4

4.1K 231 4
                                    

"Pasien terkena gejala typus yang mengharuskannya untuk dirawat selama seminggu di sini, apalagi kondisi pasien yang habis terkena hujan bisa mengakibatkan flu jika tidak segera di tangani".
Jelas Dokter Aryo setelah memeriksa kondisi Arlan.

"Bang Arlan nggak jadi mati kan dok?". Tanya Nola dengan raut polos menggemaskan itu pada si dokter ganteng yang kebetulan masih muda.

Jiwa kegenitannya muncul saat tahu dokter yang memeriksa kondisi kakaknya itu masih muda plus ganteng lagi.

"Nggak adik manis, abang kamu baik-baik aja kok". Jawab Dokter Aryo dengan senyum semanis gula pada Nola, tak lupa ia mencubit pipi montok Nola yang langsung dihadiahi pelototan dari 3 saudaranya pada si dokter.

"Kakak gemes banget sama kamu adik manis, nanti kalau udah gede mau ya jadi istri kakak".

Nola hanya mengangguk malu-malu menjawab pernyataan tersirat dari Dokter Aryo.

'Ehem' Deheman yang berasal dari Jamal itu berhasil menghentikan aktivitas sok mesra si dokter ganteng pada si Nola.

"Dok adik kami masih polos jangan racuni dengan hal yang 'iya-iya". Sindir Jamal pada Dokter Aryo yang hanya mengeluarkan cengiran salah tingkahnya.

"Saya hanya bercanda tapi kalau dibolehin buat serius 7 tahun lagi bakal saya lamar deh adik kalian".

Setelah mengucapkan kalimat itu, Dokter Aryo segera kabur sebelum di amuk oleh ke-3 kakak posesiv Nola tapi sebelumnya ia menghadiahi kecupan manis di pipi Nola.

"Pipi adek gue udah nggak suci lagi". Teriak Gavin histeris.

"Yeay Nola di cium Pak Dokter ganteng". Sorak Nola bahagia.

Sementara Jamal dan Gavan memandang emosi ke arah pintu luar, ingin sekali ia menebas aset berharga sang dokter yang telah menodai pikiran adiknya mana mau ngajak nikah lagi.

***

Hani sampai di rumahnya pada pukul 19.30 malam, setelah berkeliling tak tentu arah membawa mobil Arlan.

"Ya Allah sayang, kamu dari mana kok basah kuyup begini? Arlan kemana?". Tanya Mama Rahmi pada anak sulungnya.

"Ma, nanti dulu nanyain Arlan, sekarang pentingin dulu kondisi anak kita". Tegur Andrew pada istrinya.

"Hani mendingan kamu mandi sekarang nanti kamu masuk angin, setelah itu Papa tunggu di ruang tamu". Perintah Andrew yang langsung dituruti Hani, sementara Rahmi berjalan ke ruang tamu sambil menghentakkan kakinya ke lantai karena kesal dengan suaminya.

"Papa". Panggil Sony di dalam gendongan Andrew. Balita berusia 4 tahun itu terlihat ingin bicara pada Papanya tapi ia ragu.

"Iya sayang kenapa?", Tanya Andrew lembut pada putranya.

"Mama ngambek ya?". Tanya Sony polos.

"Nggak kok kata siapa Mama ngambek". Jawab Andrew sambil berjalan menyusul istrinya ke ruang tamu.

"Terus aja begitu, ngerasa diri paling benar padahal sebenarnya banyak salahnya". Sindir Rahmi pada suaminya yang baru duduk di kursi tamu.

"Mama, kamu kenapa sih dari tadi emosian terus? Sikap aku itu selalu salah dimata kamu". Keluh Andrew yang sudah lelah menghadapi sikap istrinya itu.

"Sony nanti malam tidur sama Mama ya biarin Papa kamu tidur sama Manajer Keuangan kesayangannya itu". Ucap Rahmi mengacuhkan suaminya. Ia mengambil alih Sony dari gendongan Andrew dan bersiap untuk pergi ke kamar.

"Ya ampun sayang kamu cemburu? Itu cuma salah paham sayang".

"Halah bilangnya salah paham padahal senengkan meluk si manajer keuangan yang montok itu", Andrew tersenyum geli menyadari istrinya ini cemburu, ia semakin gencar ingin menggoda istrinya itu.

"Ngapain senyum-senyum nggak ada yang lucu". Sembur istrinya.

Sementara Sony terlihat bingung dengan sikap Orangtuanya yang sok-sok muda itu.

"Sayangku, cintaku, duniaku, bidadariku". Panggil Andrew.

"Jijik mas, udahlah mendingan kamu urusin putri kamu itu, aku mau tidur sama Sony".

Rahmi membawa Sony yang kebetulan telah mengantuk itu pergi meninggalkan suaminya  yang sedang nelangsa memikirkan nasibnya Malam ini, adiknya terancam kedinginan karena tidak bisa dikeloni istrinya.

***

"Sshhhhh". Arlan terbangun memegangi kepalanya yang pusing.

"Abang udah bangun". Tanya Gavan yang ikut terbangun mendengar ringisan kakaknya.

"Haus". Langsung saja Gavan mengambil air minum yang tersedia di atas meja bar rumah sakit.

Arlan tersenyum pada adiknya yang telah membantunya untuk minum. Setelah memuaskan dahaganya Arlan kembali lagi berbaring di ranjang rumah sakit. Matanya menelusuri ruangan VVIP yang pasti telah disewa oleh adiknya. Terlihat Jamal, Nola dan Gavin tidur di sofa yang untungnya muat untuk kapasitas 3 orang, Nola tidur di tengah pelukan ke-2 kakaknya. Jamal dan Gavin terlihat begitu posesiv memeluk adiknya, dalam tidurnya saja mereka masih memiliki naluri untuk melindungi adik bungsunya. Arlan sungguh terharu pada kekompakan keluarga mereka.

Gavan sendiri, ia tidur di lantai menggelar jaket miliknya karena sofa sudah tidak muat lagi, pendengarannya yang terlalu sensitif itu membuat ia terbangun duluan saat mendengar ringisan Arlan.

Untungnya hari ini hari sabtu, jadi mereka libur sekolahnya.

"Papa sama Bubu gimana Vin, apa mereka udah tahu". Tanya Arlan pada adiknya.

"Sudah Bang, semalam kami langsung ngabarin, nanti sore Papa sama Bubu pulang soalnya masih ada urusan yang harus di selesaikan". Terang Gavan pada abangnya.

"Bubu sama Papa pasti khawatir ya". Tanya Arlan.

"Iya Bang, Sebenarnya Papa langsung mau mesan tiket pesawat tapi di cegah Bubu karena udah malem jadi di tunda esok harinya sekalian nyelesain urusan yang belum beres". Jelas Gavan lagi.

"Maafin abang ya karena banyak ngerepotin kalian". Sesal Arlan.

"Ngerepotin apanya bang, ini mah nggak seberapa dibandingkan pengorbanan abang selama ini ke kami. Sudah seharusnya sesama saudara itu saling membantu". Ucap Gavan.

"Gue mau ke masjid dulu ya bang mau subuhan, abang mau nitip apa?". Tawar Gavan.

Arlan menggelengkan kepalanya menandakan tidak memerlukan sesuatu. Lalu setelah itu Gavan segera pergi ke masjid karena sebentar lagi adzan subuh akan berkumandang.

NH09102018

K

alau ada typo berhamburan tolong dimaafken ya karena aku mengetik di Handphone yang cuma 4inch, mana jari aku jempol semua jadi ya begitu, harap dimaklumkan😂😂😂

My Young Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang