30” sahut Andin lebih tenang

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu diantara ke heningan ruang makan. Sontak itu membuat 7 cewek itu bernapas lega, setidaknya orang yang bersangkutan sudah sampai di rumah. Kemudian Andin yang lebih dulu lari ke pintu depan untuk membukakan sang orang yang di khawatirkannya

Ceklek...

     “lo kemana aj—” kata Andin setelah membukakan pintu

Namun seketika rasa marahnya kembali ingin meletus dengan salah satu orang yang menurutnya telah berusaha bohong. Dia yakin sekali, orang itu telah berbohong, seberapa besar orang itu menyembunyikan kebohongannya semakin terlihat seberapa besar kebohongannya. Andin paham betul itu.

Orang itu bukan Daira, melainkan seorang kurir. Kurir itu mengantarkan barang berukuran sedang dan berbentuk persegi panjang, mungkin pesanan Daira

     “Haduh mba...capek nih saya, lain kali kalau mau order, isi format yang benar, saya mencari nama penerima yang tertulis 'Ciptaan Tuhan Yang Indah' gak ada yang tau, akhirnya saya percaya diri aja dengan alamat yang mba tulis, kirain saya mba juga berniat membohongi saya tapi ternyata sa—”

Belum sempat curhatan kurir itu selesai Andin lebih dulu mengucapkan terima kasih dan langsung menutup pintu dengan kasar. Kurir itu sempat terlonjak kaget kemudian langsung saja kurir itu pergi dengan motor yang di belakangnya terdapat box besar

     “gue yakin kalo lo tau dimana Daira!” cecar Andin sambil melempar kasar barang orderan yang di antar kurir tadi ke arah dada Indi

Indi yang sedang duduk tenang, spontan berdiri berhadapan dengan Andin. Mungkin karena emosinya terpancing

     “lo kenapa yakin bener kalo gue tau dimana Daira?” tanya Indi

Yang lainnya hanya memperhatikan dua pihak yang sedang ber adu lambe, kecuali Helen dan Aqilla, mereka berdua malah memperagakan seperti sedang bermain Play Station, Helen berpihak ke Indi dan Aqilla berpihak ke Andin

     “gue gak sengaja ngeliat NOTIF di hp lo saat lo lagi mandi” sahut Andin penuh penekanan

Indi mendadak gelagapan, sedangkan yang lainnya mulai melirik ke arah Indi

     “dan gue liat si pengirim bilang "Daira aman kok, dia sekarang lagi makan bakso 2 mangkok" dan gua tau pengirimnya siapa” jelas Andin lagi. Sontak membuat Indi panik tingkat dewa

     “Pengirimnya siapa?” tanya Aqilla antusias

     “ganteng gak?” tukas Helen

Girl X BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang