2 bulan kemudian
Semenjak kembali dari rumah sakit, hidup Hani terasa lebih berwarna. Ia sudah bisa beraktivitas sehari-hari.
Apalagi selalu ada Arlan yang menemaninya selama 2 bulan ini, hidupnya terasa lebih berwarna. Tapi akhir-akhir ini ia merasa Arlan sudah mulai berubah, Arlan seperti menjauhinya. Sekarang dirinya bukan menjadi prioritas lagi, tapi Nikenlah yang selalu diperdulikan oleh Arlan.
Terkadang Hani tidak suka saat melihat kedekatan antara Niken dan Arlan yang notabenenya kedua orang itu adalah saudara sepupu.
Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika status sepupu bisa berubah menjadi pacar atau bahkan sampai ke jenjang pernikahan. Dalam agama pun tidak ada yang mengharamkan jika sepupu boleh menikah.
Apalagi saat ini Niken tinggal serumah dengan Arlan. Tentunya peluang mereka untuk bersama pastilah besar. Entah kenapa Hani menjadi tidak terima dengan kenyataan itu.
"Dorr". Kejut Arlan dari belakang.
"Eh monyet". Hani terceplos begitu saja saat mengatakannya, jangan salahkan dirinya salahkan saja Arlan yang suka mengagetinya tanpa melihat situasi jadi kebiasaan latahnya itu kumat.
Arlan memanyunkan bibirnya.
"Jahat banget sih, laki-laki tampan dan rupawan kayak gini di bilang mirip monyet".
Hani ingin muntah mendengar ucapan Arlan yang terlalu percaya diri, padahal Emang Arlan itu tampan tapi Hani gengsi untuk mengakuinya.
"Ya sorry".
"Eh lo dari mana sih kayaknya rapi bener?". Hani mengalihkan arah pembicaraan mereka saat melihat penampilan Arlan yang begitu rapi. Laki-laki itu terlihat begitu tampan menggunakan kemeja biru muda dan celana dasar hitam, rambut hitam klimis karena minyak rambut dan sepatu Pantofel.
"Oh ini aku habis menghadiri acara pertemuan wali mahasiswa di kampusnya Niken, Papa sama Bubu kan masih di luar kota jadi mau nggak mau aku yang harus menghadirinya". Jawab Arlan santai.
Wajah Hani yang sebelumnya memang sudah kusut menjadi lebih kusut lagi saat mendengar penuturan dari Arlan tadi. Entah kenapa dia jadi tidak terima kalau Arlan pun harus peduli pada Niken. Seharusnya Arlan hanya peduli kepadanya saja. Mungkin bisa dibilang ini egois, tapi percayalah dari lubuk hati Hani yang paling dalan dia sudah merasakan kenyamanan yang luar biasa dengan Arlan bahkan dengan kehadiran Arlan dihidupnya, sedikit demi sedikit ia sudah mulai melupakan Erlang.
"Oh begitu". Respon Hani cuek, ia tidak tahu harus menanggapi apa.
"Kamu kenapa sih, kayaknya hari ini kelihatan lesu banget". Tanya Arlan khawatir.
"Nggak aku nggak papa". Kilah Hani.
"Jujur aja sama aku, atau jangan-jangan kamu lagi datang bulan ya makanya kayaknya lesu atau sensitif kayak gini".
Mendengar pertanyaan Arlan, Hani jadi teringat dengan periode bulanannya, sepertinya ia sudah terlambat beberapa hari.
"Ini tanggal berapa Lan?".
"20 Januari, eh kamu kenapa sih kok wajahnya berubah pucat gitu".
"Shitt! Gue belum dapet Lan". Umpat Hani saat mengingat periode bulanannya yang sudah terlambat 5 hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Boy (TAMAT)
Random"Akan terus ku kejar cintamu sampai kau mengatakan iya meskipun itu harus ke akhirat" - Arlan Sadeva "Dasar berondong gila!" - Hani Aulia SEQUEL MY LOVELY OLD